Kantor sudah lumayan sepi. Dan hari ini Aku memang sengaja menyelesaikan pekerjaannya di kantor agar saat sampai rumah nanti dia bisa langsung istirahat dengan tenang.Beberapa kali aku meregangkan otot-otot tubuh di atas kursiku dan bersyukur karena tepat jam setengah 8 semuanya sudah selesai. Kurapikan meja sebentar sebelum akhirnya bangkit usai kusambar tas kerjaku.Geo meninggalkan kantor sejak sore untuk mewakiliku meeting dengan klien dari Jepang di sebuah hotel ternama di kota kami. Dia memang selalu bisa diandalkan untuk masalah negosiasi dengan klien ataupun calon klien. Untuk itulah aku selalu memerintahkannya untuk mewakiliku dalam kegiatan-kegiatan seperti itu.Dan kali ini aku yakin Geo pasti sudah langsung pulang ke rumah mamanya karena ini juga sudah sangat malam. Kami memang masih memutuskan untuk tinggal di rumah masing-masing walaupun hubungan kami sudah cukup memba
Saat dokter mengatakan bahwa Geo sudah bisa dibawa pulang, aku meminta ijin pada mama mertuaku untuk membawanya ke rumah. Aku ingin merawatnya sebagai rasa terima kasih telah menyelamatkanku dari kejahatan mantan istrinya itu.Seperti sore ini, aku pulang lebih awal dari kantor dan bergegas ke kamar kami membawa senyum di wajahku dan sebuah berkas yang kubawa dari pengadilan agama.Wajah Geo tersenyum senang saat melihatku menyembul dari balik pintu kamar kami."Sudah pulang, Al?""Iya, aku ingin makan malam sama Kamu." Aku menghampirinya yang masih berbaring di ranjang dan mendaratkan sebuah kecupan di pipi dengan rahang kokoh itu."Aku mandi dulu ya," kataku setelah itu. Bermaksud hendak berlalu dari samping ranjang ketika tiba-tiba dia mencekal pergelangan tanganku."Ada apa?" tanyaku kehe
[Selamat menikmati malam pertama, Ge. Semoga istrimu sehebat aku kemarin malam.]Tulis seseorang di aplikasi perpesanan, ponsel milik seorang lelaki yang baru beberapa jam yang lalu sah menjadi suamiku itu.Aku baru menjalani prosesi menegangkan pernikahan sakralku dengan Geo beberapa jam yang lalu. Bahkan tadi sempat kulihat dia menitikkan air mata saat mencium tangan orang tua kami. Kupikir dia pasti sangat bahagia dengan pernikahan ini walaupun kami tidak pernah mengalami masa pacaran.Seperti kebahagiaanku yang tak terkira saat akhirnya papa, beberapa minggu yang lalu, mengatakan akan menikahkanku dengan salah satu staf terbaik di perusahaannya. Namanya Geonino, dia adalah staf dengan karir paling cemerlang yang sangat dipercaya papa hingga di usianya yang terbilang masih muda sudah dipercaya memegang jabatan Manager di perusahaan papa.Aku memang tidak men
Pagi ini dengan wajah penuh semangat aku menggandeng Geo ke meja makan, dimana papa dan mama sudah menunggu kami disana untuk sarapan bersama."Selamat pagi, pengantin baru," sapa mama menggoda kami. Kulihat wajah suami tampanku bersemu merah. Lalu berjalan beberapa langkah ke depan untuk menarik kursi makan untukku duduk."Sayang," katanya, sambil memberiku kode tangan untuk duduk. Sekarang ganti aku yang tersipu."Terima kasih, Sayang," ucapku malu-malu, membuat papa dan mama ikut mengulum senyum mereka."Yuk, kita sarapan dulu!" ajak mama.Setelah papa mengajak kami berdoa sebelum sarapan, aku segera melayani sarapan pertama suamiku dengan antusias, sementara Mama mengambilkan makanan untuk papa. Aku ingin dia bangga memiliki istri aku, walaupun kami belum mengenal cukup dekat."Oya,
