Pernikahan Salsa berlangsung dengan khidmat dan lancar. Sepanjang acara Stevany berada tak jauh dari sahabat masa kecilnya itu. Selama acara pemberkatan tak henti hentinya air mata Stevany menetes, ia teringat akan dosa-dosanya selama ini, pun saat acara pengucapan janji pernikahan rasanya Stevany tak sanggup lagi mendengarnya. Ia memilih untuk menjauh dan menenangkan diri. "Apa kamu baik-baik saja??" Stevany tersentak cepat, ia mengusap air matanya dan menoleh ke samping. Sepertinya tadi ia sudah benar-benar yakin bila tempat ini sepi dan tak ada seorangpun di sekitarnya. Namun seorang lelaki kini berdiri dengan segelas wine ditangan dan menatap Stevany bingung. "Ya, aku baik-baik saja. Bisakah anda berpura-pura tidak melihatku dan pergi?" pinta Stevany dengan tegas.Lelaki itu masih menatap Stevany dan entah mengapa ia jadi jengah. "Oke, baiklah. Bila anda tak mau pergi biar saya yang pergi.""Tidak tidak, tetaplah di sini. Saya yang akan pergi!" tukas lelaki tadi menahan Steva
Dua hari pertama di Sydney, Aji menghabiskan waktunya dengan tidur. Ia masih sedikit jetlag meski perbedaan waktu tak begitu berbeda jauh dengan Indonesia. Aji terbiasa tidur tengah malam dan selama di Sydney jam tidur Aji berubah menjadi subuh dini hari karena perbedaan waktu. "Aji, jadi ikut ke Darwin?" Aji membuka matanya yang masih terasa sepat, Freya sudah melongok dari balik pintu. Aji sangat peka dengan suara dan gerakan. "Oma memintaku untuk segera menyuruhmu packing," lanjut Freya lagi."Aku masih ingin tidur, Frey!" sahut Aji serak."Ahh, ayolah! Kita bisa memesan penginapan dan kamu bisa melanjutkan tidurmu selama di sana. Aku yakin kamu akan suka!" bujuk Freya masih tetap berdiri di pintu.Aji menarik nafasnya lelah, Freya si pemaksa tak akan berhenti sebelum kemauannya terpenuhi. "Berapa lama kita akan berada di sana?""Hmmm, 2 minggu mungkin!"Aji beringsut duduk dengan malas, 2 minggu??"Tidak, terima kasih, jatah waktuku berlibur di sini hanya 2 minggu dan aku tida
"Nenek yakin akan pergi?""Apa maksudmu? Nenek sudah pesan tiket dan sekarang kau meragukan keberangkatan ini??" tukas Nenek Chloe berapi-api.Stevany merengut sedih, ia menarik tangan Neneknya dan bergelayut manja. "Tapi aku akan merindukanmu, Nek. Aku kesepian di sini tanpamu.""Berhentilah merengek, bayi besar! Kau tak ada bedanya dengan Papamu!" tukas Nenek Chloe lagi seraya menarik tangannya dari Stevany. "Kau bisa menelfon nenek bila kesepian, jangan manja! Cepatlah berangkat kerja sana."Stevany merajuk lagi, ia mendekat ke tempat Neneknya dan memeluknya dengan erat. "Hentikan, Stev, aku hanya pergi berlibur bukannya pergi ke akhirat!" seru Nenek Chloe kesal.Stevany terkekeh, Neneknya benar, ia hanya pergi untuk berlibur dan berkumpul dengan teman-temannya, tapi mengapa ia sangat tak rela. Tiga tahun hidup berdua dengan Nenek Chloe membuat Stev sangat bergantung padanya"Baiklah aku akan berangkat kerja, Nenek jangan pergi ke manapun tanpa membawa ponsel meski itu ke kamar
Bermalas-malasan adalah hobi baru Aji selama berada di benua Australia. Ia tidur, makan, rebahan dan tidur lagi hingga bosan. Freya dan Tante Wilma sudah keluar sejak pagi untuk berjalan-jalan di sekeliling penginapan. Aji memutuskan tak ikut karena ia tak menyukai suasana di sekelilingnya. Ia benci pantai. Ia pernah memiliki kenangan indah di pantai dan kembali melihat pantai seolah membuat kepingan kenangan-kenangan itu tersusun rapi kembali. Suara berisik terdengar di ruang tamu, sepertinya Yante Wilma dan Freya sudah datang. Aji berdiri dari ranjang dan keluar dari kamarnya. Ia melihat beberapa bungkus plastik berjajar di meja. "Oh Aji, Tante membelikanmu baju pantai yang bagus. Kemarilah!!" Tante Wilma melambaikan tangannya agar Aji mendekat. Ia lantas mengeluarkan sebuah T-shirt santai berwarna kuning terang bertuliskan nama Pantai yang sedang mereka tempati. Aji tersenyum dan meraih kaos itu untuk ia paskan dengan tubuhnya. "See, Freya, betul kan pilihan Mama, size dan warn
