Perlahan Li Cangyi pun berdiri. Sepasang manik hitam itu menatap sendu pada Raja Tong. Sang raja tampak sudah bernafsu untuk menebas leher Li Cangyi saat ini juga. Sia-sia dirinya membyar mahal, jika pendekar dari Utara itu gagal membunuh Lu Sicheng."Yang Mulia, dengarkan penjelasan hamba lebih dulu." Cangyi menangkap pendar mata Raja Tong Hao yang sedang menatapnya geram penuh emosi."Penjelasan apa?" tanya Raja Tong. Dia sedikit mengendurkan niatnya untuk menebas leher pemuda di hadapannya itu."Yang Mulia, hamba tidak sempat bertarung dengan Lu Sicheng. Karena sebelumnya hamba mengetahui, jika Pendekar dari Barat itu adalah reinkarnasi dari Maha Dewa Ying Jian. Ya, Lu Sicheng adalah reinkarnasi Maha Dewa Ying Jian." ringkas Cangyi."Apa?" Raja Tong sangat terkejut mendengarnya. Jadi, Lu Sicheng adalah reinkarnasi Maha Dewa Ying? Reinkarnasi Maha Dewa sudah datang? Raja Tong menarik kembali pedangnya. Pendar matanya tiba-tiba meredup. Tubuhnya terasa lemas.Pupus sudah niat balas d
Sore itu di istana Dong Taiyang tampak begitu ramai. Suara nyanyian lagu pernikahan terdengar mendayu-dayu dari aula istana. Ratu Yang sudah tampak cantik dengan pakaian pengantin, berupa sehelai hanfu dengan warna merah menyala.Hanfu merah itu tampak sangat kontras di tubuhnya yang tinggi sempampai. Sedangkan tirai merah transparan menutupi kepala hingga ke wajahnya.Yihua dan beberapa dayang berjalan mengiringi langkah Ratu Yang menuju aula istana.Para petinggi istana sedang duduk rapi di dalam aula. Ibu Suri dan Lu Sicheng pun ada di sana. Lu Sicheng pun mengenakan pakaian pengantin, berupa hanbok dengan warna merah menyala. Motipnya sama persis dengan hanfu yang dikenakan oleh Ratu Yang.Lu Sicheng tersenyum tipis melihat Ratu Yang memasuki aula bersama Yihua dan beberapa dayang. Bai Jue sebagai penasehat istana mulai memberi aba-aba bahwa ritual pernikahan Lu Sicheng dan Ratu Yang akan segera dimulai.Para petinggi istana dan para tamu bersorak gembira mendengarnya. Hanya Xue Y
Lumatan demi lumatan Lu Sicheng dan Ratu Yang nikmati. Perlahan Lu Sicheng merebahkan tubuh Ratu Yang ke tengah ranjang. Bibir mereka masih saling berpangutan mesra. Namun Lu Sicheng mulai nakal meliarkan jemarinya."Suamiku," desah Ratu Yang kala Lu Sicheng mulai meloloskan hanfu merah itu dari tubuhnya. Keduanya pun saling membantu menanggalkan pakaian mereka.Tubuh polos keduanya sudah masuk ke dalam selimut. Lu Sicheng mulai mendaki sembari memainkan kedua payudara Ratu Yang. Perlahan ia menghisap hingga menggigitnya. Ratu Yang mengerang menikmati sentuhan Lu Sicheng akan tubuhnya yang sensitif.Lu Sicheng mengerang saat miliknya berhasil masuk. Menerobos segel Ratu Yang. Dia mulai bergerak lebih cepat.Setelah beberapa saat berlalu. Keduanya pun mengerang keras akan ledakkan kenikmatan yang baru saja mereka rasakan. Napas keduanya tersenggal-senggal sembari meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Lu Sicheng segera berguling ke samping Ratu Yang. Kepuasan itu baru pertama kali mereka ra
Iring-iringan para pengawal terlihat melintas di lereng gunung Huan Zhu. Sebuah tandu dipikul oleh sepuluh pengawal. Sementara dua orang jenderal menaiki kuda dan berada di barisan paling depan.Dua puluh pengawal bersenjata tombak dan pedang berjalan di paling belakang.Siapa mereka dan untuk apa mereka datang ke Timur?Mari kita cari tahu bersama."Kita sudah sampai di wilayah Kerajaan Dong Taiyang!" seruan seorang jenderal yang duduk di atas kuda hitam dengan mengangkat tangan kanannya.Para pengawal menghentikan langkah mereka. Tandu diturunkan perlahan. Wajah seorang wanita di dalam terlihat kurang jelas karena tirai tipis warna merah yang menutupi garis jendela tandu itu."Jenderal Nang Mo, aku ingin beristirahat lebih dulu," ucap wanita di dalam tandu dengan wajah yang tertunduk."Tentu saja, Ratu."Pria tinggi kekar dengan pakaian jenderal segera turun dari kuda hitamnya. Nang Mo segera mendekat pada pintu tandu. Satu rekannya sesama jenderal mengikuti apa yang tengah dilakuka