Saat sore menjelang, persiapan menyambut kedatangan besan pun sudah selesai dilakukan. Dan selepas maghrib, taksi online yang membawa mama dan adik Geo pun tiba. Mama Geo berjalan diapit dengan dua orang wanita cantik. Salah satunya aku mengenalnya sebagai Gemma, adik kandung Geo. Berarti yang satunya, kemungkinan Cindy.Aku, Geo dan mama menyambut mereka di teras depan. Setelah selesai cipika cipiki, mama mengajak kami semua masuk langsung menuju ke meja makan yang sudah penuh dengan hidangan.Mama menempatkan diri duduk di sebelah kanan papa. Sementara aku di sebelah kiri papa, di ikuti Geo. Mama mertua dan Gemma berjajar di sebelah kanan mama. Sementara Cindy saat sampai di meja makan langsung mendudukkan dirinya di sebelah kiri Geo.Makan malam kali ini didominasi dengan obrolan khas ibu-ibu antara mamaku dan mama Geo. Papa dan kami para anak-anaknya hanya sesekali menimpali atau
Suatu pagi saat papa dan Geo sudah berangkat ke kantor, sementara mama gagal membujukku untuk ikut ke acara arisan sosialitanya, aku bergegas ke dapur untuk mencari Lastri.Lastri adalah salah satu asisten rumah tangga yang paling muda di rumah kami. Usianya masih beberapa tahun di bawahku. Dengan dia aku terkadang biasa membahas gosip gosip artis yang lagi trending. Karena anaknya yang lucu dan polos hingga seringnya Lastri membuat seisi rumah terhibur dengan setiap tingkahnya."Las, sini ikut aku!" kataku sembari menjawil lengannya. Dia segera tergopoh mengikutiku ke kolam renang di belakang rumah."Ada apa, Non Alma?" tanyanya setelah kami sampai di kursi pinggir kolam renang."Ponsel kamu mana? Pinjem dong," kataku."Ponsel Lastri, Non?""Iyee."Lastri segera
Kamar Gemma terlihat bersih. Selama berada di dalamnya tak kulihat ada kejanggalan disana. Entah apa dia sudah menyembunyikan sesuatu selama tadi dia menyuruhku untuk menunggunya berganti baju atau tidak, aku pun kurang tau.Perbincanganku dengan Gemma juga cukup normal, layaknya pasangan kakak dan adik ipar yang baru saling akrab. Masih sedikit agak canggung, dan aku pikir itu biasa."Ngomong-ngomong, Cindy biasanya pulang jam berapa, Gem?" tanyaku tiba-tiba."Kak Cindy ya kak?""Kak Cindy? Oooh kamu panggil Cindy kakak?" Aku sedikit heran. Kupikir Cindy itu adik paling kecil."Iya Kak, karena Kak Cindy umurnya lebih tua dari aku.""Oh gitu." Aku pun manggut-manggut."Kerja dimana sih? Jam berapa biasanya dia pulang?""Kak
"Bukannya itu kamar Cindy, Ge?""Kamarnya Cindy gimana? Kata siapa?""Kata mama kamu sama Gemma.""Ah, salah kali, Al. Kamar yang mana sih yang dimaksud?"Kuperhatikan wajah Geo nampak sedikit pucat."Yang pintunya warna merah kan?" tanyaku lagi."Iya, kan ada dua pintu yang warna merah.""Masa' sih?" Aku mencoba mengingat-ingat. Dan seingatku sepertinya tidak ada lagi pintu warna merah lainnya. Walaupun pintunya memang semuanya hampir mirip, tapi cuma ada satu yang berwarna merah seingatku."Iyaa, ada lagi satu. Kamu nggak liat pasti," kata Geo berargumen."Ya udah lah, ngapain juga ribet bahas pintu kamar. Sana cepetan mandi!"Aku mendorong tubuhnya untuk segera masuk ke kamar mandi, lalu