Billy yang belum sampai ke puncak, membalikkan tubuh Mentari dan kali ini Billy yang memimpin dengan posisi man on top. Lelaki itu pun mulai memompa dan Mentari kembali mendesah karena hasratnya bangkit kembali, lalu mereka pun merasakan pelepasan bersama.Dengan napas tersengal Billy merebahkan tubuhnya di samping Mentari."Ada yang kamu minta hari ini? Tari?" tanyanya.Mentari tersenyum manis lalu membisikkan sesuatu di telinga Billy. Lelaki itu hanya tertawa kecil mendengar permintaan Mentari."Hmm ... kamu mau meminjam villa? Bersama Aldo?""Aku hanya ingin bersenang-senang dengannya sebentar saja, Om. Apa boleh?" tanya Mentari."Baiklah, kamu juga boleh meminjam mobil mewahku. Tapi, ingat harus menjaganya dengan baik. Jangan sampai satu hari Sandara mengeceknya lalu ... ya kamu tau sendirilah bagaimana Sandara," kata Billy."Aku mengerti, Om. Aku hanya meminjamnya sebentar saja," kata Mentari sambil mengedipkan sebelah matanya."Kamu ini, paling bisa memancing Om. Bagaimana kalau
_POV ALDO_Konyol, aku memaki diriku sendiri. Tentu saja Mentari tidak ingin langsung bercinta denganku. Semua perempuan membutuhkan pemanasan lebih dulu. Fore play. Ah, kenapa mendadak aku menjadi bodoh begini. Seperti perjaka yang baru pertama melakukannya saja.“Dituangkan dong,” tegur Mentari ketika melihatku hanya berdiam diri. “Supaya bisa diminum. Memangnya tidak haus? Kamu kenapa, Mas? Kok keliatan gugup? Bukannya ini bukanlah hal pertama yang kita lakukan?”Aku menarik napas dalam-dalam, mengingatkan diriku sendiri untuk segera mengatasi kegugupanku, agar bisa segera menguasai keadaan.Dengan kepercayaan diri yang mulai pulih, aku mengambil gelas di tangan Mentari, menuangkan wine ke dalamnya, tidak sampai penuh, lalu menuangkannya untuk diriku sendiri. Ya, Mentari tentu tidak boleh minum alkohol. Apa lagi kondisinya sedang hamil muda. Aku tidak mau kehilangan anakku.Cukup kondisi Rembulan yang membuat aku khawatir, Mentari tidak boleh. Mentari sendiri mengisi gelasnya denga
_POV ALDO_Dan aku tidak mau pertempuran ini cepat berlalu. Aku ingin menikmati setiap detik yang kulalui.Tampaknya Mentari dapat merasakan bahwa aku tidak akan secepat itu menyerah, sedangkan ia sudah berkali-kali mengalami orgasme. Sehingga ia mengganti strategi, dengan semakin cepat menekan tubuhku, dan menindihku sampai batas terdalam. Aku sampai mengejang-ngejang karena mencapai nikmat tertinggi.Aku sampai seperti melambung ke puncak angkasa. Tanganku terlepas dari setir. Kakiku lengah tidak berada di dekat pedal rem. Seluruh aliran darahku seperti mengalir deras ke satu titik. Seperti kawah yang siap meletus.“Mentari!” teriakku merasa sudah mendekati ujung ledakan. “Aku hampir sampai!”Ketika itu terdengar bunyi klakson yang memekakkan telinga, sebuah truk menyerobot jalan di depan dengan kecepatan tinggi… jaraknya terlalu dekat… beberapa detik lagi Ferrari ini akan menabraknya... kecelakaan maut sudah berada di depan mata….Beberapa detik sebelum moncong Ferrari menabrak tru
Aldo menatap Mentari, rasanya ia tidak bisa membiarkan Mentari pergi meninggalkannya. Ia tidak boleh membiarkan hal itu terjadi. Tapi, jika Mentari tetap di Indonesia, sudah pasti semua akan tau jika Mentari hamil.Ah, Aldo benar-benar bingung."Kamu memikirkan apa, Mas? Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Aku tidak memintamu untuk menceraikan Rembulan besok. Malam ini kita tidur di sini. Besok pagi, tolong antar aku ke apartemen dan kamu besok pagi harus pulang. Pikirkan saja alasan apa yang nanti akan kamu buat pada Rembulan jika dia bertanya kenapa kamu tidak pulang semalam," ujar Mentari.Aldo mengangguk, ia membawa Mentari ke dalam pelukannya. Malam ini rasanya sudah cukup untuk bercinta. Terlebih lagi adrenalin mereka tadi sudah cukup terpacu. Tak beberapa lama kemudian keduanya pun pulas tertidur.Pagi harinya Aldo yang terbangun lebih dulu langsung ke kamar mandi dan menyalakan air hangat. Ia butuh kesegaran pagi ini. Dan saat ia selesai ternyata Mentari sudah bangun dan seda
