Share

Empat

Begitu Bu Tiara meninggalkan kamarnya, Emili memutar otak untuk memikirkan bagaimana caranya agar segera mendapatkan uang itu, kepalanya sedikit berdenyut mengingat perkataan ibunya barusan, ia berpikir sambil memencet-mencet kepalanya yang agak pening, seketika terbesit di ingatannya tentang bosnya Pak Danil Fernando dan tawaran Alex beberapa waktu lalu, Ia merasa telah menemukan ide untuk mendapatkan uang yang banyak, tapi ia segera mengurungkan niatnya sambil mengetuk-ngetuk kepalanya.

"Apa yang aku pikirkan?" Ucapnya sedikit frustasi.

Tapi semakin ia berpikir, semakin ia merasa, kalau itu satu-satunya jalan untuk mendapatkan uang lebih cepat, ia pun kembali memantapkan niatnya lalu tanpa pikir panjang lagi, ia langsung menyambar ponselnya dan mengutak atik keyboardnya demi merangkai huruf demi huruf, Setelah berkali-kali merangkai huruf menjadi kata, akhirnya ada juga kalimat yang berhasil terketik di layar ponselnya.

"Bisakah kita bertemu Besok, Pak Alex?" Kalimat pnedek itu terkirim ke kontak Pak Alex. Setelah pesan yang ditulisnya itu terkirim, barulah ia merasa sedikit lega, walaupun itu membuat harga dirinya runtuh secara bersamaan, ia berharap jalan keluar yang ia tempuh ini bisa sesuai dengan harga yang telah ia bayar.

Ia pun bisa memicingkan matanya setelah mengirim pesan itu kepada Pak Alex dengan susah payah, Padahal hanya sebuah pesan yang sangat singkat, tapi cukup menguras waktu dan tenaganya, waktu yang habis bisa digunakan seorang novelis untuk menciptakan ribuan kata dalam satu bab novel, seandainya ia saja sedang menulis novel.

Keesokan harinya, ia bangun lebih awal dan langsung buru-buru melihat ponsel, seandainya Alex belum membaca pesannya, ia berniat untuk menghapus pesan itu, tapi jika pesan itu sudah terlanjur dibaca oleh Alex maka ia tidak menyesalinya, itu artinya ia harus bersiap menghadapi konsekuensinya nanti. Dan ternyata ada dua centang biru di layar ponselnya, ia pun mencoba tenang sambil menunggu balasan dari Alex.

Dari tadi ia menunggu balasan itu, tapi tidak ada notifikasi apapun dari kontak Alex, ia bahkan melakukan persiapan dengan matang untuk menyambut isi pesan itu, mulai dari mengisi daya ponselnya, memastikan sinyal ponselnya kuat, tidak ketinggalan men-full-kan volume deringnya juga.

Saat di kantor pun ia tidak terlihat fokus saat melakukan tugasnya, air di kain pel yang ia pakai masih banyak atau sebagian sampah tidak tersapu dengan benar, karena tangan dan matanya terus memeriksa ponsel sampai ketika kuliah pun sama, ia masih terus memperhatikan ponselnya, sampai-sampai mendapat teguran secara tidak langsung dari dosen.

"Tolong ponselnya disingkirkan dulu." Tegur dosen. Meski tidak melihat kearah Emili, tapi itu jelas menegur Emili.

"Iya Pak." Lirih Emili sembari meletakkan ponselnya, meski begitu matanya tetap mengawasi benda pipih itu.

Seusai kuliah Emili memeriksa ponselnya sekali lagi tapi tak kunjung ada balasan dari Alex, akhirnya ia menyerah dan tidak lagi berharap, ia merasa agak kecewa tapi ia juga tidak memaksa, bisa saja Alex mengabaikan pesannya Karen ia sudah menyatakan penolakan secara terang-terangan, lagi pula lelah juga saat dunianya teralihkan kepada benda kotak nan pupih yang bernama ponsel itu.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ros Rosmah
kasiannya sabarlah kau
goodnovel comment avatar
Nuniee
partnya dikit dikit sekali yaaa.... kann akhirnya wasap Alex,,,tpi dicuekin atau emang sengaja ...
goodnovel comment avatar
Rita Septiyanti
namanya juga anak2. pikir emily bahwa semua keinginannya bisa dikabulkan jika dia ingin. itu namanya pola pikir anak kuliahan yg masih labil
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status