Catrina dan professor Rahman pun mendengarkan baik-baik penjelasan mereka dan mengerti bahwa terbangunnya pemimpin besar perusahaan itu harus dirahasiakan demi keselamatan mereka dan ahli waris mereka satu-satunya yaitu Aditya Rashaad.
"oh rupanya putramu sudah besar sekarang sobat?" tanya professor Rahman setelah mendengar penjelasan nyonya Sandra, Tuan Fajar mengangguk bahagia.
Dokter Catrina dan profesor Rahman keluar dari ruangan tempat tuan Fajar dirawat. Profesor Rahman juga menginstruksikan pada dokter Catrina selaku bawahannya, agar tuan Fajar segera dipindahkan ke kamar lain untuk pemulihan dan dengan keamanan yang lebih ketat dari kamar sebelumnya. Dokter Catrina pun langsung melakukan tugasnya.
Sementara Aditya yang tidak mengetahui j
"tidak Adit, aku sungguh hanya tergila-gila padamu" jawab Catrina dengan wajah yang sendu dan memelas.Aditya terlihat canggung, dia memang telah sedikit membuka hatinya untuk Catrina, tapi dia tidak suka jika Catrina datang selalu dalam keadaan mabuk, jika orang tuanya tahu pasti akan sangat tidak nyaman jika dilihat, untuk itu Aditya hanya bisa menjauh dari Catrina yang semakin tidak terkendali. Terhitung sudah dua kali Catrina ditolak oleh Aditya sejak pertama kali menyatakan cintanya di hotel tempat dia tinggal.Catrina hanya bisa menangis, harga dirinya terasa sangat jatuh karena Aditya benar-benar terus menolak cintanya."apa kamu tidak memiliki perasaan untukku sedikit saja?" tanya Catrina terlihat dia sudah sadar meskipun belum sepenuhnya tetapi pik
Sore itu sepulang dari kantor, Aditya ke rumah sakit, dia tidak langsung menuju ruangan dimana orang tuanya berada, melainkan dia pergi ke arah Cafetaria, tempat dimana Catrina suka nongkrong disana bersama teman-temannya.Dicafetaria terlihat ada dokter Samantha, terlihat Samantha sedang meminum kopinya sendirian, Aditya tidak mempedulikannya saat Samantha berusaha menggodanya dengan terus memandang ke arahnya, Aditya memesan kopi juga, terlihat dia tidak tenang karena Catrina ternyata tidak berada di sana.Melihat Aditya diam saja bahkan tidak menyapanya, Samantha yang dicap gadis penggoda oleh teman-temannya itu terlihat berjalan kearahnya, Samantha memang gadis yang sangat cantik, tubuhnya tinggi juga langsing, jika orang melihat Aditya dengan Samantha pasti akan dianggap sepasang kekasih, mengingat merwka berdua begi
Samantha duduk di samping Catrina, lalu tersenyum dan berbicara lagi pada Catrina, "kamu ditolak yah sama tuh ganteng?" tanya Samantha tanpa basa basi hingga teman yang hadir sontak kompak memandang ke arah Catrina."sial! dasar pria tidak berperasaan, jika menolak ya menolak saja, tidak perlu mempermalukanku di hadapan Samantha" gerutu Catrina dalam hati, dia sangat kesal."woy, diem aja, atau kalian sudah pacaran tapi diam-diam ya?" tanya Ririn membuyarkan lamunan Catrina."gak mungkin, sudahlah Cat nyerah aja, aku mau maju sekarang, aku gak mau ketinggalan pria seperti itu" sahut Samantha."oh rupanya Sam belum tahu aku ditolak, kok aku jadi paranoid sih? orang ngomong gitu aku takut bange