Angin bertiup kencang petang itu. Langit mulai gelap menuju malam tiba. Rombongan Ratu Seo Yeong baru saja tiba di perbatasan.Jenderal Nang Mo dan Jenderal Mong Yi dibuat terkejut melihat bala pasukan sedang memasang perisai di depan pilar menuju istanan Dong Taiyang.Dua puluh pengawal yang dipimpin oleh Jenderal Chou berdiri gagah dengan memasang wajah garang menyambut kedatangan rombongan Ratu Seo Yeong di perbatasan. Jenderal Chou melompat dari punggung kudanya. Pria itu berdiri menghadang Jenderal Nang Mo dan Mong Yi yang sedang melempar tatapan siaga."Kalian tak bisa memasuki wilayah kerjaan Dong Taiyang! Ini perintah dari Ratu Yang!" teriak Jenderal chou sambil berdiri tegak dengan tatapan tegas pada dua jenderal yang masih duduk di atas kuda mereka.Jenderal Mong Yi dan Jenderal Nang Mo saling pandang setelah mendengar hardik Jenderal Chou. Kemudian Jenderal Mong Yi segera turun dari kuda. Pria itu bergegas melapor pada Ratu Seo Yeong."Apa? Mereka melarangku memasuki kampu
'Yang Zhu, apalah arti bunga plum di istana langit yang hanya pohonnya saja yang berdiri kokoh, tapi tak pernah memperlihatkan kuntum-kuntumnya di musim semi. Apalah arti danau Taiyang tanpa hirup pikuk angsa yang berenang menikmati matahari sore dan burung-burung yang berkicau dengan riangnya.Hidup adalah napas yang diberikan sang pecipta semesta pada seseorang untuk menjalani hidup bak sebuah hukuman di dunia.Adapun hukuman terberat bagi manusia ialah hidup tanpa adanya cinta dan kasih sesama ciptaan-Nya.Laksana seekor bangau yang tak dapat terbang karena kedua sayapnya yang patah. Tak sanggup mengepak, apalagi membumbung tinggi, terhempas ke bumi menunggu belas kasih sampai tangan maut merangkulnya.Bunga lotus menanti hujan di musim panas pertengahan tahun di negeri Seberang. Kami memiliki tiga musim yang istinewa, yaitu musim dingin, musim semi dan hujan.Perisai para pengawal terpasang rapat membentuk pormasi dan siap untuk bertempur di perbatasan.Wajah mereka diangkat seti
Malam yang sama di istana iblis. Beberapa orang pria terlihat sedang berjalan cepat menyusuri sebuah lorong yang gelap. Di kanan kiri lorong terlihat tahanan tempat Raja Iblis Xin Yi menyekap musuh.Para tahanan di dalam mengamati dari balik jeruji besi. Orang-orang berpakaian serba hitam itu melintas tanpa ada yang menolehkan kepala sedikit pun.Xue Jia, panglima iblis dari Utara datang atas panggilan dari Ratu Hui-Ying, istri raja iblis.Sang ratu yang sangat mencemaskan suaminya segera mengirim surat ke Utara untuk meminta pertolongan dari Xue Jia, adiknya.Sejak tiga bulan terakhir, Raja Iblis Xin Yi selalu mengamuk. Ratu Yang dan Lu Sicheng telah menikah, Xin Yi sangat murka karena gagal mendapatkan Ratu Dong Taiyang yang merupakan reinkarbasi dari Dewi Quan Hie.Kini Maha Dewa dan istrinya telah bersatu, bencana besar akan segera menimpa alam iblis dan para sukunya.Dalam kemelut tak kunjung usai, Xin Yi melampiaskan kemarahan pada para tahanan.Langkah tiga orang pria dengan ju
Malam itu juga Lu Sicheng beserta rombongan Ratu Seo Yeong segera meninggalkan perbatasan menuju istana Dong Taiyang.Dalam tandu, Ratu Seo Yeong tersenyum puas.Ia berpikir jika mantra syair-nya berhasil mempengaruhi Lu Sicheng. Itu artinya, tidak akan sulit untuk mendapatkan energi negatif dari Pedang Tiga Elemen yang dimiliki oleh Maha Dewa itu.Malam yang dingin, Lu Sicheng terus memacu kudanya meninggalkan perbatasan.Dalam hati ia berpikir, pasti para petinggi istana dan Ratu Yang akan sangat terkejut karena dia membawa Ratu Seo Yeong datang ke istana Dong Taiyang.Namun, Lu Sicheng sudah memikirkan semuanya matang-matang.Ia mencium aura negatif dari tatapan dan cara Ratu Seo Yeong bicara. Wanita itu selalu menggunakan mantra syair-nya untuk mempengaruhi orang.Dia harus berhati-hati pada Ratu Tongjiang itu.Malam nyaris menemukan pagi, Lu Sicheng dan rombongan Ratu Seo Yeong akhirnya tiba di istana.Benar, Perdana Menteri Han dan semua pejabat istana lainnya dibuat terkejut me