Lalu Jonathan melihat ke arah belakang, dua teman lainnya juga terlihat babak belur, Jonathan bertanya-tanya siapa pria berhelm hitam ini karena setelah dia bersuara, dia langsung menutup kaca helmnya hingga menutupi bagian mata, hidung juga bibirnya, benar-benar tidak terdeteksi wajah dibalik helm itu.
Jonathan berjalan mendekati Aditya, tetapi baru beberapa langkah saja terlihat Aditya mengangkat tubuh pria yang dia gusur tak berdaya tadi, lalu serta merta melemparkannya ke arah Jonathan dan teman satunya lagi.
BRUK …
Jonathan dan temannya terpental bersamaan ke arah depan mobil Catrina, karena dihantam tubuh temannya yang sudah tak berdaya tadi.
"Aw sial" des
Di Rumah Sakit,Pria berjas rapi memarkirkan kendaraannya di depan pintu gerbang gawat darurat, tampak Tuan Yosef dengan cemas berdiri di depan pintu menunggu kendaraan tersebut yang ternyata adalah bawahannya yang bertugas mengikuti Aditya kemanapun, tetapi tampaknya kejadian ini tidak bisa diprediksi sehingga mereka kehilangan jejak Tuan Mudanya."ayo dok mereka datang, tolong selamatkan Tuan muda kami" perintah Tuan Yosef."baik Tuan, saya dokter Samantha yang bertugas di ruang UGD malam ini anda tenangkan dulu diri anda, saya akan menolongnya sebisa saya" ucap dokter tersebut yang ternyata adalah dokter Samantha, perempuan yang tadi sore berbincang dengan Aditya.
Paman Yosef terlihat menggelengkan kepalanya dengan sedih. "maafkan kami Nona, dua pendonor yang kami siapkan sedang pergi ke luar kota karena ada urusan, Tuan besar juga anda tahu sendiri masih lemah" jawab Paman Yosef. Catrina hanya mengangguk, lalu berjalan ke arah telepon kantornya dan menekan beberapa nomor. "halo, UGD saya dokter Catrina Buana, urgent, butuh dua labu darah B plus, … oh kosong? coba minta ke bank darah, cepat ya saya tunggu di telepon … oh kosong juga, baiklah tolong hubungi PMI cepat ya, saya tunggu … oke kosong juga, baiklah terima kasih, tolong kamu usahakan ya, satu labu pun tidak apa-apa ya, bawa ke ruangan saya secepatnya, terima kasih ya" Catrina terlihat sibuk berbicara di telepon, sesekali menunggu tanpa menutupnya, dia
"untuk apa meminta maaf? kamu tidak salah apa-apa" tanya Aditya dengan suara yang masih lemah. "gara-gara nolongin aku, kamu jadi kecelakaan gini" jawab Catrina dengan air mata yang mulai bercucuran. "jangan menangis, ini bukan kesalahanmu, akunya saja yang tidak waspada, tadi aja lihat darah sama ngejahit lukaku kamu gak nangis, kenapa sekarang nangis hum?" tanya Aditya lagi. "aku kan dokter, masa aku nangis di depan Paman Yosef sambil jahit luka kamu? bisa-bisa aku dipecat jadi dokter kalau cengeng kaya gitu" jawab Catrina sambil berusaha menyapu air mata yang bercucuran di pipinya. "ya udah, sekarang juga jangan nangis ya, punggungku perih denger kamu nangis nih, kasian sekali
"oke, Catrina menjahitnya dengan sangat cantik, luka tuan muda akan sembuh secepatnya, percayalah Catrina adalah muridku yang paling pintar dan dapat diandalkan" puji Professor Rahman, "oke sebaiknya kita tinggalkan mereka berdua, mereka tampak sangat kelelahan" ajaknya pada nyonya Aletta dan Paman Yosef. "oh iya Prof tolong berilah cuti untuk dokter Catrina, saya dengar dia bahkan hanya memakai handuk saat datang kesini, ternyata benar saja, duh kasihan sekali" pinta Nyonya Aletta, dia terlihat haru saat memandang ke arah Catrina yang sedang terlelap tidur dengan masih mengenakan handuk di kepalanya. "Tenang saja Nyonya saya tahu itu, untuk itu saya akan tunjuk dokter lain untuk menggantikannya dan membantunya kedepan" jawab professor Rahman, lalu mereka bertiga keluar dari ruangan, sebelumnya nyonya Aletta m
