PAPA MUDA 33 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita yang mulai sadar bahwa kesimpulannya salah seketika meredam sendiri amarahnya. Dyra baru tahu kebodohannya karena mementingkan perasaan sendiri tanpa mau memberi kesempatan orang lain menjelaskan. Harusnya dari kejadian spesial beberapa hari lalu bisa dijadikan pertanda ada rasa yang sama, tetapi kenyataannya semua itu masih harus dicurangi oleh ketidakpercayaan. Hingga nyaris menenggelamkan kapal impian yang berlayar menuju kebahagiaan. Mungkin inilah konsekuensi dari hubungan yang belum bernama, hanya bisa mengandalkan perasaan. "Jadi ... Mas Al nggak balikan sama Mbak Arista? Cuma mau memberi waktu buat mereka dekat? Terus keadaan Gala gimana? Apa dia nggak kaget kalau tiba-tiba bertemu dengan mamanya?" tanya Dyra sembari memikirkan banyak kemungkinan yang terjadi. Karena tidak semua pertemuan itu meninggalkan kesan, bisa saja hanya sebagai bentuk sopan santun. Apalagi untuk bocah seusia Gala yang baru duduk di taman kanak-kanak
PAPA MUDA 34 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Bertemu kembali dengan seseorang yang dulu menjadi salah satu alasan memilih pergi terkadang menyisakan beberapa ketakutan. Takut hal itu memberikan luka yang membuat trauma secara mental. Apalagi jika yang menghadapi itu adalah bocah berusia lima tahunan. Kemungkinan besarnya adalah ingatan tentang wanita yang melahirkannya bisa lenyap termakan waktu. Apalagi kapasitas kepala dalam mengingat luka pasti ada pencapaian batasnya. Arista masih saja terjebak dengan segala pemikirannya yang semakin menciutkan nyali untuk mendekat dan memeluk. Terlalu sakit rasanya jika kedatangan dirinya tidak mendapat sambutan pelukan hangat. Akan tetapi, bukan Arista namanya jika menyerah karena keadaan. Pelan tapi pasti dirinya mengalah mendekatkan diri ke arah bocah yang wajahnya bagaikan pinang dibelah dua dengan Alsaki. Wajah mungil itu banyak berubah setelah waktu berlalu begitu lama. "Sayang ... ini Mama. Apa Gala tidak ingin memeluk Mama?" ucap Arist
PAPA MUDA 34 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraArista yang sejak tadi diam memperhatikan hanya bisa menahan gejolak di dalam dadanya. Ternyata kehadirannya masih kalah jauh dibandingkan dengan Dyra. Walau dalam dunia literasi seseorang yang memiliki banyak kenangan, tetapi tentang dunia Gala dirinya seakan tertinggal jauh dalam segala hal. "Apa Dyra begitu dekat dengan Gala? Kenapa Gala terlihat begitu mencarinya saat tidak ada?" tanyanya dalam hati. Daripada bertambah sakit memikirkan hal yang kemungkinan benar adanya, ia mencoba menawari ide untuk pergi ke ruangan papanya. "Kita ke ruangan Papa aja, yuk? Kita buat kejutan," ujarnya sembari mengusap rambut pendek sang bocah. Gala yang memang masih mencari keberadaan wanita bernama lengkap Andyra Arsha memilih mengiakan ajakan sang mama dengan anggukan kepala. Jemari kembali saling bertaut hingga memasuki ruangan Alsaki—pria yang bergelar papa di usia muda. Wanita pemberi kehidupan untuk seorang Gala mengetuk pintu berbahan mirip kac
PAPA MUDA 35 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertahan untuk suatu hubungan yang belum bernama akan selalu menyisakan kesakitan tanpa bisa menunjukkan. Keyakinan seteguh karang pun bisa saja mendadak runtuh terkikis debar ombak kenyataan. Bahkan keinginan untuk menyerah bisa datang tanpa pernah diundang. Sungguh keadaan yang paling tidak diinginkan bagi semua wanita di dunia, khususnya Andyra Arsha. Ia hanya bisa diam menyaksikan sebuah pemandangan yang terlihat begitu sempurna dan bahagia dari luar pintu. Segala kecewa tertumpuk jauh di dasar ketidakpercayaan. Pasalnya baru kemarin pria di dalam sana membawa terbang mengililingi nirwana, lalu terhempas dan terjatuh bebas ke dasar bumi penuh luka. Akan tetapi, perkataan Alsaki kemarin seperti sungguhan, bukan main-main apalagi sedang bercanda. Sedangkan kenyataan di depan mata malah kebalikan dan semakin mengubah kepercayaan menjadi kebohongan. "Aku harus gimana, Mas Al ... jika sikapmu begini, aku malah semakin merasa asing dalam hidu
