Verrel berhasil membuat amarah Angela mereda. Wanita itu tertidur pulas saat Verrel mencumbuinya dari belakang. Rasa cemburu itu teralihkan dengan perlakuan Verrel yang lebih memanjakan Angela. Kehadiran sosok bayi kembar sangat di nantikan pasangan muda itu.
Angela meraba seprei di sampingnya, Verrel sudah tidak ada lagi di tempatnya. Lagi-lagi Angela melamun, ia menatap ke atas langit-langit kamarnya. Pikirannya kosong ke depan, ia tengah bingung dengan perasaannya sendiri.
Saat Verrel memperlakukan dirinya begitu mesra Angela merasa terbawa dalam permainannya. Ia menjadi ragu akan perasaannya pada Yohan. Meskipun di bibirnya mengatakan cinta untuk pria itu tapi kenapa tubuhnya malahan mengkhianatinya.
Secara hukum Verrel adalah suami sahnya, seharusnya memang tidak ada masalah jika Verrel meminta haknya. Angela menjadi bimbang, dalam kebimbangannya tiba-tiba ponselnya menyala.
Panggilan telepon berasal dari Yohan, Angela buru-buru mem
"Bagaimana keadaan istriku?" tanya Verrel pada dokter yang memeriksa kondisi Angela."Tidak apa-apa dia hanya kelelahan saja, kurasa mungkin Anda terlalu bersemangat dalam berhubungan intim. Seorang wanita hamil mudah lelah dan kelaparan. Jadi, setelah melakukan aktivitas itu jangan sampai terlalu lama tidak mendapatkan asupan makanan. Ia butuh energi baru tentunya," terang dokter panjang lebar.Verrel garuk-garuk kepala, ia melihat Angela terkulai lemas di atas pembaringan. Mungkin memang benar apa kata dokter, ia terlalu bersemangat dalam bercinta. Dan sungguh sangat memalukan sampai ketahuan dokter mengenai gairah ya yang berlebihan itu."Kalau begitu aku akan menuliskan resepnya," kata dokter sembari membuat coretan di kertas kecil lalu di serahkan pada Verrel.Pria muda itu menerimanya lalu mengantarkan dokternya hingga ke depan pintu utama. Tiba-tiba ia teringat sesuatu tentang rasa pusing yang di derita Angela."Tunggu sebentar, Dok. Ada yan
Tiba-tiba dering bunyi telepon mengganggu keasyikan percakapan mereka. Verrel mengambilkan ponsel Angela di atas nakas. Tanpa sadar sekilas ia menatap nama panggilan yang ada di layar telepon. Wajah Verrel berubah pias tapi ia berusaha menekan emosinya mengingat Angela sedang masa pemulihan. "Telepon untukmu," kata Verrel pelan. Angela menerima telepon itu dari tangan Verrel. Ia terkejut saat melihat panggilan dari Yohan di ponselnya. Dengan gugup ia meletakkan piring yang berisikan buah di pangkuannya. Ia melirik ke arah Verrel, tapi lelaki itu memilih melihat ke arah lain. Dengan gugup Angela mengangkat panggilan dari Yohan. "Ya, halo," jawab Angela pelan. "Bagaimana keadaanmu sekarang, sudah lebih baik?" tanya Yohan. "Ya, aku baik-baik saja," jawab Angela sambil melirik ke arah Verrel. "Kenapa dari nada suaramu datar saja, apa ada suamimu di sana?" tanya Yohan. "Ya, kalau begitu sudah ya. Aku mau istirahat," jawab Ange
Setibanya di rumah Verrel kedatangan Mark di sambut hangat oleh pemilik rumah. Tapi lain halnya dengan Angela, ia merasa tidak mengenal kedua orang yang sedang bertandang ke rumahnya."Nyonya, ini aku Clara. Aku adalah asisten pribadi di perusahaanmu. Selama kau sakit, aku yang bertanggung jawab terhadap semua urusan di perusahaan Anda," terang Clara."Tapi, aku merasa tidak pernah bertemu denganmu," ucap Angela bingung. Clara melihat ke arah Mark, ia juga merasa bingung dengan perkataan Angela. Mark kemudian maju memperkenalkan diri pada Angela."Kalau aku Mark, teman semasa kecilmu dulu. Apa kau masih ingat?" tanya Mark. Angela memberi jawaban lewat gelengan kepalanya. Lalu Verrel datang dari arah tangga, ia menyambut ramah kedatangan kedua temannya."Kalian baru ingat jika punya teman?" sindir Verrel.Mark dan Clara hanya tersenyum mendengar celotehan saudara angkatnya. Ia tahu Verrel selalu berkata tidak enak di telinganya, tapi itu
