Mitha tahu betul harga dari tas tersebut. Untuk beberapa detik dia berpikir, dari mana suaminya mendapatkan uang untuk membelinya. Namun, Mitha segera menggelengkan kepala. Mungkin saja suaminya sedang mendapatkan bonus lebih, dan dia berniat untuk menyenangkan hati Mitha. Senyumannya itu terus mengembang seiring Mitha berjalan memasuki rumah, sambil membawa beberapa tumpukan dokumen. “Mas, ini simpan di mana?” tanya Mitha. “Di sini saja,” jawab Candra dengan cepat. Dia menunjuk pada meja di ruang keluarga. Tak mengatakan apapun lagi, Candra langsung pergi menuju kamarnya. Mitha yang baru saja menyimpan dokumen, langsung menatap suaminya yang pergi menjauh. Dalam hatinya masih berharap dengan apa yang Mitha lihat di dalam mobil. Mitha kemudian mengikuti Candra menuju kamarnya. “Mas,” panggil Mitha.“Hmm?” sahut Candra.Terlihat suami dari Mitha itu sedang berganti pakaian. Ia kini mengenakan kaus tipis berwarna hijau tua.Mitha bingung harus berucap seperti apa. Rasa penasarannya
“Mith, lihat,” ucap Anin yang ada di sampingnya. Wanita itu memperlihatkan ponsel miliknya, yang menampilkan sebuah aplikasi chatting. “Ini aku lagi chat sama admin dari produk pakaian olahraga yang waktu itu pakai jasa kita,” terang Anin.Mitha mengangguk, dia tentu mengingatnya. “Berkat foto dari kita, penjualan mereka meningkat. Mereka berterima kasih, karena hasil foto produknya bagus,” imbuhnya lagi.“Syukurlah, aku seneng dengernya. Ya, walau kita di sini harus kerja ekstra, bahkan sampai lembur. Tapi lihat testimoni konsumen jadi auto happy,” timpal Mitha. “Bener banget. Ngomong-omong selain fotonya bagus, dia juga memuji model kita. Katanya pas banget sama ekspektasi mereka.”Mitha tiba-tiba terdiam, bahkan sorot matanya kini mendadak kosong. Pikirannya terbawa ke arah lain. “Apa aku bilang sama Mbak Puspa, supaya jadiin Keyza talent model tetap, ya? Kayaknya oke kalau pakai jasa dia, untuk produk-produk yang menonjolkan sisi elegan dan sexy,” papar Anin. Suara Anin masih
“Mitha!” seru Cakra, yang melihat Mitha tersungkur. Dengan cepat, Cakra meninggalkan Candra yang baru saja dia pukul dengan keras. Segera menghampiri Mitha yang sudah terkulai, tak sadarkan diri. “Mitha!” Cakra mencoba untuk memanggil nama wanita yang kini ada di dalam rengkuhannya. Pipi Mitha ditepuk pelan-pelan, berusaha untuk menyadarkan wanita itu. Namun, usahanya tak berhasil. Karena Mitha masih memejamkan matanya dengan pipi kiri yang terlihat memerah. “Kurang ajar kamu, Cakra!” seru Candra yang tak terima diperlakukan kasar oleh adiknya. Candra langsung menoleh dengan tatapan tajam. “Kamu yang kurang ajar! Bisa-bisanya kamu memukul istrimu sampai dia pingsan seperti ini!” raung Cakra. Dadanya bergemuruh dan bahunya sudah naik turun dengan cepat. “Halah, paling dia pura-pura pingsan. Dia itu playing victim.” Mendengar cibiran yang keluar dari mulut Candra, emosi Cakra semakin tersulut. “Apa kamu bilang?” geramnya. Namun, jika bukan karena Mitha sepertinya Cakra sudah m
Kedua pupil Mitha membulat, saat mendengar alasan Cakra membawanya ke tempat ini. Tangan Mitha ditarik sekuat tenaga untuk keluar dari mobil.“Sakit,” ringis Mitha.Mobil yang tadi membawa mereka ke tempat itu, seketika pergi meninggalkan Mitha dan Cakra.“Cak, lepas nggak?” pinta Mitha yang menahan tangan Cakra dengan tangan kanannya.Sayangnya Cakra menggeleng, dia menarik Mitha untuk mendekat ke arah kantor polisi.“Cakra!” seru Mitha, yang ternyata sukses membuat Cakra tersentak.Untung saja parkiran di sana sepi dan juga tidak terlalu terang. Sehingga kecil kemungkinan orang lain mendengar suara Mitha yang sedikit meninggi.“Lepas! Kamu itu kenapa, sih? Aku baru keluar dari rumah sakit. Aku capek, aku ingin istirahat!” terang Mitha, yang kesabarannya sudah perlahan terkikis.Cakra langsung berbalik dan berhadapan dengan Mitha sekarang.“Aku tahu, setelah ini kita pulang. Kita buat laporan dulu.” Cakra masih tetap teguh dengan niat awalnya.Bagi Cakra, membiarkan Candra terus berl
