"Alhamdulillah," ucap Laila sambil memeluk Rani.
Tangis gadis itu pecah setelah mendengar putusan pengadilan bahwa Aris dinyatakan bebas setelah melalui tiga kali persidangan.
Semua ini tidak lepas dari campur tangan Papanya Fanno. Aris dan Laila sangat berterima kasih kepada keluarga Fanno.
"Gue enggak tahu bagaimana caranya berterima kasih sama lu dan keluarga lu." Aris berganti memeluk Fanno.
"Santai aja, Bro. Gue lihat lu akur sama istri lu aja, gue udah seneng banget." Fanno menepuk punggung sahabatnya itu.
"Sampaikan terima kasih gue juga buat Papa lu, ya."
"Siap, Papa juga minta maaf enggak bisa hadir di persidangan terakhir lu karena lagi sibuk."
"Enggak apa-apa, bantuan beliau sudah lebih dari sekedar hadir di sini."
Bersama Laila dan keluarganya, Aris akan pulang ke rumah Fanno. Sepasang mata berkaca-kaca di sudut ruang sidang. Ajeng hadir di persidangan terakhir anak laki-lakinya itu secara diam-diam.
"Kita te
Ajeng memeluk anak dan menantunya bergantian sambil mengucap maaf berulang kali. Papa hanya menyaksikan sambil mengucap syukur tiada henti karena akhirnya istrinya sadar bahwa tidak ada yang salah tentang perasaan Aris dan Laila.Semua ini tidak lepas dari campur tangan Fanno. Pemuda itu yang semula mendekati Lintang untuk tujuan mengembalikan Aris pada keluarganya ternyata berhasil mempengaruhi Lintang. Gadis itu luluh dan berubah pikiran lalu bersama ayahnya yang memang sudah bisa menerima mereka lebih dulu berhasil juga membujuk Rani.Meski pada akhirnya Fanno malah jatuh cinta beneran pada Lintang dan dia sendiri terjebak di tengah keluarga Aris.Pemuda itu pasrah karena mungkin dengan cara inilah Tuhan mempertemukan cintanya."Mama sangat senang kalian akhirnya kembali. Jangan pergi lagi, ya. Mama mohon, Mama minta maaf."Aris berpandangan dengan Laila, mereka ragu menyampaikan satu hal pada Mamanya, melihat Ajeng sangat bahagia kelihatannya.
"Aaahh... !! Siapa kamu?!" Terdengar teriakan Heru disusul oleh jeritan Helen."Mas Heru?! Jadi ini Mas Heru? Maafkan aku, Mas. Aku kira Aji."Beberapa orang polisi masuk sambil menodongkan senjata ke arah kakak beradik itu.Helen berjongkok disamping Heru yang terkulai lemas bersimbah darah. Sementara tangan kanan wanita itu masih memegang pisau."Jangan bergerak!" perintah salah satu polisi yang memegang senjata.Helen menoleh dengan tangan gemetar."Aku tidak sengaja melakukannya. Dia kakakku, mana mungkin aku melukainya." Helen mencoba membela diri ketika dua orang polisi mendekatinya."Nanti bisa dijelaskan di kantor, Nona!""Lepaskan aku! Aku tidak salah! Mereka yang salah sudah menculik dan menyekap kakakku!" Helen berontak ketika tangannya diborgol.Sementara tubuh Heru segera diamankan dan tak lama kemudian datang ambulance yang segera membawanya ke rumah sakit terdekat.Fanno dan Aris juga Ardian menyaks
nding"Sah!" ucap para saksi serempak."Alhamdulillah," gumam Laila sambil menoleh ke arah Rani.Hari ini, setelah menunggu masa iddah Rani selesai ditambah lagi persiapan beberapa minggu, akhirnya Aji resmi menghalalkan wanita itu untuk yang kedua kalinya.Akad nikah dilaksanakan di rumah Papanya Fanno yang selama ini menjadi kediaman Rani. Tidak banyak yang hadir sore itu, hanya kerabat dekat saja dan acara pun dilaksanakan sangat sederhana."Selamat, ya, Bun. Mungkin saat ini akulah orang yang paling bahagia." Laila memeluk Rani dengan kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan."Makasih, sayang." Rani balas memeluk anaknya.Laila kemudian beralih menghampiri Aji."Alhamdulillah, akhirnya cucu kalian akan lahir dengan kakek dan nenek yang lengkap." Laila mengusap perutnya yang sudah terlihat agak besar.Bulan ini sudah genap 6 bulan kandungan Laila. Aris tersenyum sambil ikut mengusap perut istrinya, m
