"Cih! Banyak ngatur, Lo!" Ketus Felix. Lalu melangkah menuju ke ruangan di mana Cyra sedang berada.
Bersamaan dengan itu dokter Galang tiba di kediaman Felix."Selamat datang Pak dokter, mari silakan masuk." Ujar, Bik Upik.Dokter Galang hanya mengangguk dan mengikuti langkah Bik Upik, masuk ke dalam rumah.Pintu di buka dari luar, terlihat wajah khawatir dari Felix yang dia perlihatkan saat ini."Bro, kok Lo lama banget datangnya, gue sangat khawatir dengan keadaannya." Ujarnya dengan sedih. Saat ini Felix sedang duduk di tepi ranjang sambil menggenggam tangan dingin Cyra."Maaf Bro, tadi jalanan sedikit macet." Jawab sang dokter lalu mulai memeriksa Cyra. Ternyata dokter Galang adalah salah satu orang kepercayaan orang tuanya, yang mengelola sebuah rumah sakit milik keluarganya. Jadi mau tidak mau, Felix harus bersandiwara di depan dokter itu."Gadis ini, siapa?" Tanya sang dokter, sambil mulai memeriksa tekanan darah Cyra."He-he-he, dia calon istri gue, Bro." Jawabnya, cengengesan.Dokter Galang menatap tak percaya kepada omongan Felix."Dia kok bisa pingsan? Dan kenapa tubuhnya banyak luka lecet? Apakah Anda menyakitinya?" Selidik, sang dokter."Yaelah, Bro. Nggak mungkin kan gue melakukan kekerasan kepada calon istri gue sendiri?" Felix langsung menatap ke arah Peter, agar dia mencari alasan yang masuk akal."Begini dokter, Nona Cyra, beberapa hari ini ingin sekali belajar naik motor. Tanpa seizin Tuan Muda, Nona malah ngotot ingin lebih cepat belajar. Alhasil Nona Cyra tidak bisa menjaga keseimbangan saat membawa motor dan akhirnya terjatuh. Kalau dokter tidak percaya, di garasi ada terparkir motor milik Nona Cyra yang kondisinya sedikit parah." Ujar Peter setenang mungkin menjelaskannya, agar dokter Galang percaya.Untungnya lagi, motor Cyra yang rusak saat menabrak Mopi, telah terparkir manis di garasi milik Felix."Baiklah, nanti saya akan cek." Jawab sang dokter, dingin."Bro, gue punya satu permintaan kepada Lo." Ucap Felix, tiba-tiba."Apa itu?" Tanya sang dokter."Bolehkah, Lo merahasiakan tentang Cyra kepada kedua orang tua gue?""Kenapa harus dirahasiakan? Bukankah ini adalah kabar baik? Felix Domil, CEO yang terkenal dingin terhadap wanita, akhirnya menemukan tambatan hatinya, bukannya ini merupakan berita besar dan menghebohkan? Akan tetapi, kenapa malah terkesan ditutup-tutupi?" Sergah, sang dokter."Justru karena hal ini adalah berita besar, makanya gue mau membuat surprise kepada semua orang, Bro. Terkhusus untuk kedua orang tua gue." Ujar Felix, meyakinkan dokter Galang."Sepertinya apa yang dikatakan Felix masuk akal juga." Pikir dokter Galang, dalam hati."Bagaimana keadaannya, dok?" Tanya Felix lagi, pura-pura khawatir."Nona Cyra bisa pingsan karena kehabisan energi dari dalam tubuhnya. Apakah dia belum makan hari ini?"Terjadi keheningan di ruangan itu. Peter terlihat kebingungan untuk menjawab. Keringat dingin mulai mengucur di dahi Felix."Mampus! Bakal ketahuan nih, sandiwara gue!" Sedihnya, dalam hati."Maaf Pak dokter, Nona Cyra memang belum makan hari ini. Nona hanya minum air saja." Ucap, Bik Upik.Hati Felix bagaikan di siram seember air es mendengar penuturan Bik Upik, dingin dan sangat sejuk."Cih! Akhirnya, selamat gue!" Serunya, dalam hati."Kenapa hanya minum air saja?" Tanya, dokter Galang."Sepertinya, Nona Cyra ingin diet Pak dokter, agar gaun pengantinnya tidak kekecilan di tubuhnya." Ucap Bik Upik, mulai mengarang indah."Oh begitu, tolong diingatkan kepada Nona Cyra untuk mengikuti kelas diet yang sehat. Jangan sembarangan untuk berdiet, karena dapat merusak organ di dalam tubuh. Jadi saya terpaksa akan menginfus Nona." Seru sang dokter, lalu mengeluarkan beberapa peralatan kesehatan di dalam tas kerjanya."Baik, dok." Jawab Felix, singkat."Sial! Tangan