Cyra berdiri di tengah-tengah ruangan pribadi milik Felix dengan kepala menunduk.
Sementara Felix sendiri menatap tajam ke arahnya dengan tatapan ingin menghabisinya sekarang juga."Siapa namamu?" Hardik Felix.Namun Cyra memilih diam. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Dia sangat ketakutan saat ini."Jawab, bangsat!" Hardiknya lagi.Cyra meneteskan air matanya. Dia masih tetap diam. Namun tidak dengan Felix, dia sudah tersulut emosi karena wanita itu memilih diam dan tak bersuara."Kurang ajar! Lo berani melawan gue, hah!" Dengan cepat dia melangkah menuju kepada gadis itu, lalu mencekeram mulutnya kuat.Air mata Cyra mulai menetes. "Siapa nama mu, goblok! Kenapa Lo diam saja! Apa Lo bisu? Atau tuli, hah?" Cengkraman tangan Felix semakin menyakiti Cyra. Namun dirinya tetap membisu dia menatap sendu ke arah Felix. "Sial! Kenapa tatapan wanita ini terasa dekat denganku? Siapakah dia sebenarnya?" Gumamnya, dalam hati.Namun Felix lebih memilih emosi yang sudah memuncak dalam dirinya.Dibandingkan mendengar kata hatinya."Siapa namamu, hah! Lihat apa yang telah Lo lakukan kepada Mopi!" Felix menarik tubuh wanita itu dengan kasar dan memperlihatkan kepadanya beberapa foto Mopi yang mengenaskan."Bu ... bukan saya pelakunya, Tuan." Akhirnya, Cyra angkat bicara juga."Ha-ha-ha, akhirnya Lo buka suara juga, dasar perempuan murahan!" Serunya, lalu menjatuhkan tubuh lemah Cyra di bawah lantai."Sa ... saya bukan perempuan murahan! Saya juga tidak menyakiti anjing peliharaan Anda, Tuan." Ujarnya, sambil mulai bangkit dari lantai dan kembali berdiri tegak."Berani Lo menjawab gue, hah! Mana ada maling yang mau mengaku! Jika ada, penjara akan penuh! Lo akan merasakan akibat atas semua perbuatan Lo! Ingat itu, jalang!" Ujar Felix lalu hendak menampar pipi mulus milik Cyra. Namun sebelum dia melakukan itu, tiba-tiba tubuh lemah Cyra ambruk di lantai dan terpental dengan keras. Darah mulai mengucur keluar dari pelipisnya."Ada apa dengan gadis ini? Kenapa dia jatuh sendiri sih? Bahkan gue belum menamparnya." Dengan cepat dia memeriksa denyut nadi Cyra dengan menyentuh pergelangan tangannya."Masih hidup." Gumamnya, pelan.Felix membuka pintu ruang pribadinya.Terlihat wajah cemas Bik Upik yang sedang mondar-mandir di depan pintu ruang pribadi Felix. "Tuan Felix, apakah Anda sudah selesai dengan Nona Cyra?""Masuklah." Serunya, ketus."Nona Cyranya, mana Tuan?" Tanya, Bik Upik."Tuh ...." Dengan santainya, Felix menunjuk ke bawah lantai. "Ya ampun, Tuan. Nona Cyra kenapa?""Nggak tahu, tiba-tiba saja dia terjatuh di lantai." Ujarnya, dingin.Dengan cepat Felix menggendong tubuh pingsan Cyra dan membaringkan di atas kasur berukuran king size yang ada di ruangan itu."Hubungi dokter Galang, segera." Serunya, dingin."Baik, Tuan Muda." Lalu dengan cepat, Bik Upik menghubungi dokter langganan Felix itu.Bik Upik "Hallo, dok."Dokter Galang "Hallo, Bik. Ada apa menelponku? Apakah penyakit Felix kambuh lagi?""Bik Upik "Tidak dok, Tuan Muda sangat sehat. Hanya saja Nona Cyra yang sedang gawat saat ini. Kami menunggu kedatangan dokter secepatnya."Dokter Galang "Cyra? Cyra, itu siapa?"Bik Upik "Nanti saya akan memberitahukannya kepada Anda, dok." Segeralah ke sini."Dokter Galang "Baiklah, saya akan segera ke sana."Setelah berkata begitu, dokter Galang pun siap-siap menuju ke rumah sahabatnya."Tuan Muda, saya baru saja menelpon dokter Galang, beliau sedang menuju ke sini." Seru, Bik Upik."Baguslah. Jaga dia, jangan sampai kabur. Gue ada urusan sebentar dengan Peter di ruangan lain." Ucap Felix, lalu keluar dari ruangan itu."Baik, Tuan Muda." Jawab Bik Upik.Sang bibik lalu menghampiri kasur dan melihat kondisi tubuh Cyra yang lemah."Nona