"Baru pulang kamu, Mas?" tanya Sandara saat Billy baru saja memasuki kamar mereka."Iya, kenapa Ra? Tumben. Bukannya udah biasa kalau aku pulang kadang juga nggak?""Aku mengerti dan cukup paham dengan apa yang kamu lakukan di luar sana, Mas. Bukannya aku tidak tau dengan apa yang kamu lakukan termasuk juga dengan perselingkuhanmu dengan artis-artismu," kata Sandara.Entah mengapa malam ini ia ingin sekali melampiaskan segala kekesalannya kepada Billy.Rasanya sudah cukup ia menahan kecemburuan kepada Billy. Billy tertawa kecil dan menatap sang istri."Dara, jangan mulai. Ini sudah lama terjadi dan biasanya kau tidak akan banyak protes. Yang penting, tidak terekspos media. Aku juga tidak menularkan penyakit berbahaya. Dan aku hanya berhubungan dengan satu wanita saja saat ini tidak ada yang lain lagi. Dan aku pastikan dia adalah wanita yang baik," kata Billy."Wanita yang baik tidak akan mengganggu suami orang," kata Sandara kesal."Kapan dia mengganggu ketenangan kita? Rumah tangga k
"Kamu nggak salah, Mas?" tanya Rembulan saat Aldo pulang dari bekerja dan menyatakan niatnya untuk pindah ke Singapura."Nggak, Lan. Aku sudah memutuskan ini dan juga sudah mulai mencari apartemen untuk kita tinggali selama di sana.""Tapi, bagaimana dengan pekerjaanku di sini, Mas?""Rembulan, ada kakakmu dan juga kamu ini anak perempuan. Anak perempuan adalah milik suaminya jika sudah menikah."Rembulan terdiam, ia memang menginginkan untuk mengabdi sebagai istri. Tapi apakah harus secepat ini?"Kenapa mendadak sekali, Mas?" tanya Rembulan."Sebenarnya sudah sejak lama, sebelum kita menikah. Aku memang ingin meneruskan S3 di sana. Hanya dua tahun saja, Rembulan. Apa sih arti dua tahun untukmu? Atau kamu mau kita terpisah? Bagaimana jika kamu melahirkan anak kita di sini tanpa aku? Apa kamu sanggup?" tanya Aldo.Rembulan menundukkan kepalanya, tidak ia pasti tidak akan sanggup jika harus jauh dari Aldo dan saat ini ia sebenarnya ingin menjauhkan Aldo dari Mentari juga. Perkataan Men
Sekarang saatnya Aldo menggunakan lidahnya untuk menguakkan setapak jalan untuk menyambut pendatang pertama yang ingin menaklukkan taman miliknya. Sekarang Rembulan tidak sanggup lagi menahan gejolak hasratnya. Ia sampai meremas kepala Aldo, seolah ingin meminta semakin cepat dan tak berhenti menjilatii bagian sensitif dirinya.Ini memang salah satu keahlian Aldo, mengantarkan perempuan mencapai puncak kenikmatan, tanpa harus menerobos tubuhnya. Pasti Rembulan sama sekali tidak menyangka bahawa sang suami dapat memberikan banyak cara baginya untuk menuju puncak pelepasan.Aldo ingin membuktikan pada Rembulan bahwa ia tidak salah telah memilih suami. Aldo pun ingin membuat pengalaman pertama untuknya ini sebagai pengalaman yang paling istimewa untuk mereka. Rembulan adalah wanita kedua yang Aldo setubuhi selain Mentari.Merasakan cela di depan wajahnya mulai terkuak, perlahan Aldo memainkan jarinya. Tubuh Rembulan menggeliat, gerakan tubuhnya di atas ranjang membuat Aldo semakin tergod
Ayunda terkikik geli. Pastilah lapar, semalam kan sudah kerja banting tulang. Tanpa sengaja mata Ayunda menangkap bekas merah di leher Rembulan. Entah kenapa ia jadi malu sendiri.Menyadari Ayunda memperhatikan leher Rembulan, Aldo segera mengalihkannya pada hal lain."Ma, Saya Aldo akan meneruskan S3 di Singapura.”"Kenapa mendadak sekali?"Terdengar suara Suseno yang baru saja datang langsung duduk bergabung bersama mereka."Sebenarnya rencana ini sudah lama, Pa. Sejak aku belum menikah dengan Rembulan. Dan kebetulan sahabatku yang saat ini bekerja di Mount Elizabeth Hospital mengatakan jika di sana memerlukan dokter ahli bedah jantung. Jadi, saya tertarik untuk mengambil kesempatan itu, Pa. Lagi pula di sana saya juga sekalian mengambil pendidikan S3. Dan Rembulan juga bisa ditangani oleh dokter yang berpengalaman di sana."Suseno menarik napas panjang. Berat sebenarnya untuk melepas Rembulan pergi jauh. Tapi, ia sadar jika anak perempuan itu akan menjadi milik suaminya jika sudah