gue lama-lama bisa geli nih menggenggam tangannya dari tadi." Kesal Felix, dalam hati.Disaat sang dokter mulai menusuk pergelangan tangan Cyra dengan jarum infus, tiba-tiba dia terbangun dan merasakan nyeri di tangannya.""Sakit ..." Lirihnya, sambil mulai meneteskan air matanya. Melihat Cyra yang sudah sadar dan mulai bersuara, Felix memulai sandiwaranya. "Sayang, kamu sudah bangun? Tahan sebentar ya? Dokter akan menginfusmu." Seru Felix lembut sambil mengusap air mata di pipinya.""Agak sakit sedikit Nona, tapi hanya sebentar kok." Ucap dokter Galang, sambil tersenyum ke arah Cyra. Entah mengapa, tiba-tiba dokter Galang merasakan sesuatu getaran yang aneh saat menatap mata sendu milik Cyra."Gila nih Si Galang! Kok malah senyum-senyum sendiri melihat Si jalang ini!" Ucap Felix, dalam hati.Sementara Cyra merasakan bagai berada di alam mimpi. Ada dua orang pemuda yang berlaku lembut kepadanya.Terutama Felix yang tiba-tiba berubah baik kepadanya. Padahal baru saja tadi, Felix memperlakukannya dengan kasar."Ke ... kenapa dia bisa berubah? Tuhan, jika ini hanyalah mimpi, tolong jangan bangunkan aku." Lirih Cyra, dalam hatinya."Sudah selesai. Infus terpasang dengan baik." Ucap dokter Galang, lagi-lagi sambil tersenyum ke arah Cyra.Sementara, tangan Felix dari tadi mengelus-elus pipi mulus Cyra. Seperti yang biasa dia lakukan dengan Mopi, sang anjing kesayangan.Peter dan Bik Upik seakan dibuat melongo karena tingkah konyol Felix."Sayang, apakah masih sakit?" Tanya Felix, kepada Cyra."Su ... sudah tidak sa-kit." Jawab Cyra menahan geli di pipinya, karena elusan Felix."Tuan Muda, ada baiknya Nona Cyra makan dulu, agar tubuh lemahnya bisa cepat pulih kembali." "Sayang? Kamu makan, ya? Nanti biar aku suapin kamunya. Oh ya, kamu mau makan apa?" Tanya Felix, lembut."A-pa saja, asalkan bukan makanan pedas." Ucap Cyra masih terus menahan geli, dengan elusan Felix di pipinya.Peter dan Bik Upik kembali melongo karena selera makanan Cyra sama dengan Felix. Sama-sama tidak menyukai makanan pedas."Kamu mendengar itu, Bibik?" "Siap, Tuan muda. Saya akan segera menyiapkan makan siang untuk Nona Cyra." Jawab Bik Upik, lalu dengan cepat keluar dari ruangan itu."Kamu tunggu sebentar ya, Sayang. Lagi disiapkan." Tuturnya sambil mengelus terus, pipi Cyra."Sial! Kenapa tangan gue tidak berhenti mengelus pipinya? Kok hati gue terasa sangat nyaman mengelusnya? Dia mirip seperti Mopi." Lirih Felix, dalam hati. "Nona Cyra, apakah Anda sudah lama mengenal Tuan Muda?" Tiba-tiba dokter Galang bertanya lagi.Cyra diam, tidak tahu harus menjawab apa. Karena dia masih belum mengerti apa yang sedang terjadi sekarang."Tidak terlalu lama kok, kami berdua sudah saling mengenal. Bukan begitu, Sayang?" Felix meminta persetujuan dari Cyra.Cyra mengangguk karena mereka memang baru hari ini mereka saling kenal.Cyra ingin mengatakan sesuatu, namun Felix lebih dulu memotong perkataannya."Walaupun kami baru saling kenal. Namun kami saling mencintai. Iya kan, Sayang?" Ujarnya, lagi.Entah kenapa, Felix jadi gemas sendiri melihat wajah sendu milik Cyra, dengan cepat, Felix menghujani wajah Cyra dengan beberapa kecupan dipipinya. Bahkan Felix juga mencium lembut bibir pucatnya. Cyra hanya bisa terpaku, mendapatkan serangan tiba-tiba dari Felix.Sementara Felix yang terbuai dengan manisnya bibir Cyra mulai kembali melahapnya. Cyra tak dapat berontak karena Felix menahan tengkuknya."Tuan Muda, kami masih ada di sini." Seru dokter Galang, menusuk.Sementara Peter menatap tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat."Apakah beliau, Tuan Felix? Kenapa dia berubah seperti itu?" Felix yang terkesan sangat dingin kepada wanita selama ini, membuat Peter seakan tak percaya dengan tingkah Felix yang sangat mengejutkan itu.Felix langsung tersadar, "eh iya, dok. He-he-he, maklum ya dok. Kami adalah pasangan baru, jadi wajar jika saling bermesraan begini. Bukan begitu, Sayang?" Seru Felix lalu mencuri sekali lagi satu ciuman di bibir Cyra, dengan kasar."Shit! Kenapa bibirnya serasa candu bagiku! Apakah aku sudah gila? Kenapa aku begitu mudahnya tergoda dengan Si jalang ini!" Gerutunya, dalam hati.Cyra kembali tersentak dengan adegan ciuman kilat yang dilakukan oleh Felix untuknya.Cyra menatap tidak suka ke arah Felix."He-he-he,