Dokter Lina dan dokter Dewi yang melihat pemandangan itu tergiur ingin juga mencari pasangan semalam untuk bersenang-senang, berhubung mereka tidak memiliki pacar jadi mereka masih bebas berhubungan seperti itu. Riuh gemuruh DJ yang memainkan musiknya dengan piawai membuat Bar tersebut semakin malam semakin ramai.Aditya tampak tidak mempedulikan Catrina yang ikut bergabung menari bersama teman-temannya, bahkan Catrina dengan sengaja membuka kemeja dan hanya mengenakan tanktop sexy, dia fokus menikmati minuman yang dibuat oleh Dion dan Dion tidak berani mengganggunya atau menyinggung nama Catrina di hadapan Aditya yang terlihat sangat dingin dan berkharisma itu.Sedangkan Catrina setelah bergabung menari ria dengan teman-temannya tampak tidak fokus karena dia sibuk mencuri-curi pandangan pada Adity
Catrina tidak mengetahui jika Aditya benar-benar mengkhawatirkannya, ada perasaan cemburu saat pria berwajah oriental itu berjoget ria jedak jeduk bersama Catria, ada perasaan marah saat pria oriental itu berani memegang kulit mulus pada pinggang Catrina dan ada perasaan puas saat Catrina berani menampar si pria berwajah oriental itu. Aditya juga sengaja menunggu Catrina pulang sampai tempat tujuannya tetapi dia semakin khawatir saat teman-teman Catrina pergi satu persatu dengan pasangan mereka yang baru mereka temui beberapa menit di Bar itu. Saat Catrina pamit pergi pada Dion, Aditya juga pamit pulang, dia secepatnya menaiki motornya lalu mengikuti mobil Catrina dari belakang, saat dia santai mengikuti mengikuti mobil Catrina, tiba-tiba ada beberapa motor menyalipnya dari belakang, terlihat tiga motor itu mengikuti
Lalu Jonathan melihat ke arah belakang, dua teman lainnya juga terlihat babak belur, Jonathan bertanya-tanya siapa pria berhelm hitam ini karena setelah dia bersuara, dia langsung menutup kaca helmnya hingga menutupi bagian mata, hidung juga bibirnya, benar-benar tidak terdeteksi wajah dibalik helm itu.Jonathan berjalan mendekati Aditya, tetapi baru beberapa langkah saja terlihat Aditya mengangkat tubuh pria yang dia gusur tak berdaya tadi, lalu serta merta melemparkannya ke arah Jonathan dan teman satunya lagi.BRUK …Jonathan dan temannya terpental bersamaan ke arah depan mobil Catrina, karena dihantam tubuh temannya yang sudah tak berdaya tadi."Aw sial" des
Di Rumah Sakit,Pria berjas rapi memarkirkan kendaraannya di depan pintu gerbang gawat darurat, tampak Tuan Yosef dengan cemas berdiri di depan pintu menunggu kendaraan tersebut yang ternyata adalah bawahannya yang bertugas mengikuti Aditya kemanapun, tetapi tampaknya kejadian ini tidak bisa diprediksi sehingga mereka kehilangan jejak Tuan Mudanya."ayo dok mereka datang, tolong selamatkan Tuan muda kami" perintah Tuan Yosef."baik Tuan, saya dokter Samantha yang bertugas di ruang UGD malam ini anda tenangkan dulu diri anda, saya akan menolongnya sebisa saya" ucap dokter tersebut yang ternyata adalah dokter Samantha, perempuan yang tadi sore berbincang dengan Aditya.
Paman Yosef terlihat menggelengkan kepalanya dengan sedih. "maafkan kami Nona, dua pendonor yang kami siapkan sedang pergi ke luar kota karena ada urusan, Tuan besar juga anda tahu sendiri masih lemah" jawab Paman Yosef. Catrina hanya mengangguk, lalu berjalan ke arah telepon kantornya dan menekan beberapa nomor. "halo, UGD saya dokter Catrina Buana, urgent, butuh dua labu darah B plus, … oh kosong? coba minta ke bank darah, cepat ya saya tunggu di telepon … oh kosong juga, baiklah tolong hubungi PMI cepat ya, saya tunggu … oke kosong juga, baiklah terima kasih, tolong kamu usahakan ya, satu labu pun tidak apa-apa ya, bawa ke ruangan saya secepatnya, terima kasih ya" Catrina terlihat sibuk berbicara di telepon, sesekali menunggu tanpa menutupnya, dia