"Laila, sayang! Cepetan dong. Aku sudah telat nih," teriak Aris dari dalam kamar sambil menggendong Ariel yang kini sudah 1 tahun lebih 4 bulan. Pria itu mendongak ke luar kamar."Iya, bentar, Kak. Sedikit lagi, nih," jawab Laila dari arah dapur."Ada apa, sih, pagi-pagi teriak-teriak?" Ajeng datang dari arah kamarnya."Aris sudah telat pergi ke kampus, Ma. Aril enggak ada yang jagain.""Loh, Laila kemana?" Ajeng mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar."Di dapur, lagi nyiapin bekal buat aku," jawab Aris cengengesan."Ya sabar dulu, dong. Sini , anak gantengnya main sama Oma dulu ya. Papa kamu itu udah punya junior juga masih teriak-teriak kaya anak SD," omel Ajeng sambil mengambil alih Ariel dari gendongan Aris.Sejak tahu kalau Ariel adalah cucu kandungnya, Ajeng makin sayang pada bocah menggemaskan itu. Waktu luangnya dia gunakan untuk memanjakan Ariel.Ajeng membawa cucunya keluar dari kamar, meninggalkan Aris yang segera
Ekstra Part 2"Ma-maksudnya, Bunda hamil?" Laila bertanya dengan suara bergetar."I-iya.""Alhamdulillah, Laila seneng mendengarnya, Bun.""Tapi ... Laila .... ""Tapi apa, Bun? Kok, Bunda seperti yang tidak senang?""Bukannya tidak senang, tapi 'kan Bunda sudah tua, sudah punya cucu. Masa punya bayi lagi.""Ya ampun, Bunda ini lucu. Anak itu 'kan rezeki, Bunda harus seneng.""Ya udah, Bunda cuma mau ngasih tahu itu saja. Ariel sehat 'kan?""Alhamdulillah Ariel sehat, semuanya juga sehat.""Alhamdulillah, assalamualaikum.""Waalaikum salam," jawab Laila sambil menyimpan kembali ponselnya."Ada apa?" Tanya Aris setelah Laila selesai."Bunda hamil. Tapi sepertinya beliau tidak senang, katanya karena dia sudah tua.""Kehamilan di usia 40 tahun ke atas memang rentan. Tapi bagaimana pun Bunda kamu harus siap. Ini tugas kamu untuk membuatnya percaya diri." Ajeng mengusap pu
kstra Part 3"Aku kira selama ini kamu menghindar karena kamu tidak mau pacaran, Ris." Raut wajah Zara berubah sendu, "Makanya aku bilang sama Mami dan Papi kalau aku beruntung banget," lanjut wanita itu."Sekali lagi, maaf Zara. Saya juga minta maaf sama Om dan Tante. Saya menganggap Zara sama seperti teman-teman yang lain dan saya tidak pernah bersikap berlebihan pada siapapun karena saya sudah punya istri."Zara bergelayut pada lengan Maminya, wanita itu jelas kecewa dan campur malu tentunya."Om dan Tante juga minta maaf, atas kelancangan kami barusan. Sungguh, ini kami telah salah faham." Papinya Zara merasa tidak enak pada Aris dan keluarganya."Tidak apa-apa, Tuan. Ini juga mungkin salah Aris yang tidak berterus terang tentang pernikahannya." Papanya Aris melangkah maju sedikit."Kalau begitu kami permisi," pamit Papinya Zara.Ketiganya hampir saja meniggalkan tempat itu ketika Fanno dan Lintang datang.
Selesai mandi dan berpakaian, Aris keluar kamar mandi dan begitu saja Laila masuk untuk mandi. Pria itu sempat mengernyit melihat Laila seperti yang terburu-buru masuk kamar mandi.Biasanya wanita itu menggodanya setiap kali akan masuk kamar mandi."Yakin tidak mau mandi ulang?" goda nya dengan kerlingan nakal.Setelah itu, jika Aris sedang tidak buru-buru pergi ke kampus, ia memilih menerima tawaran istri cantiknya itu.Tapi kali ini, boro-boro menawarkan mandi bareng, masuk dan menutup pintu saja dilakukan wanita itu dengan terburu-buru.Aris hanya bisa mengacak rambutnya kasar lalu melangkah menuju ujung kasur. Untunglah, wanita itu masih mau menyiapkan baju ganti untuknya. Itu artinya, Laila masih ingat kewajibannya.Hingga waktunya makan malam, Laila masih enggan bicara. Selama berada di meja makan, tak sepatah katapun keluar dari mulut Laila. Ia masih mau mengambilkan makanan untuk suaminya meski dalam keadaan tidak bersuara.Se
Hari ini Aris tidak kemana-mana, selain memang tidak ada kepentingan pergi ke kampus, ia juga ingin menyelesaikan permasalahan salah faham tentang Zara.Sengaja Aris mengajak Laila ke luar, maksudnya supaya leluasa bicara tanpa sungkan karena ada Ajeng.Laila awalnya menolak, tapi jika dipikir lagi masalah ini memang tidak bisa dibiarkan berlarut-larut.Aris memilih tempat yang nyaman, selain untuk makan juga supaya Ariel bisa bermain.Tapi ternyata sepertinya makan di luar juga tidak tepat, karena tidak ada waktu untuk mereka ngobrol."Maaf, Kak, jangan bahas apa pun saat ini. Aku harus fokus jagain Ariel," tolak Laila ketika Aris bilang minta maaf atas kejadian kemarin. Sedangkan Ariel yang baru bisa berjalan aktif ke sana ke mari perlu diawasi.Pria itu mendesah kesal karena Laila cenderung menghindar. Sebenarnya bisa saja mereka berbicara sambil menjaga Ariel, toh anak itu anteng bermain.Aris hanya bisa pasrah, sebenarnya dia tid