Shera terkejut dengan pengakuan Gala yang pernah ke wandara.
"Kamu pernah ke wandara?!" "Iya, disana Negara yang sangat megah, jika ada kesempatan kita kesana," sahut Gala.Shera tergugu lagi. Gala belum tahu bahwa Shera dan keluarganya buronan di wandara. Kasus pengkhianatan ayahnya dan pemerkosaan yang terjadi padanya belum juga Gala ketahui. Dia menatap lekat Gala. Shera mengurungkan niat untuk jujur. Ia yakin, pacarnya itu tidak mungkin menerima kenyataan semua sama lalunya."Kamu kenapa, Shera? hem?" usapan lembut pipi di layangkan oleh Gala.Shera malah mengunci mulut."Ada apa dengan wandara? hem? sayang ..kamu kenapa sih?" Gala memeluk Shera. Dia melihat ada kekhawatiran di wajah pacarnya.
"Shera ..aku sayang kamu, jujur saja apa yang kamu ingin katakan, aku janji tak ada yang merubah perasaanku pada kamu," ujar Gala.Shera menarik nafas. DiaGala masih terdiam. Dia belum mengerti apa yang di maksud oleh kekasihnya itu. Bahkan Shera selalu membahas masa lalu yang tidak ingin ketahui. "Sayang, aku menerima kamu apa adanya, aku mencintai Shera, apapun jenisnya," ucap Gala penuh tulus. Shera terenyuh.Wajah mereka kian mendekat. Dengan cekatan keduanya saling berciuman, lakon ini kedua kalinya mereka lakukan. Tapi Shera tersadar, ada yang harus ia ungkapkan pada Gala. Dia keluar dari mobil, cara menghindar agar perasaan Shera mengenyahkan nafsunya. Gala menyusul keluar, dia belum selesai dengan luapan cintanya lada Shera. "Hem, sayang, kamu kenapa keluar? aku tidak nyaman di dalam mobil?" tanya Gala. "Dengar aku, Gala. Aku Shera, yang lernah menculik Maysa, kakakmu .." ungkap Shera sembari memegang kedua tangan Gala. Gala terperanjat. Wajahnya tanpa ekpresi."Maksudnya, kamu anak panglima itu?" tanya Gala. "Iya, ak
Dalisah masih menanti jawaban Arlesa. Anak mendiang Syehk itu berharap, mantan suaminya bisa makan siang berdua dengannya."Tapi hanya sebentar saja," sahut Arlesa.Dalisah mengangguk. Dia kembali masuk ke ruangannya. Dalisah mulai membuka rantang lalu menyajikannya pada Arlesa."Ini semua masakanku sendiri," ujar Dalisah.Arlesa memasang wajah masam. Ketika mencoba masakan Dalisah ekspresinya sama saja. 'Lebih enak masakan ibunya Inara,' lirihnya dalam hati.Dalisah bahagia bisa melihat Arlesa menikmati makan siangnya. Setelah memakan beberapa sendok, Arlesa meliirk ke jam tangannya, sudah sepuluh menit berselang, dia harus pulang makan siang bersama Maysa. "Aku harus pulang, Maysa menungguku," katanya. Tapi tiba-tiba kepala dia pusing, Arlesa terjatuh ke sofa. Penglihatannya buram lalu di detik kemudian dai tak sadarkan diri. Dalisah hanya diam termangu. Rupanya ramuan yang di beri sur
Arlesa sudah mengumpulkan semua pengawal pribadinya untuk menjemput Dalisah di rumahnya. Maysa masih di dalam kamar menemani Inara tidur. Dia belum tahu rencana suaminya, bahkan Arlesa akan membawa Dalisah bersujud di kaki istrinya. Ada sepuluh pengawal Arlesa mendobrak pintu rumah Dalisah secara paksa. Anak mendiang Syehk itu bahkan bersembunyi di dalam lemari. "Jangan bersembunyi, ikut kami!" Dalisah di ikat lalu di gotong ke istana. Dalisah hanya pasrah. Berteriak pun tak mampu, siapa yang bisa menolongnya dari jerat sang penguasa wandara. Dalam hatinya hanya menyebut nama ibu dan abinya. Arlesa sudah menunggu di ruang kedua istana. Di sana dia duduk dengan wajah penuh amarah. Dalisah tak berani menatap wajah Arlesa yang biasanya terlihat lembut, berubah jadi menyeramkan bak singa yang ingin menerkamnya. "Panggil istriku!" Titahnya Maysa sedang menyanyikan lagu untuk Inara mendengar
Shera tak bergairah lagi. Senyumnya hilang semenjak dia putus komunikasi dengan Gala. Hubungan mereka tak ada kepastian, masih lanjut atau sudah di akhiri. Seminggu telah terlewati, tapi Gala belum juga menghubunginya. Pria itu bagai lenyap di telan bumi. Tak peduli perasaan hatu yang gusar karenanya, sakit merindunya. Hari-harinya Shera hanya di sibukkan untuk bekerja. Ini cara ampuh untuk menghilangkan Gala di pikirannnya, namun usaha itu selalu gagal, adik Maysa itu membuat menari-nari di ingatannya, menggoda.