Muda, maafkan saya. Saya tidak dapat berbuat apa-apa." Serunya, sambil mulai menyelimuti tubuh lemah Cyra. Sebenarnya, apa yang telah dilakukan Tuan Felix kepadamu, Nona? Kenapa kamu sampai pingsan begini?" Area sekitar mulut Cyra yang memerah, tidak luput menjadi bahan perhatian Bik Upik.Felix masuk ke dalam ruang pribadi miliknya yang lain. Yang juga berada di dalam rumahnya.Terlihat Peter, sedang menunggu kedatangannya dari tadi."Bagaimana? Apakah semua surat-suratnya sudah beres?" Tanya, Felix."Sudah, Tuan.""Berikan kepadaku, aku ingin memeriksanya secara langsung." Peter lalu menyodorkan surat dari kantor pencatatan sipil. Di dalam surat itu tertera namanya dan nama Cyra."Cyra Alesha, jadi itu nama panjangnya?" Gumamnya, dalam hati."Kenapa nama gadis itu, terasa tidak asing bagiku?" Gumamnya, lagi."Tuan muda, di sini bagian yang harus Anda tanda tangani." Ujar Peter, lalu menyodorkan sebatang pulpen di tangan Felix.Felix lalu meraih pulpen itu dan mulai menandatangani keabsahan dokumen tersebut.Peter memeriksa hasil tanda tangan Felix."Perfect! Tinggal tanda tangan Nona Cyra, Tuan." Ujarnya."Memangnya harus sekarang butuh tanda tangannya?""Lebih cepat lebih baik, Tuan." Ujar Peter, sambil menyusun kembali dokumen tersebut.Felix terdiam."Sial!""Ada apa, Tuan?" Tanya Peter, lagi."Gadis itu, saat ini sedang pingsan dan tak sadarkan diri.""Apa? Tapi kok bisa?""Gue nggak tahu, tiba-tiba saja dia pingsan." Tutur, Felix."Terus, bagaimana dengan surat-surat penting ini?""Oh ya, tolong tanyakan, apakah bisa hanya dengan memakai cap sidik jari, saja?""Sepertinya tidak bisa Tuan. Kecuali si calon mempelai buta huruf." Seru, Peter."Tuan Muda, untuk sementara berlakulah lembut kepada Nona Cyra. Sampai dia menandatangani semua dokumen ini." Tutur Peter, lagi."Apa Lo bilang? Gue harus berbaik hati kepada jalang itu? Apa Lo sudah buta, hah! Dia yang membuat Mopi hampir meregang nyawa! Enak saja kamu!" Hardiknya."Tuan Muda, tolonglah Anda berpikir bijak saat ini. Waktu kita hanya seminggu untuk mengurus semua keabsahan pernikahan Anda dan Nona Cyra." Jelas Peter, lagi."Terserah! Jangan paksa gue untuk bisa berbaik hati kepada jalang itu!" Pintu tiba-tiba di ketuk dari luar."Masuk!" Jawab, Peter.Bik Upik terlihat memasuki ruangan. "Ada apa, Bik?" Tanya Peter.Begini, Tuan Muda. Jika nanti dokter Galang menanyakan perihal Nona Cyra, saya menjawabnya bagaimana?""Memangnya dokter Galang sudah tiba, Bik?" Tanya Peter."Dokter Galang akan tiba dalam waktu sepuluh menit lagi." Sahut, Bik Upik."Jangan katakan apa pun kepada dokter itu. Sepuluh menit lagi, saya dan Tuan Muda akan menuju ke sana." Ujar Peter, lagi.Setelah mendengar penjelasan Peter. Bik Upik pun keluar dari ruangan itu."Bagaimana dengan tawaran yang saya katakan tadi, Tuan Muda? Semua terserah kepada Anda sekarang." Tutur Peter, lagi."Tapi saya hanya baik kepadanya sampai dia menandatangani surat-surat itu, kan?""Setidaknya, Anda bersandiwara jika ada orang lain disekitar Anda, Tuan. Agar mereka percaya jika hubungan kalian, nyata adanya.""Cih! Banyak ngatur, Lo!" Ketus Felix. Lalu melangkah menuju ke ruangan di mana Cyra sedang berada.Bersamaan dengan itu dokter Galang tiba di kediaman Felix."Selamat datang Pak dokter, mari silakan masuk." Ujar, Bik Upik.Dokter Galang hanya mengangguk dan mengikuti langkah Bik Upik, masuk ke dalam rumah.Pintu di buka dari luar, terlihat wajah khawatir dari Felix yang dia perlihatkan saat ini."Bro, kok Lo lama banget datangnya, gue sangat khawatir dengan keadaannya." Ujarnya dengan sedih. Saat ini Felix sedang duduk di tepi ranjang sambil menggenggam tangan dingin Cyra."Maaf Bro, tadi jalanan sedikit macet." Jawab sang dokter lalu mulai memeriksa Cyra. Ternyata dokter Galang adalah salah satu orang kepercayaan orang tuanya, yang mengelola sebuah rumah sakit milik keluarganya. Jadi mau tidak mau, Felix harus bersandiwara di depan dokter itu."Gadis ini, siapa?" Tanya sang dokter, sambil mulai memeriksa tekanan darah Cyra."He-he-he, dia calon istri gue, Bro." Jawabnya, cengengesa