Saking sedikit merasa aneh, Mitha tidak berkedip sejak tadi. Bolak-balik dia memeriksa akun yang baru saja mengikutinya. Sebuah akun dengan followers berjuta-juta, bahkan akun itu sudah centang biru.“Ini tidak salah, kan?” gumam Mitha lagi, yang masih tak percaya.Maksudnya, Mitha tak begitu dekat dengan Keyza. Apalagi jika mengingat kisah masa lalu, sebenarnya hubungan antara Mitha dan Keyza tidak begitu baik. Kemarin mereka bisa bertegur sapa, tidak lain karena sikap keprofesionalan mereka.“Mitha!”Suara Anin memecah pikiran Mitha, dia tersentak dan langsung menoleh ke arah temannya.“Kenapa?” tanya Mitha.“Tadi kamu istirahat di mana? Aku cari-cari kok nggak ada.”“Oh … di pantri. Aku lagi malas keluar cari makan soalnya.”Anin hanya mengangguk, “Ngomong-omong, Mbak Puspa mau jadiin Keyza talent tetap. Mereka lagi nego harga dulu,” terang Anin.“Oh,” ucap Mitha, yang nampaknya tak begitu tertarik.Ponsel yang tadi sempat dipegang oleh Mitha, ia simpan di samping mouse komputernya
Sudah pukul sembilan, tapi Mitha masih sendirian di rumah. Baik Candra maupun Cakra, tidak ada satu pun mereka di rumah. Namun, entah kenapa Mitha malah lebih penasaran dengan keberadaan Cakra, dibanding dengan suaminya sendiri.Pandangan Mitha tertuju pada bingkai foto yang tertempel di dinding. Pada bingkai tersebut tersemat sebuah foto pernikahan Mitha dan Candra. Dia menatap lekat-lekat foto tersebut, dan Mitha merasakan gejolak kekesalan dalam dirinya.“Kenapa aku harus menikah dengan Mas Candra, sih? Kenapa bukan dengan Cakra saja?”Mitha mulai mempertanyakan pada dirinya sendiri. Ada perasaan sesal yang sekarang sedang dirasakan oleh Mitha. Dia ingin menceritakan keluh kesahnya pada kedua orang tuanya.“Ah, aku nggak bisa merepotkan dan membuat ibu dan bapak khawatir lagi. Mereka sudah ikhlas merawatku sejak kecil. Bahkan menyekolahkanku dengan keadaan susah payah. Padahal aku hanya anak angkat mereka,” desah Mitha.Kedua matanya kini berkaca, mengingat bagaimana perjuangan ked
Sudah hampir tiga minggu Candra tidak pulang ke rumah. Tidak ada rasa penasaran sedikit pun pada istrinya. Padahal terakhir mereka bertemu, Mitha pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. “Aku pulang.” Suara seorang wanita yang dinantinya, memecah keheningan. Candra yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya langsung melirik ke arah pintu. Keyza baru saja pulang bekerja. Candra segera berdiri menyambut kedatangan wanita yang sejak dulu dan sampai saat ini dia cintai. “Tumben sekali kamu pulang lebih pagi?” kata Candra. Sekarang baru pukul sepuluh malam, padahal minggu ini Keyza mendapatkan jadwal untuk pulang tengah malam. “Aku sedang tidak enak badan, Mas,” jawab Keyza. Dia langsung menghampiri Candra dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Melihat wajah lelah Keyza, Candra langsung duduk dan memandang lekat wanita itu. “Mau aku buatkan minuman?” tanya Candra. Perlakuan Candra pada Keyza dan Mitha, bagaikan langit dan bumi. Keyza selalu dia puja dan diperlakukan dengan
Candra benar menjemput sang ibu di stasiun. Untung saja keretanya delay beberapa jam. Sehingga Candra tidak perlu izin pulang lebih dulu. Kemudian membawanya pulang ke rumah.“Mama kenapa nggak ngomong dulu, sih, kalau mau ke sini?” cerocos Candra.Jujur saja Candra merasa kesal dengan kedatangan sang ibu yang mendadak. Karena mau tidak mau Candra harus kembali ke rumah ini. Padahal dia sudah memiliki rencana spesial malam ini.“Surprise!” ucap Rifah sambil mengangkat kedua tangannya. Wajahnya berbinar, memberikan kejutan pada sang anak.Decakan keras terdengar dari mulut Candra, dan itu bisa didengar oleh Rifah. Seketika wanita itu mendekat ke arah anaknya.“Kenapa? Kamu nggak suka Mama datang?” tanya Rifah sedikit ketus.Melihat raut wajah ibunya yang berubah kesal, membuat Candra mencengkram kelopak matanya. Dia menarik napas, lalu menarik kedua sudut bibirnya.“Bukan begitu Mama, Sayang.” Candra merangkul sang ibu. Dia tidak boleh membuat ibunya marah, karena itu akan menjadi keru