Share

Bab 48 - Cinta Pertama dan Anak Pertama

Zulfa Zahra El-Faza

“Mas.” Aku menggoyangkan lengan Gus Fatih yang sekarang duduk di sampingku.

“Hm,” sahutnya tanpa menoleh. Memilih tetap setia dengan kegiatannya menekuri lembar demi lembar dokumen yang ada dalam genggaman tangannya. Dokumen yang diantar oleh Cak Danang tadi bakda Isya. Katanya dokumen itu adalah dokumen yang berisi laporan penjualan dan pemutaran uang di rumah makan.

Tidak tahu kenapa, aku merasa Gus Fatih banyak diam sejak dia kembali dari jemaah salat Magrib tadi. Gus Fatih tidak banyak bicara padahal aku masih ingin mengobrol banyak dengannya. Hei, pertanyaanku bahkan masih satu yang kutanyakan.

Saat makan malam, Gus Fatih juga terlihat ogah-ogahan melahap makanan yang terhidang di meja makan. Bendoyo terong, ikan klotok, dan sambal ale, makanan kesukaannya, masakan yang sengaja kubuatkan untuknya selain aku yang juga memasak capcay untuk semua orang dan sayur sop ayam untuk Mas Adhim. Dua bulan yang lalu ketika kami masih
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status