Sebenarnya Juan tidak ingin menjadikan masalah ini semakin rumit, tapi Juan merasa butuh informasi pendukung terkait keberadaan dan keadaan Chloe sekarang. Jadi, di sela-sela perhatiannya yang terpusat pada jalan di depan, dengan terpaksa Juan memutuskan untuk menghubungi Grace. Sayangnya, baik Chloe maupun teman sekamarnya itu, keduanya sama-sama mengabaikan teleponnya. Sampai di usahanya yang entah sudah kesekian kali, Grace akhirnya mengangkat telepon darinya. Juan sangat berterima kasih akan hal kecil semacam itu.
“Grace!” seru Juan agak kencang. Sengaja mengubah mode teleponnya menjadi loudspeaker dan diletakkan di kursi sebelah kemudi. Membiarkan kedua tangannya bergerak lincah di atas setir mobil.
“Hei, Pak Juan, eh, malam,”
Sebal, sebal, sebal! Kalau saja tenaga kakinya bisa diajak untuk berlari, saat ini juga Chloe akan berlari secepat mungkin. Memelesat memecah udara malam hingga sampai di asrama. Sayangnya kedua kakinya sudah tidak memiliki tenaga sebesar itu. Belum lagi angin malam yang terasa sangat tidak mengenakkan setiap kali menyapu kedua lengannya yang terbuka, karena Chloe memang hanya menggunakan atasan peasant top lengan pendek. Lagi pula, siapa yang kira kalau ajakan pergi bersama Juan akan berakhir dengan pulang sendiri-sendiri seperti ini? Jadi Chloe tidak kepikiran untuk membawa jaket, sweter, atau semacamnya yang bisa menghalau kulit lengannya dari angin malam. Alhasil, sepanjang jalan menuju asrama, Chloe terus-terusan memeluk tubuhnya sendiri sembari kedua tangannya saling mengusap lengan satu sama lain.
Juan duduk merenung di atas tempat tidurnya. Memandangi ponsel di tangannya yang sudah meredup. Sempat kaget kenapa Grace meneleponnya lagi hanya dalam selang waktu sekian menit setelah telepon terakhirnya tertutup. Karena takut jika terjadi apa-apa pada Chloe yang katanya baru sampai di kamarnya, akhirnya Juan langsung mengangkat telepon itu. Namun, yang terdengar hanyalah obrolan ganjil, karena terdengar seperti Grace sedang berbicara dengan orang lain, bukan dengan Juan. Dari sanalah Juan tahu bahwa Grace menginginkan agar Juan berperan sebagai pendengar saja. Diam-diam mendengar keluh kesah Chloe yang mungkin tidak akan Juan dengar meskipun dia memaksa.Dan, berdasarkan apa yang Juan dengar, perempuan itu memang benar-benar sudah lelah menghadapinya juga membencinya.“Kenapa, ya, gue selalu dapat bonus dari Chloe?”
Kahim Sam : Chloe lo hari ini ikut datang ke aula, kan?Ah, benar juga, pikir Chloe. Semalam Chloe mendapat informasi via grup himpunan perihal acara penerimaan anggota himpunan periode baru sore ini di aula gedung jurusan. Grace juga menginfokan perihal itu. Dikarenakan Chloe telah mengumpulkan esainya pada Sam juga Juan, akhirnya Chloe telah berhasil lolos menjadi anggota himpunan—tidak lagi disebut anggota cadangan. Meskipun sekarang rasa malasnya baru terasa karena harus berhubungan dengan Juan lagi, lagi, dan lagi, sebab memang dialah pembinanya. Akan tetapi, ya sudah, mau bagaimana lagi?Chloe : Iya, Kak. Aku dateng kok.Balasnya pada Sam.Kahim Sam :
Grace tergopoh-gopoh masuk ke dalam aula dari pintu belakang. Tangannya menenteng paper bag milik sebuah franchise makanan. Kepalanya mendongak, matanya beredar ke segala penjuru aula, mengecek ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari seseorang.“Ke mana Chloe?” tanyanya pada diri sendiri usai tidak menemukan yang dia cari.Oleh karena masih ada hal lain yang perlu dia kerjakan untuk acara penerimaan anggota himpunan, alhasil Grace berbalik untuk kembali pada tugasnya. Namun, seseorang tahu-tahu mencegat pergerakannya.Grace berdengap. Matanya memelotot memandang Juan.