-Darwin International Airport-Stevany tiba saat tengah hari dan masih harus naik taxi untuk sampai ke hotel tempat nenek Chloe dan komunitasnya menginap. Namun saat di tengah perjalanan menuju hotel, pesan dari Nenek Chloe masuk ke ponselnya. [Nenek masih ada acara sampai nanti petang, berkelilinglah dulu ke Pantai Mindil dan pasarnya yang ramai, sampai jumpa nanti malam!]Dan sekarang tibalah Stevany di pasar itu. Pasar dekat pantai yang ramai menjelang sunset. Stevany tiba jam 4 sore dan memutuskan untuk membeli burger dan kentang untuk mengganjal perutnya yang kelaparan. Ada banyak makanan dan cinderamata yang dijual di sana, beberapa membuat Stevany ingin membelinya namun saat mengingat ia tak memiliki siapapun untuk diberi oleh-oleh maka ia pun mengurungkan niatnya. Sambil menikmati burgernya, Stevany menyusuri jalanan yang mulai ramai dan menyempit. Beruntung penampilan Stevany tak terlalu mencolok hingga ia tak ada bedanya dengan warga lokal, hanya ada beberapa turis berambut
Dan malam ini, hingga menjelang pagi Aji tak bisa memejamkan mata. Entah mengapa kejadian petang tadi membuat hatinya berdebar setiap kali mengingatnya. Tadinya ia baru saja selesai berjemur di tebing sendirian, karena dari tebing ia tak bisa melihat sunset yang tertutupi oleh awan maka Aji memutuskan untuk turun dan kembali ke resort. Dan antara percaya atau tidak, dalam perjalanan kembali ke resort, ia melihat perempuan yang sempat menghilang dari kehidupannya. Perempuan yang sedang memejamkan mata, menikmati buaian ombak dan berbikini itu adalah STEVANY! Entah apa yang Aji rasakan malam ini, bahagiakah? Rindukah?? Entahlah, ia sendiri tak paham. Yang pasti usai melihat Stevany tadi ada rasa aneh yang tiba-tiba mencuat di hatinya, seperti perasaan penyamun yang menemukan harta karun mungkin?? Atau seperti tanah kering yang disirami air hujan?? Aji tersenyum sumbang, ia bahkan lupa bila pernah menorehkan luka di kehidupan seorang Stevany. Merenggut keperawanannya dan memfitnahnya
Stevany memandang tubuh Aji yang terlelap di ranjangnya dengan perasaan campur aduk. Wajah yang selama tiga tahun ini selalu ia impikan kini benar-benar ada di depan matanya, bahkan tidur di ranjangnya!!Sudah 5 jam berlalu dan Aji masih lelap tertidur. Beberapa kali Stevany mengecek suhu tubuhnya namun tak ada kenaikan suhu yang drastis, suhu tubuh mantan bosnya itu masih normal. Apa Aji salah minum obat? Lantas bagaimana bila istrinya mencarinya? Seharian ini bahkan Aji benar-benar tidur pulas di kamarnya. Harusnya Stevany cek out siang ini tapi bagaimana bisa ia pergi bila Aji bahkan tak bergeming saking pulasnya. Beruntung sarapan tadi pagi bisa diantar ke kamar, jadi Stevany tak perlu keluar dan meminimalisir pertemuan dengan istri bosnya itu. Karena mulai jenuh, pada akhirnya Stevany memberanikan diri untuk keluar dari kamar dengan memakai kacamata dan masker agar tak mudah dikenali orang. Tok tok tok.Stevany tersentak, ia menatap pintu kamarnya gugup, siapa lagi yang datang
Daren??Stevany terbelalak kaget, ia tak menyangka tiba-tiba mendapat kejutan seperti ini. Stevany melirik Aji yang mengawasi Daren dengan tatapan tajam. Mereka berdua saling mengawasi satu sama lain. "Apa aku mengganggu obrolan kalian??" tanya Daren bingung karena suasana mendadak menjadi tegang saat ia muncul. Stevany menggeleng cepat, Daren datang di saat yang tepat. "Masuklah Daren, aku sudah menunggumu sedari tadi!" sahut Stevany kikuk. Aji melirik Stevany sembari menghembuskan nafasnya jengah. Siapa Daren ini? Kekasih Stevany kah?? Apa yang tidak Aji ketahui? Daren tersenyum senang dan melangkah masuk ke dalam kamar Stevany. Ia mendekat ke tempat Aji berdiri dan mengulurkan tangannya percaya diri. "Hai, saya Daren." Aji menyalami uluran tangan itu, "Aji." ucapnya dingin.Stevany melirik Aji yang tak kunjung pergi, kemudian ia mendekat ke tempat Daren berdiri lantas menggamit lengannya sok mesra. Aji mengawasi tingkah Stevany dengan risih. "Baiklah, terima kasih atas wak