Aditya menoleh ke arah Catrina lalu tersenyum nyengir sambil membuka mulutnya kembali, Catrina segera memasukan makanan ke dalam mulut pria yang sedang manja dan kadang susah ditebak itu. Paman Yosef hanya menggelengkan kepala saat Tuan Mudanya itu bersikap seperti anak kecil. "Baiklah jika demikian saya suruh supir bersiap, tolong sepuluh menit lagi anda berdua segera keluar dari ruangan ini ya, nanti dibantu dua pengawal di luar" ucap Paman Yosef lalu pergi dari ruangan itu. "gak keberatan kan nemenin, rawat aku di rumah?" tanya Aditya pada Catrina. "Tentu saja tidak" jawab Catrina, "aku tidak akan membahas tentang Aletta dan siapa itu Aletta, yang penting aku bisa bersamamu Adit, m
"bisa saja kamu, jika kamu mau bersabar dengan keadaanku, aku memiliki misi yang belum terselesaikan hingga Ayahku bangun dari koma dan sehat seperti sedia kala" jawab Aditya."jadi bukan karena Aletta?" tanya Catrina lalu membuka kedua matanya."apa? siapa? aw … " tanya Aditya, dia terlalu bersemangat hingga punggungnya terasa sangat sakit."oh, aku suruh pelan-pelan lho Dit" desah Catrina lalu mengusap lembut punggung polos Aditya yang setengah menindih tubuhnya itu."Memang apa yang kamu pikirkan tentang Aletta?" tanya Aditya setengah berbisik."Aku pikir dia calon istri kamu, dia b
"I love you" tidak ada kata-kata lain yang keluar dari bibir Catrina, hanya perasaan bahagia dan cinta yang amat besar untuk pria ini. Hari ini mereka resmi menjadi sepasang kekasih, banyak rintangan yang akan mereka hadapi bersama kedepannya, Aditya tidak menyesal memilih Catrina untuk kedepannya menjadi pasangan hidupnya, mengingat dia merasa iba akan kesendirian hidupnya, Catrina baginya begitu mirip dengannya, hanya saja dia masih memiliki Ibu, Ibu Sambung dan Ayah yang lengkap dengan segala kerumitannya, tetapi Catrina, seperti yang dia ketahui dia tidak memiliki Ibu, Ibunya sudah meninggal, hanya saja Aditya belum berani menanyakan tentang keberadaan Ayahnya, Aditya akan bersabar dengan hal itu, mengingat perjalannya dengan kekasihnya itu masihlah jauh. "Aku akan menjagamu, sepenuh hatiku Cat, akan aku lindungi
"Oke kalau begitu, profesor memberi kamu tugasnya itu apa saja John?" tanya Catrina serius."oh beliau menyuruhku merawatnya baik-baik saja dan memberimu cuti satu minggu penuh, bukan apa-apa sih katanya kamu sudah sangat kelelahan tapi tidak pernah mengeluh" jawab John, dia pun terdengar memberi penjelasan dengan serius."Baiklah terima kasih, titip Tuan Fajar ya, dia sedang dalam masa pemulihan, Aditya sku bisa mengurusnya sendiri, kamu santai saja aku bisa menjadi rekan kerja yang baik untuk kamu John" ucap Catrina terlihat bersemangat."Wah tentu saja aku senang bekerjasama denganmu Cat, berkatmu aku bisa menjadi dokter VIP premium, bayaranku mahal haha" jawab John, masih dengan gaya slengeannya yang tak kunjung padam, membuat Ca