Sementara Felix yang terbuai dengan manisnya bibir Cyra mulai kembali melahapnya. Cyra tak dapat berontak karena Felix menahan tengkuknya."Tuan Muda, kami masih ada di sini." Seru dokter Galang, menusuk.Sementara Peter menatap tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat."Apakah beliau, Tuan Felix? Kenapa dia berubah seperti itu?" Felix yang terkesan sangat dingin kepada wanita selama ini, membuat Peter seakan tak percaya dengan tingkah Felix yang sangat mengejutkan itu.Felix langsung tersadar, "eh iya, dok. He-he-he, maklum ya dok. Kami adalah pasangan baru, jadi wajar jika saling bermesraan begini. Bukan begitu, Sayang?" Seru Felix lalu mencuri sekali lagi satu ciuman di bibir Cyra, dengan kasar."Shit! Kenapa bibirnya serasa candu bagiku! Apakah aku sudah gila? Kenapa aku begitu mudahnya tergoda dengan Si jalang ini!" Gerutunya, dalam hati.Cyra kembali tersentak dengan adegan ciuman kilat yang dilakukan oleh Felix untuknya.Cyra menatap tidak suka ke arah Felix."He-he-he,
Keesokan harinya. Sudah dua puluh empat jam lebih, Cyra menghilang.Lio, sang sahabat kembali mendatangi kantor polisi pagi ini. Lio membuat laporan orang hilang. Semua mengarah kepada ciri-ciri Cyra.Sebenarnya Lio sudah sejak kemarin khawatir dengan keberadaan Cyra yang tidak muncul-muncul juga di tempat mereka janjian. Setelah malam pun tiba, Cyra tetap tidak muncul juga.Malam itu, Lio mulai mendatangi kantor polisi untuk melaporkan orang hilang. Namun sayangnya, laporannya tidak dapat diproses lebih lanjut karena belum tepat dua puluh empat jam Cyra menghilang.Makanya pagi ini, setelah dua puluh empat jam Cyra menghilang, Lio kembali datang ke kantor polisi untuk melaporkan menghilangnya Cyra.Dan berita menghilangnya Cyra mulai tersebar di media elektronik dan media sosial."Tuan Muda! Gawat!" Seru Peter kepada Felix, yang saat ini sedang berada di kantor tepatnya di ruang pribadi miliknya.Felix yang baru saja selesai meeting, langsung disambut dengan wajah tegang milik Peter.
"Hai semuanya, nama saya Janu Benizal. Saya adalah saudara kandung dari Cyra Alesha yang diberitakan sebagai orang hilang. Saya memberitahukan kepada Anda semua. Jika Kakak saya, Cyra tidak sedang menghilang. Akan tetapi saat ini dia sedang berada di rumah salah keluarga kami yang berada di Jakarta. Demikian informasi dari saya." Lalu di layar terlihat Cyra yang sedang membaca beberapa buku di sebuah ruangan mewah.Felix semakin tersenyum puas. Rencana awalnya berhasil dengan sempurna.Janu barusan melakukan konferensi pers dan menginformasikan jika Cyra tidak menghilang dan baik-baik saja.Lio yang sedang berada di rumahnya, juga ikut melihat berita konferensi pers itu. Walaupun dia sedikit lega jika Cyra baik-baik saja saat ini. Namun, sisi hatinya yang lain mengatakan jika ada sesuatu hal yang menimpa sahabatnya itu."Aku harus mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya." Gumam Lio, dalam hati."Apakah ada hal lain yang ingin saya lakukan untuk Anda, Tuan?" Mata Janu seketika menjadi
