Share

Bagian 18

“Ehem.” Satu suara mengagetkan ketika aku fokus mengantar kepulangan Bu Mun dan Haykal. Sontak aku menoleh ke belakang. 

“Ibu juga pamit,” ucap pemilik suara. Di belakangnya Bapak juga tampak berdiri tegak.

“Oh, iya. Hati-hati, Bu. Sudah segar ‘kan?” tanyaku. Wanita itu mengalihkan pandangan sejenak. Lalu mengulurkan tangan, mengajak bersalaman. Aku melongo. Jarang-jarang Ibu mau bersentuhan denganku. Biasa pada moment tertentu, jika aku ingin menyalami, tak jarang Ibu enggan mengulurkan tangan. 

Tak urung, kusambut juga uluran tangan beliau. Kucium takzim layaknya seorang anak kepada orangtua. Demikian juga Bapak, kucium takzim pula punggung tangan beliau.

“Hati-hati, Pak, Bu, jangan lupa makan,” ucapku mengantar langkah mereka. Aku tertawa agak mengejek. Aduh, mengapa jadi kurang asem begini. Astaghfirullaha

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Suharno Cah Purworejo
alur ceritanya bagus....kalo bisa ceritanya berakhir dengan kerukunan dan keutuhan keluarga pelakon utamanya...istilahnya rujuk kembali....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status