Keesokan harinya. Sudah dua puluh empat jam lebih, Cyra menghilang.Lio, sang sahabat kembali mendatangi kantor polisi pagi ini. Lio membuat laporan orang hilang. Semua mengarah kepada ciri-ciri Cyra.Sebenarnya Lio sudah sejak kemarin khawatir dengan keberadaan Cyra yang tidak muncul-muncul juga di tempat mereka janjian. Setelah malam pun tiba, Cyra tetap tidak muncul juga.Malam itu, Lio mulai mendatangi kantor polisi untuk melaporkan orang hilang. Namun sayangnya, laporannya tidak dapat diproses lebih lanjut karena belum tepat dua puluh empat jam Cyra menghilang.Makanya pagi ini, setelah dua puluh empat jam Cyra menghilang, Lio kembali datang ke kantor polisi untuk melaporkan menghilangnya Cyra.Dan berita menghilangnya Cyra mulai tersebar di media elektronik dan media sosial."Tuan Muda! Gawat!" Seru Peter kepada Felix, yang saat ini sedang berada di kantor tepatnya di ruang pribadi miliknya.Felix yang baru saja selesai meeting, langsung disambut dengan wajah tegang milik Peter.
"Hai semuanya, nama saya Janu Benizal. Saya adalah saudara kandung dari Cyra Alesha yang diberitakan sebagai orang hilang. Saya memberitahukan kepada Anda semua. Jika Kakak saya, Cyra tidak sedang menghilang. Akan tetapi saat ini dia sedang berada di rumah salah keluarga kami yang berada di Jakarta. Demikian informasi dari saya." Lalu di layar terlihat Cyra yang sedang membaca beberapa buku di sebuah ruangan mewah.Felix semakin tersenyum puas. Rencana awalnya berhasil dengan sempurna.Janu barusan melakukan konferensi pers dan menginformasikan jika Cyra tidak menghilang dan baik-baik saja.Lio yang sedang berada di rumahnya, juga ikut melihat berita konferensi pers itu. Walaupun dia sedikit lega jika Cyra baik-baik saja saat ini. Namun, sisi hatinya yang lain mengatakan jika ada sesuatu hal yang menimpa sahabatnya itu."Aku harus mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya." Gumam Lio, dalam hati."Apakah ada hal lain yang ingin saya lakukan untuk Anda, Tuan?" Mata Janu seketika menjadi
"Hei, kenapa kalian meninggalkanku di sini?" Seru Cyra, lalu melangkah menuju ke pintu yang telah tertutup rapat itu."Buka pintunya! Buka! Tolong buka pintunya! Aku hanya ingin bertemu dengan adikku!" Cyra mulai, menangis."Tuhan, apa yang harus ku lakukan untuk keluar dari sini?" Lirihnya, sambil mengeluarkan air matanya."Bagus juga sandiwara, Lo!" Puji Felix kepada Janu. Saat ini mereka berada di markas milik Felix yang mirip dengan penjara, karena ada beberapa sel di sana. Kedua polisi tadi juga adalah anak buahnya, yang menyamar sebagai polisi."Ini milik, Lo." seru Felix, lalu memberikan koper yang berisi rupiah yang banyak kepada Janu."Lo akan diantar oleh anak buah gue sampai ke desa, Lo. Untuk memastikan jika Lo tidak akan kembali lagi ke sini dan mulai melakukan kekacauan, lagi.""Siap, Tuan. Saya pasti akan menepati janji.""Tapi, Tuan. Bolehkah saya berbicara kepada kakak saya sebentar, saja?""Memangnya, Lo mau mengatakan, apa?""Saya hanya mau berpamitan kepadanya, untu
