Di rumah Mauli, tiga orang sedang mengeluarkan tubuh Mauli dari rumah. Beni dan Iwan berusaha memasukan Mauli ke dalam mobil berwarna kuning milik Beni.
“Kita harus cari tempat jauh dari kota ini untuk sementara,” Iwan membuka pintu mobil.
Mauli duduk di belakang bersandar tubuh Iwan, Beni menjadi sopir, sementara Ogan di sampingnya. Mobil itu melaju mengikuti jalan poros ke arah selatan. Perasaan tak tenang menghantui mereka melihat Miranda mulai digempur oleh Profesor Garung.
“Mau kemana kita?” Ogan tolah-toleh.
“Ke selatan, di sana ada tempat jauh dari kota ini, kita akan aman di sana,” kata Beni sambil membetulkan kacamata.
jangan lupa berlangganan!Jagat Aripin
“Kita harus pergi, tidak ada waktu lagi Ben,” teriak Iwan. Beni sempat menatap Ogan yang terkapar. Matanya berkaca-kaca, dengan berat hati Beni masuk kembali. Beni tancap gas, sementara pasukan itu berusaha mengejar, namun Ogan menghalangnya. Sebuah menara besar berhasil Ogan robohkan dengan menggunakan Akuadron. Lemparan jarah jauh itu mampu merobohkan menara itu hingga menghalangi jalan pasukan Bodem. “Hehehe…” Terlihat senyum berat dari Ogan sementara tetesan darah dari mulutnya telah keluar. Kepuasan Ogan sangat terlihat hingga Profesor merasa jengkel. “Dasar!” Profesor melang
Miranda mengeluarkan asap-asap hitam yang berasal dari gedung rusak akibat dihancurkan oleh pasukan Bodem. Mereka terpana melihat wajah kota yang tercemar. Iwan menjatuhkan kayu bakar yang ia genggam, sementara ia malah melongo. “Aku lupa membawa Bleki,” ucap Iwan pelan. Beni mendengar suara lirih itu, “Siapa Bleki?” “Tidak!” “Dia hanya seekor anjing, aku baru membeli kemarin, ia tertinggal di rumah,” jawab Iwan. “Bodoh!” “Kenapa kau biarkan dia sendiri, dia bisa mati,” Beni mendekat sambil meninggikan nada. “Kau gila?” “Menyelamatkan diri sendiri saja hampir tidak bisa, Ogan menyelamatkan kita, kau ingat?” balas Iwan. “Yaaa… setidaknya ada suara anjing di sini agar tidak sepi tempat ini,” Beni mengeluarkan ekspresi sedih sambil duduk lesu. “Kita tak tau ap
Tiba-tiba satu tank dihempas oleh bongkahan batu, berkali-kali Bodem membantai kendaraan besi itu hingga tak berbentuk asli.Satu tank lagi meluncurkan peluru. Namun sayang, peluru tersebut ternyata dapat ditangkap oleh salah satu pasukan Profesor.Peluru berukuran besar itu lalu arahkan balik, menyadari benda itu kembali dua orang yang berada di tank itu buru-buru menyelamatkan diri.Boom!Ledakan tersebut cukup besar hingga cahaya ledakan itu berhasil dilihat oleh Beni. Pria itu melotot ke arah depan. Terlihat cahaya api yang mencolok di malam gulita.“Apa mungkin Ogan akan selamat? Beni menatap tajam. Iwan juga menyaksikan peristiwa itu lalu bergum
“Aku juga tidak percaya, di Miranda hanya kau yang tau tentang diriku,” Ogan menepuk pundak pria itu. “Andai aku bawa ponsel, aku ingin mengabadikan momen ini,” ucap pria itu. “Abadikan saja di dalam ingatanmu, kawan,” Ogan membalik badan lalu mendekat jeruji besi lagi. Ogan mengangkat tangan kanan, ia berusaha memanggil Akuadron. Namun, Ogan seperti orang gila, berceloteh menyebut Akuadron. Senjata pamungkasnya tak kunjung muncul. “Akuadron!” teriak Ogan. Orang di sekitar malah saling pandang, Ogan bertingkah aneh, sementara mereka berbisik tak jelas. “Bangsat!” &n