PAPA MUDA 35 BOleh: Kenong Auliya Zhafira"Ta-tapi aku harus ke depan, Mas! Aku nggak enak sama Adrian dan Malik. Lagian aku juga udah pernah ketemu Mbak Arista. Nggak usah aja ya ...?" pinta Dyra yang belum siap bertemu kembali dengan Adila Arista—sosok penulis yang selama ini menjadi idola. Akan tetapi, mengetahui kenyataan yang ada membuat kekaguman itu sedikit berkurang. Selain menyayangkan sikapnya yang pergi dan memberi luka pada pria pujaannya, ada cemburu hebat membakar dada. Bahkan ketakutan akan kehilangan seorang Alsaki mulai menghantui setiap malam meski masih belum menjadi siapa-siapa dalam hidupnya. Pria yang begitu antusias mempertemukan dua wanita dari masa lalu dan masa depan seketika berbalik setelah mendengar alasan wanita di belakang. Tidak enak dan pernah bertemu sebelumnya bukanlah jawaban yang ingin didengarnya. Alsaki hanya tidak ingin membuang kesempatan ketika keadaan mendukung untuk saling bertemu dan menunjukkan telah ada hati yang melengkapi kosongnya ji
PAPA MUDA 36 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMerelakan orang yang pernah menjadi bagian penting dalam hidup kita memang tidak mudah. Bahkan mungkin kesulitan menata perasaan untuk sesuatu yang seharusnya menjadi milik kita. Dalam diam terbesit kejelekan tanpa pernah kita sadari yang berubah doa. Hal itu bukanlah lagi cinta, melainkan obsesi. Karena sejatinya cinta itu akan selalu mendoakan meski sesakit atau sebahagia keadaan hati, bukan malah menjelekkan dan menyumpahi. Wanita yang telah dikuasai hitamnya obesesi masih menatap kedekatan sang anak dengan wanita bernama Dyra. Arista tidak tahu kenapa perasaan yang dulunya menyimpan kagum pada sosok Arsha Andyra dalam dunia literasi perlahan berubah. Kegigihannya belajar menulis seakan menjadi hal biasa saja, bahkan keinginan untuk memberi support padanya seketika memudar. "Kenapa harus Alsaki, Ra ... pria yang masih begitu aku damba? Sesempit inikah dunia hingga kamu mencintai pria yang masih aku cinta. Bukankah hubungan mereka belum a
PAPA MUDA 36 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraAdrian paham betul apa yang terbaca dari wajah wanita di sana. Ada kecemburuan yang bersembunyi jauh dalam tenangnya jiwa. Perlahan, ia mendekat untuk memastikan keadaan wanita yang dulu pernah menjadi antrian hatinya. "Ra ... kamu nggak apa-apa? Maaf kalau omongan Malik buat kamu jadi berpikir dua kali. Aku yakin Alsaki itu orang yang menjunjung tinggi ucapannya. Dia tidak akan menarik apalagi mengganti kata yang telah terucap. Karena nyatanya, selama bekerja di sini, dia orang yang jarang bercerita tentang masalah pribadinya. Kamu yang kuat dan sabar ya? Beri waktu pada Gala untuk mengenal wanita yang melahirkannya," ucapnya terdengar seperti penuh perhatian terhadap teman. Bahkan tidak terkesan menyalahkan dan menghakimi apalagi memojokkan. Wanita yang memang mulai menaruh setengah kepercayaan pada pria pemilik konter hanya menanggapi dengan senyuman. Semua perkataan Adrian memang benar adanya. Ucapan Alsaki pun cukup meyakinkan hatinya
PAPA MUDA 37 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraHati terkadang gampang goyah apabila dihantam beberapa penyataan yang mengarah kenyataan berdasar kebenaran. Apalagi jika itu tentang perasaan yang masih mencari arti dan tempat, pastinya akan dengan mudah terperangkap kata-kata penuh logika. Meski cinta kerap menggunakan bahasa hati, tetapi bisa saja ada saatnya logika bisa menduduki urutan pertama. Di mana kecewa mulai bicara karena hal-hal yang membuat buta sebab cemburu. Dyra masih merasakan takut ketika ucapan Adila Arista—penulis favorit sekaligus masa lalu sang pria benar-benar terjadi. Ia belum sanggup jika harus mengakhiri hubungan yang belum sama sekali terukir ikatan penuh kepastian dan kejelasan. Sekadar melihat bersama yang lain saja rasanya hati tersayat ribuan belati, apalagi jika harus kehilangan seseorang yang menjerat akal sehat. Pasti hidup serasa tidak bernyawa. Mati. "Apa yang harus aku lakukan? Apa memang orang baru akan selalu kalah dengan masa lalu? Tapi, hati ini su