Maysa menemui Dalisah di kamar tamu. Mantan istri suaminya itu tak di biarkan keluar kamar, sangat berbahaya. Di dalam Dalisah menangis saat berdoa. Dia meminta ampun atas kesalahannya. Kesalahan telah mencoba merusak rumah tangga orang lain. "Kak Maysa," Dalisah terkejut dengan kehadiran Dalisah di sampingnya. Maysa menilik wajah Dalisah yang cantik itu. Dengan wajah Dalisah yang cantik sempurna tidak mampu meluluhkan hati suaminya, sebegitu besarnya cinat Arlesa padanya. "Kau mendoakan apa?" tanya Maysa. Dia tak mendengar doa-doa itu dengan jelas. "Aku minta ampun, Kak. Aku sangat berdosa sekali karena mencintai suami Kak Maysa lalu menikah dengannya." Maysa tertegun. Dia tahu aturan menikah dalam islam. Tidak apa-apa pria berpoligami asalkan istri pertama ikhlas. Arlesa dulu menikahi Dalisah tanpa sepengetahuannya, sehingga Maysa pun marah besar dan keberatan dengan hal itu. "Apa yang kau rasakan sekara
Di dunia yang berbeda, ada Shera kembali ke rumahnya. Studio karaokenya di padati pengunjung. Dia begitu puas malam ini, ini balasan atas sakit hati yang menimpanya karena telah di putuskan oleh Gala.Shera naik ke kamarnya. Ibu dan Ayahnya memang sudah lebih dulu tidur. Shera memang selalu pulang larut malam. Di ponselnya dia melihat fotonya bersama Gala memenuhi memori. Dia menintikkan air mata, tapi jemarinya lincah menghapus foto-foto kenangan itu hingga tak bersisa."Kita memang tak bisa bersatu, hiduplah lebih baik, aku juga akan demikian," lirihnya.Shera menyadari kesalahan dia dan keluarganua begitu fatal. Tak ada yang bisa membenarkan tingkah keji mereka. Tapi inilah hidup, semua harus di perbaiki.Mulai esok, takkan ada nama Gala lagi yang jadi pengusik jiwanya. Dia akan bangkit dari kegagalan bercinta. 'Semua pria sama saja, Gala tidak pernah mau berjuang dan tak mau memaafkan kesalahanku.'Shera trauma lag
Ratu Flora mengetuk pintu kamar Maysa. Saat terbuka, dia langsung menyeruduk masuk ke dalam Maysa."Bunda ingin tanyakan sesuatu sama kamu, Bunda mohon kamu jujur Maysa," ucap Ratu Flora.Sebagai Bunda tertua di istana, Maysa tak bisa menolak itu. Meski kejujurannya akan mengejutkan Bunda Jeval itu."Kau kenapa dengan Jeval?" tanyanya.Maysa tergugu. Dia malah menundukkan wajah."Maysa, Bunda mohon jawab, kamu dan Jeval kenapa?" Ratu Flora memaksa.Maysa mengeleng. Dia tak mau jujur bila hal itu. Ini aib baginya, bagi pernikahannya."Bunda tahu rencana pernikahan kalian, Jeval sudah menceritakan semua padaku. Maysa, kamubdan Jeval ada masalah apa sekarang? kenapa dia memohon-mohon sama kamu? tolong Maysa, saya ibunya, sata harus tahu yang terjadi dengan anakku," kata Ratu Flora.Maysa kasihan dengan Ratu Flora. Dia mulai berani mengangkat wajahnya.
Para pelayan itu hanya mengangguk tanpa mengerti apa yang di katakan Foland tentang Jeval. Sementara Bun Great diam tak berkutik. Mata kepalanya menyaksikan peristiwa Jeval dan Maysa itu. Dia ingin menolong Maysa saat itu tapi takut bila malah menggemparkan istana. Hjngga dia hanya bisa bersembunyi di balik tiang menyaksikan tangis Maysa."Bailklah, kalian kembali istirahat, tapi bila ada yang sampai berbohong, awas saja!" Foland mewanti-wanti pelayannya.Foland keluar dari ruangan itu. Dia berpapasan dengan Arlesa yang sedang mencari Bun Great, sedari tadi dia menelpon Bun Great tapi tak ada jawaban. Foland sejenak menatap nanar Arlesa. Dia memang iri pada adiknya itu, tapi bagaimana pun Arlesa saudaranya, dia memiliki rasa kasihan karena musibah rumah tangga adiknya itu.Arlesa merasa aneh pada tatapan Foland. Dia membuang pandangan, sikap kaku membuat rasa keduanya berjarak. Foland berlalu meninggalkannya. Ada Bun Great k