"Bagaimana dengan Si Jalang itu?" Tanya Felix, kepada Bik Upik.Saat ini dirinya sedang menikmati makan malamnya sendiri di meja makan.Sejak dulu Felix selalu makan sendiri di meja makan dan hal itu sudah menjadi kebiasaannya, sejak kecil."Maaf, Tuan Muda. Dari tadi pagi, Nona Cyra tidak mau makan." Lapor Bik Upik."Kurang ajar! Jadi dia berani melawanku?" Kesal, Felix.Felix hendak meninggalkan meja makan namun Peter menahannya."Tuan Muda, jaga emosi Anda. Kita masih membutuhkan foto Nona Cyra." Peter sudah menduga, jika Felix akan melakukan sesuatu kepada Cyra. Untuk itu, dia menasihatinya lebih dulu."Tapi saat ini kami sudah sah menikah secara hukum, bukan?" Tanya Peter."Semua sudah sah, Tuan. Hanya saja buku nikahnya masih belum keluar karena masih dalam pengurusan. Untuk itu, diperlukan foto Anda dan foto Nona Cyra untuk dicantumkan ke dalam buku nikah itu." Ucap Peter panjang lebar.Namun emosi Felix, mengalahkan akal sehatnya. Dia menghempas tangan Peter yang menahannya da
"Ja ... jadi, surat-surat yang aku tandatangani kemarin?""Tepat sekali! Lo dengan sadarnya telah menandatangani surat persetujuan menjadi budak gue, sekaligus sebagai istri sah gue selamanya! Ha-ha-ha-ha." Tawa lepas Felix kembali membahana."Ta-pi, Tuan. Anda menyuruh saya menandatangani itu dibawah tekanan.""Lah, siapa suruh Lo menandatanganinya tanpa membacanya sedikit pun?" Tanya, Felix.Air mata Cyra tak terbendung lagi. Dia benar-benar terperangkap dalam lingkaran setan yang dibuat oleh Felix."Tu .. tuan, tolong ampuni saya. Izinkan saya keluar dari sini dan melanjutkan hidup saya." Isaknya memohon, sambil bersimpuh di hadapan Felix."Tidak akan! Enak saja aku melepasmu. Hargamu sangat mahal! Lagian adikmu sudah menikmat hasilnya. Jadi stop menangis dan terima nasibmu!" Ejeknya, kepada Cyra."Mulai besok, Lo mulai menjalankan peran Lo yang baru! Bik Upik, urusi jalang ini!" Ketusnya, lalu keluar dari ruangan itu.Air mata Cyra terus saja mengalir di sudut ranjang luas itu. Bi
Peter pun menjelaskan kronologinya kepada Dokter Galang."Peter. Seharusnya, Anda melarang Tuan Felix untuk balap mobil. Kondisinya sedang tidak stabil. Emosinya mulai tak terkendalikan lagi." Tukas, Dokter Galang.Saat ini, dia sedang mengukur tekanan darah Felix yang sedang terbaring lemah di atas ranjang."Maaf, Pak Dokter. Saya sudah mencoba melarang Tuan Muda. Akan tetapi, dia tidak pernah menggubrisnya." Sesal, Peter."Lain kali, Anda harus lebih tegas kepada Tuhan Felix. Jika tidak kondisinya ini, bisa saja membahayakan nyawanya." Ucap sang dokter, lagi.Ada rasa menyesal di hati Peter saat mendengar penjelasan dokter Galang. Namun di lain sisi, dia juga tidak dapat berbuat banyak untuk menegur sang atasan yang sangat keras kepala itu."Tekanan darah Tuan Felix, agak naik saat ini. Saya akan menyuntikkan obat untuk menurunkan tensinya, melalui infus." Sergah, sang dokter lalu mempersiapkan semuanya."Dokter, apakah Tuan Felix butuh dirawat di rumah sakit?" Bik Upik menjadi ikut
"Okay, deal! Saya pegang janji Anda!" Setelah berkata begitu. Orang-orang itu segera meninggalkan ruangan itu.Tinggal ada Peter di dalam sana. Dia sedang berpikir, apakah ada pihak lain yang sengaja menabrak Mopi, Si anjing kesayangan Tuan Felix.Dia pun terlihat menelepon seseorang untuk menyelidikinya secara tersembunyi. Tanpa diketahui oleh siapa pun.Pintu ruangan itu, diketuk dari luar. Terdengar suara Bik Upik dari balik pintu.Ternyata sang bibi sengaja menemui Asisten Peter untuk menyampaikan rasa protesnya."Masuk," terdengar suara dari dalam ruangan itu."Ada apa, Bik. Malam-malam begini menemui saya? Apakah ada sesuatu yang penting?" Selidiknya."Tentu saja ini hal penting! Jika tidak, saya tidak mungkin menemui Anda!" Ketus Bik Upik, kepada Peter."Segera katakan, Anda mau apa, Bik? Hari sudah sangat malam. Anda pasti tahu jika besok pagi adalah hari yang sangat sibuk untuk semua orang di rumah ini." Tutur, Asisten Peter.Lalu dengan cepat, Bik Upik mengutarakan uneg-uneg