Terdapat jeda lumayan panjang sebelum akhirnya Juan menjawab pertanyaan Sam dengan berujar, "Untuk kali ini saya ngga ada ide."Sam merapatkan bibir seraya mengangguk paham."Oke," balasnya. "Maaf, Pak. Kalau pertanyaan saya agak aneh," lanjutnya setengah tertawa lalu segera pergi untuk mencari Chloe, barangkali, karena Sam terlihat khawatir ketika Thea mengatakan Chloe belum kembali.Tidak seperti pertanyaan Sam sebelumnya, di saat dia bertanya perihal apa Juan tahu di mana tempat yang menjual buku-buku kuliah versi lama, kala itu Juan memang berbohong, karena sebenarnya Juan tahu di mana tempatnya. Namun, untuk pertanyaan Sam kali ini, jujur Juan memang tidak tahu. Tidak terpikirkan olehnya di mana Chloe berada selain memang sedang berada di toilet dan mungkin, toilet di lantai lain. Hanya saja perihal sudah tiga
“Xander,” gumam Chloe lagi, sementara Juan masih mematung di tempat.Tanpa sadar—masih dalam keadaan mata terpejam—Chloe menggerakkan tangan kirinya menuju dada sebelah kanan dengan gerak lambat. Di situlah tangannya mencengkeram erat. Wajahnya meringis seperti tengah menahan rasa sakit. Ditambah dengan tangan kanannya yang melingkari perut dimana tak lama setelahnya terdengar rintihan pelan.Merasa ada yang salah, Juan akhirnya tersadar dari keadaan trans yang tiba-tiba menyerang. Mendekatkan lagi dirinya pada Chloe yang semakin merintih kesakitan. Apa mungkin ada masalah pada perutnya akibat belum makan sejak semalam?“Chloe,” panggilnya tanpa peduli akan membangunkan Chloe atau tidak. “Hei.” Bahkan Juan sudah menangkup pipi Chloe dan melepas kepalanya dari tembok.
“Maaf, Pak, mau tunggu sebentar? Saya ngga bawa dompet.” Chloe berujar pada supir taksi yang memandang ragu. “Saya pasti balik ke sini lagi kok.”“Oke,” sahut sang supir.Chloe pun turun dari taksi. Ide spontan berupa kabur begitu saja dari Juan membuatnya sadar kalau dirinya tidak membawa uang sepeser pun. Sadar-sadar sudah masuk ke dalam kawasan Seirios. Jangankan dompet, ponsel juga tas pun tidak dibawa. Chloe ingat tasnya masih ada di dalam aula dan ponselnya berada di dalam tas. Tergeletak di salah satu kursi yang ada di sebelah Thea dan Marie. Walau begitu, Chloe puas membuat Juan kelabakan. Tidak peduli dengan apa yang sekarang dilakukan lelaki itu, sekali-kali Chloe harus meyakinkan Juan bahwa dia sedang teramat sangat marah. Jangan terus-menerus kemarahannya dibayar lunas dengan perilaku Juan yang mendadak manis. Tid
Juan tidak mengerti. Tidak mengerti bagaimana Chloe akhirnya bisa menjauhkan diri darinya.Usai perempuan itu main kabur begitu saja sewaktu Juan mengajaknya ke sebuah restoran, Juan sadar kalau hari-hari setelahnya, Chloe terus menghindarinya. Setiap kali berpapasan di gedung jurusan, Chloe selalu mengabaikannya. Dan, itu berlangsung hingga pagi ini di dalam kelas. Biasanya Chloe selalu antusias ketika sudah tiba waktunya mengerjakan soal latihan yang diberikan Juan. Namun, untuk kali ini tidak begitu. Dia justru diam saja dengan wajah menunduk memandangi buku catatan ataupun menggerak-gerakkan pulpen di atas kertas hingga membentuk sekumpulan gambar abstrak. Duduk bertopang dagu seakan tidak ada semangat hidup. Bahkan sewaktu bertemu di antrean lift, Juan masih saja diabaikan. Memang Chloe sempat menangkap sorot mata Juan, tapi seketika dia melengos dan memutuskan pergi lewat tangga darurat.