Setelah Mark dan Clara pergi berpamitan dari rumahnya, Angela melihat ke arah Verrel. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Verrel. "Tidak, aku hanya berpikir sepertinya kau sangat dekat dengan Mark," kata Angela. "Tentu saja, dia saudara angkatku. Kami di besarkan bersama-sama, jadi wajar jika kami sangat dekat," terang Verrel. "Mereka terlihat sangat serasi ya," kata Angela. "Hemm, bagaimana dengan kita?" ucap Verrel sembari melirik Angela. "Ki ... kita ... tentu saja," jawab Angela gugup. Verrel melingkarkan tangannya di pinggang Angela. "Kita jauh lebih serasi daripada mereka," ucap Verrel menyombongkan diri. Angela menunduk tersipu malu tidak menjawab perkataan Verrel. "Aku lapar, bisakah kita makan?" tanya Angela mengalihkan perhatiannya. "Bayi kecilku sudah lapar rupanya," kata Verrel mengusap perut Angela. Hati Angela merasakan kasih sayang di tiap sentuhan Verrel. 'Ya, Tuhan apakah benar cinta
Sinar matahari pagi masuk lewat celah-celah ventilasi udara. Angela sudah terbangun dari tidurnya yang lelap. Baru kali ini ia merasakan tidur yang sangat nyaman tidak seperti biasanya. Angela merentangkan tangannya, ia kaget Verrel tidak ada lagi di sampingnya.Ia baru ingat jika mereka selama ini memang tidurnya terpisah. Dirinya sendiri yang awalnya meminta untuk tidur terpisah, kenapa Angela sekarang menyesalinya.Angela keluar dari kamarnya, ia menengok kamar Verrel yang tidak terkunci, matanya melihat ke semua sudut ruangan namun tidak menemukan Verrel di sudut mana pun. Sentuhan jari di pundak Angela, cukup mengagetkannya."Nyonya cari, Tuan?" tanya seorang pelayan."Iya, Tuan Verrel apa sudah berangkat kerja?" tanya Angela."Benar, Tuan Verrel sudah berangkat pagi-pagi tadi. Ia terlihat terburu-buru karena ada seseorang yang meneleponnya,” terang pelayan."Oh, ya sudah kalau begitu. Tolong siapkan makanan untukku di
Angela menangis terisak di dalam lift, ia buru-buru menyekanya karena tidak ingin di lihat oleh karyawan lainnya."Bodoh, kenapa aku menangisi pria brengsek itu, harusnya aku bersyukur karena mengetahui belangnya," kata Angela berusaha menguatkan hatinya.Pintu lift terbuka, Angela bergegas keluar dari lift dan berjalan agak cepat menuju ke parkiran mobilnya. Dadanya sudah sangat sakit mengingat apa yang baru saja di lihatnya. Saat sampai di pintu utama, tiba-tiba tubuh Angela limbung karena rasa sakit di kepalanya.Beberapa karyawan yang melihat langsung berteriak histeris. Untung tiba-tiba Verrel muncul dari belakang dan menahan tubuh istrinya."Tolong, kalian minggirlah!" Beberapa karyawan yang berkerumun langsung memberi jalan. Verrel membopong tubuh Angela dan memasukkannya di jok mobil belakang bersama dirinya."Cepat!""Ke rumah sakit sekarang!" perintah Verrel pada sopirnya.Mobil mulai keluar dari park
Angela masih saja terbaring di rumah sakit, Verrel bolak-balik dari kantor ke rumah sakit untuk menjenguk istrinya. Setelah mendapatkan telepon dari dokter bahwa jari tangan Angela bergerak-gerak, Verrel langsung menuju ke rumah sakit. Ia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Angela.Namun, setelah sampai di ruang perawatan, Angela masih memejamkan matanya. Verrel agak kecewa, padahal di tangannya sudah membawa buket mawar putih yang indah. Mawar itu ia tunjukkan pada Angela jika membuka mata. Akhirnya nasib buket mawar itu berakhir di vas bunga, di atas meja yang tak jauh dari brangkar.Verrel menggenggam tangan Angela, menciumi punggung tangan yang memiliki jari-jari lentik itu. Ia sangat merindukan suara istrinya. Jika di suruh memilih lebih baik ia mendengar makian Angela daripada melihatnya tak berdaya seperti ini."Sayang, aku datang lagi membawakan buket bunga mawar putih kesukaanmu. Cepat bangunlah, dan lihatlah ... bunganya sangat cantik seper
Di apartemen Clara, Mark terperanjat kaget saat menemukan bukti tespek Clara yang terjatuh di lantai. Lebih mengejutkan lagi, tespek itu memiliki garis merah dua. Rasanya Mark sudah tidak tahan menunggu Clara keluar dari kamar mandi.Ia membuka pintu kamar mandi sehingga mengagetkan Clara. Wanita itu masih berendam di dalam bathup."Katakan, ini milik siapa?" tanya Mark. Clara kaget, bagaimana alat penguji kehamilan itu bisa jatuh ke tangan Mark."I ... itu, milik temanku," kata Clara berbohong."Clara, aku tahu siapa dirimu, kau bukanlah wanita yang lihai dalam berbohong. Jadi, katakan sejujurnya milik siapa ini?" tanya Mark lagi.Clara terdiam, ia bingung antara mengutarakan kebenaran atau menyembunyikannya. Ia takut jika Mark tidak suka anak-anak."Cepat katakan!" kata Mark lebih tegas."Mi ... milikku," jawab Clara sedikit ketakutan. Wajah Mark tiba-tiba berubah, sebuah senyuman tersungging di bibirnya.