"Hei, kenapa kalian meninggalkanku di sini?" Seru Cyra, lalu melangkah menuju ke pintu yang telah tertutup rapat itu."Buka pintunya! Buka! Tolong buka pintunya! Aku hanya ingin bertemu dengan adikku!" Cyra mulai, menangis."Tuhan, apa yang harus ku lakukan untuk keluar dari sini?" Lirihnya, sambil mengeluarkan air matanya."Bagus juga sandiwara, Lo!" Puji Felix kepada Janu. Saat ini mereka berada di markas milik Felix yang mirip dengan penjara, karena ada beberapa sel di sana. Kedua polisi tadi juga adalah anak buahnya, yang menyamar sebagai polisi."Ini milik, Lo." seru Felix, lalu memberikan koper yang berisi rupiah yang banyak kepada Janu."Lo akan diantar oleh anak buah gue sampai ke desa, Lo. Untuk memastikan jika Lo tidak akan kembali lagi ke sini dan mulai melakukan kekacauan, lagi.""Siap, Tuan. Saya pasti akan menepati janji.""Tapi, Tuan. Bolehkah saya berbicara kepada kakak saya sebentar, saja?""Memangnya, Lo mau mengatakan, apa?""Saya hanya mau berpamitan kepadanya, untu
"Bagaimana dengan Si Jalang itu?" Tanya Felix, kepada Bik Upik.Saat ini dirinya sedang menikmati makan malamnya sendiri di meja makan.Sejak dulu Felix selalu makan sendiri di meja makan dan hal itu sudah menjadi kebiasaannya, sejak kecil."Maaf, Tuan Muda. Dari tadi pagi, Nona Cyra tidak mau makan." Lapor Bik Upik."Kurang ajar! Jadi dia berani melawanku?" Kesal, Felix.Felix hendak meninggalkan meja makan namun Peter menahannya."Tuan Muda, jaga emosi Anda. Kita masih membutuhkan foto Nona Cyra." Peter sudah menduga, jika Felix akan melakukan sesuatu kepada Cyra. Untuk itu, dia menasihatinya lebih dulu."Tapi saat ini kami sudah sah menikah secara hukum, bukan?" Tanya Peter."Semua sudah sah, Tuan. Hanya saja buku nikahnya masih belum keluar karena masih dalam pengurusan. Untuk itu, diperlukan foto Anda dan foto Nona Cyra untuk dicantumkan ke dalam buku nikah itu." Ucap Peter panjang lebar.Namun emosi Felix, mengalahkan akal sehatnya. Dia menghempas tangan Peter yang menahannya da
"Ja ... jadi, surat-surat yang aku tandatangani kemarin?""Tepat sekali! Lo dengan sadarnya telah menandatangani surat persetujuan menjadi budak gue, sekaligus sebagai istri sah gue selamanya! Ha-ha-ha-ha." Tawa lepas Felix kembali membahana."Ta-pi, Tuan. Anda menyuruh saya menandatangani itu dibawah tekanan.""Lah, siapa suruh Lo menandatanganinya tanpa membacanya sedikit pun?" Tanya, Felix.Air mata Cyra tak terbendung lagi. Dia benar-benar terperangkap dalam lingkaran setan yang dibuat oleh Felix."Tu .. tuan, tolong ampuni saya. Izinkan saya keluar dari sini dan melanjutkan hidup saya." Isaknya memohon, sambil bersimpuh di hadapan Felix."Tidak akan! Enak saja aku melepasmu. Hargamu sangat mahal! Lagian adikmu sudah menikmat hasilnya. Jadi stop menangis dan terima nasibmu!" Ejeknya, kepada Cyra."Mulai besok, Lo mulai menjalankan peran Lo yang baru! Bik Upik, urusi jalang ini!" Ketusnya, lalu keluar dari ruangan itu.Air mata Cyra terus saja mengalir di sudut ranjang luas itu. Bi
Peter pun menjelaskan kronologinya kepada Dokter Galang."Peter. Seharusnya, Anda melarang Tuan Felix untuk balap mobil. Kondisinya sedang tidak stabil. Emosinya mulai tak terkendalikan lagi." Tukas, Dokter Galang.Saat ini, dia sedang mengukur tekanan darah Felix yang sedang terbaring lemah di atas ranjang."Maaf, Pak Dokter. Saya sudah mencoba melarang Tuan Muda. Akan tetapi, dia tidak pernah menggubrisnya." Sesal, Peter."Lain kali, Anda harus lebih tegas kepada Tuhan Felix. Jika tidak kondisinya ini, bisa saja membahayakan nyawanya." Ucap sang dokter, lagi.Ada rasa menyesal di hati Peter saat mendengar penjelasan dokter Galang. Namun di lain sisi, dia juga tidak dapat berbuat banyak untuk menegur sang atasan yang sangat keras kepala itu."Tekanan darah Tuan Felix, agak naik saat ini. Saya akan menyuntikkan obat untuk menurunkan tensinya, melalui infus." Sergah, sang dokter lalu mempersiapkan semuanya."Dokter, apakah Tuan Felix butuh dirawat di rumah sakit?" Bik Upik menjadi ikut