Share

Bab 48. Rumah Penuh Kenangan

Tiap kalimat yang disampaikan oleh dua tetangganya tadi seperti listrik yang menyengat otak hingga jantungnya. Mampu melumpuhkan tubuhnya.

Bu Marni dan Bu Winda sudah berlalu, tetapi semua yang mereka ucapkan telah terekam dengan baik di kepala Rere.

Kakinya sudah tidak bisa menopang beban tubuhnya, beban masalahnya. Tubuhnya terduduk di atas tanah, tempatnya berdiri saat ini.

Air mata yang sempat mengering, kini harus berurai lagi. Apakah dia masih bisa menangis setelah ini? Cukup banyak dia menangis akhir-akhir ini.

"Rumah orang tuaku ... ini rumah orang tuaku. Kenapa ya Allah? Kenapa?" ratap Rere di depan rumah yang sebelumnya milik orang tuanya.

Apakah waktu dua bulan itu begitu lama? Hingga Rere bisa kehilangan rumah bersejarah itu tanpa dia menyadarinya.

Menurut penjelasan tetangganya tadi, keluarga Pak Musni yang diberi tanggung jawab mengurusi kosannya pun tidak bisa dihubungi.

Tiba-tiba Pak Musni dan keluarganya pindah keluar kota, dan tidak ada seorang pun tetangga yan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status