Profesor mengarahkan tangan kanannya ke arah tentara yang baru saja mengisi amunisi. Energi memancar dari telapak tangan lalu menyentuh peluru sebesar lengan itu. Benda itu meledak hingga memporak-porandakan pasukan Miranda.Tak tanggung-tanggung, Profesor menyapu bersih pasukan Miranda itu dengan teknik yang ia gunakan sebelumnya. Para tentara itu terkena ledakan hingga terpental jatuh ke bawah dari gedung yang berlantai 20.Profesor itu merentangkan kedua tangan lalu mengeluarkan suara ketawa mengerikan tanda kepuasan terhadap apa yang telah ia lakukan barusan. Pelan-pelan pasukannya yang sudah hampir habis itu kembali utuh. Kepingan-kepingan benda itu bergerak lalu menyatu membentuk tubuh hingga kembali sempurna.Pasukan itu memiliki kekuatan supranatural yang sanga
Terdengar suara pintu bergetar hebat seakan mau jebol. Iwan terbangun dan langsung panik. Wajah paman Beni itu masih terlihat kusut, kedua matanya terbelalak kedepan.“Apa itu?” Iwan bergerak mendekati Beni yang sedang membawa semangkuk mie instan panas. Uap panas masih terlihat hingga menyentuh kulit wajah Beni.Brak.. brak!Suara pintu itu semakin keras, mereka juga makin takut seakan didatangi malaikat pencabut nyawa. Iwan yang belum apa-apa sudah basah. Sedangkan Beni mulai gemetar hingga suara getaran garpu dan sendok bersentuhan dengan mangkok itu terdengar nyaring.“Sepertinya pasukan itu kesini,” oceh Beni.“Waduh, gawa
Beni menatap Mauli dengan ekspresi salah, sedangkan wanita itu makin penasaran.“Kau tenang dulu,” Beni menyodorkan telapak tangan menghadap Mauli.Dengan berat hati, Beni menjelaskan semua yang telah terjadi. Mendengar hal itu Mauli terpukul, ia tidak mengira mereka bakal meninggalkan Ogan sendiri.Tiba-tiba Mauli menatap Akuadron, ia lalu berbicara dengan benda itu. Mauli mengeluarkan pertanyaan inti terhadap permata tersebut.“Apakah Ogan masih hidup?”Benda itu awalnya tidak bereaksi apa pun, karena benda itu tidak tahu cara untuk menyampaikan informasi tentang Ogan.Benda itu bergerak mendekati Mauli lagi. “Sedang apa kau?” ucap Mauli heran dengan benda yang mendekatinya. Salah satu ujung tongkat itu menempel kening Mauli lagi. Seketika Mauli mendapat penglihatan tentang Ogan.Di dalam penglihatann
Dia duduk dengan tenang meski raut wajahnya terlihat panik. Dari tadi orang nomor satu itu meremat-remat telapak tangan.“Maka tempat ini akan menjadi kuburan bagi kita semua,” ucap Walikota.Kehebatan Profesor Garung bukan sekedar gosip belaka, orang yang pernah berfoto dengan Bapak Walikota itu telah menghancurkan sebagian Miranda. Pasukan logam itu menjadi barisan paling depan dalam menghancurkan gedung-gedung Miranda hingga terlihat kota mati.Makhluk itu lebih mengerikan dari zombie, Profesor beserta pasukannya jadi hantu dan ditakuti penduduk Miranda. Pemerintah sudah putus asa dalam menghadapi Profesor yang kini menjadi penjahat nomor satu di Miranda.“Cepat atau lambat bajingan itu pa