"Tidak!"Baru saja Pak Salim ingin menanggapi apa yang diucapkan oleh Viona padanya, sebuah suara berseru demikian sehingga keduanya langsung berpaling.Pak Salim terkejut ketika melihat Maira melangkah menghampiri mereka. Sehingga ia langsung menatap ke arah istrinya untuk meminta penjelasan mengapa ada Maira di rumah mereka."Apa-apaan, ini?" katanya sambil menatap Viona dan Maira bergantian."Maaf, Pak. Kalau saya lancang masuk ke rumah Bapak tanpa seizin Bapak, dan jangan pula menyalahkan Ibu Viona untuk masalah ini karena dia tidak bersalah. Yang salah saya, karena memaksa masuk ke rumah kalian karena ingin bicara dengan Bapak.""Ingin bicara denganku? Baiklah, kita bicara di luar, hanya berdua!""Tidak!"Langkah Pak Salim yang sudah ingin membalikkan tubuhnya untuk mengajak Maira bicara di luar terhenti seketika, ketika Maira dengan tegas menolak ajakannya agar mereka bicara di luar saja."Saya ingin -""Jangan bersikap formal di hadapan ku, Maira. Kau bukan bawahan aku lagi, be
"Benar.""Ya, udah, gue jadi punya alasan untuk bikin dia babak belur, kan?""Ketika kamu sudah memimpin sebuah perusahaan, kamu tidak bisa serampangan dalam berbuat, kau harus mempedulikan apa kata orang terhadapmu, tidak asal berbuat karena itu akan mempengaruhi perkembangan perusahaan kamu.""Tapi gue enggak suka dipermainkan macam ini, kalau gue enggak melakukan sebuah tindakan, dia pasti akan terus menerus menekan gue, gue datang ke sini menemui lu karena lu paham dengan si Red One dan adiknya itu, kalo lu enggak bisa gue andelin ya udah, gue akan pake cara gue sendiri untuk menyelesaikan semuanya!"Setelah bicara demikian, Moreno bangkit dari tempat duduknya, dan ia ingin beranjak meninggalkan Dragon tapi gerakannya terhenti ketika Dragon menahannya."Aku akan coba bicara kembali dengan Ridwan, tapi aku harap kamu tidak terpengaruh dengan pancingan yang dilakukan oleh si pemotor misterius itu, apalagi, sekarang kita semua sudah memiliki kehidupan masing-masing. Jangan menganggap
"Apakah membiarkan kamu terus menguasai istriku kau pikir tidak membuat aku seperti menggali kuburanku sendiri?" tanya Roger pada Moreno sehingga Moreno menghentikan tawanya seketika."Terserah! Gue enggak mau dengar apa kata lu lagi, kalau lu mau bekerjasama dengan si brengsek itu silahkan, gue enggak peduli!"Moreno mengucapkan kalimat tersebut lalu berbalik dan meninggalkan Roger yang hanya bisa mengepalkan telapak tangannya mendengar apa yang dikatakannya tadi. Roger memandang kertas yang diberikan sang pria bermasker sebelum pria itu pergi darinya ketika ia menolak tawaran laki-laki itu untuk bekerjasama. Sederet nomor tertera di sana dan akhirnya, Roger memutuskan untuk menghubungi nomor itu untuk mengiyakan apa yang ditawarkan oleh pria tersebut padanya dengan imbalan uang dalam jumlah yang besar tentunya.Roger diminta datang ke sebuah tempat dan ia tidak boleh mengajak siapapun saat datang, sekali lagi, Roger mengiyakan. Tekadnya sudah bulat, ia sudah tidak bisa lagi membia
"Dafa? Rani, apa yang kalian lakukan?"Berniat memberikan surprise pada Dafa sang tunangan hingga Maira ke kantor milik Dafa, ternyata yang terjadi justru Maira yang terkejut karena melihat Dafa dan Rani sahabatnya sedang berciuman di ruang kerja milik sang tunangan.Tidak hanya sampai di situ, pakaian keduanya juga sudah tidak karuan padahal mereka sedang ada di tempat kerja dan memang, Rani sahabat Maira bekerja di perusahaan milik Dafa atas rekomendasi Maira karena kasihan dengan sahabatnya itu yang tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Namun, rasa kasihan Maira ternyata dibalas dengan sebuah pukulan oleh Rani yang terobsesi dengan Dafa sejak lama secara diam-diam hingga saat Maira merekomendasikannya untuk bekerja di perusahaan Dafa, perempuan itu memiliki kesempatan untuk menggoda Dafa dan Dafa tergoda!Melihat kedatangan Maira yang tiba-tiba, Dafa buru-buru mendorong Rani dari pangkuannya dan segera membenahi pakaiannya dengan wajah seperti maling ketangkap basah, dan Maira jiji
"Apakah aku salah? Kita sudah dewasa, aku tidak mau gaya berpacaran seperti anak SMP yang hanya bergandengan tangan saja, anak SMP sekarang justru banyak yang sudah melebihi dari itu, masa aku harus kalah?""Pria gila kamu! Sekarang, aku bukan tunangan kamu lagi! Aku tidak mau memiliki tunangan yang juga dimiliki teman aku sendiri!"Maira tidak bisa menahan perasaan kesal dan sakit hatinya saat mendengar apa yang diucapkan oleh Dafa. Rasanya sekarang ia hancur, tidak tahu harus bersikap seperti apa, hingga pada akhirnya ia berbalik dan keluar dari ruang kerja sang tunangan setelah melempar cincin tunangan yang diberikan oleh Dafa padanya ketika mereka bertunangan.Rasanya ia ingin menangis. Namun, jika itu dilakukannya, ia akan membuat dirinya sendiri malu, sampai Maira berusaha menahan diri untuk tidak menangis.Sudahlah, Maira! Hanya kehilangan satu pria bejat tidak akan membuat duniamu terhenti, bukan? Tidak perlu dipikirkan, Dafa memang bukan calon suami yang baik buat kamu!Hatin
Permohonan Maira tidak membuat Moreno merubah keputusannya. Pria itu tetap kukuh untuk meminta Maira bertanggung jawab atas segalanya, dengan disertai ancaman jika Maira keberatan, maka kasus mereka akan dibawa ke jalur hukum.Entah apakah karena Maira yang bodoh tentang hukum, atau karena merasa tidak bisa berpikir lantaran belakangan ini banyak sekali hal buruk yang dialaminya.Maira akhirnya menuruti kemauan, Moreno, dan berdoa agar biaya perbaikan motor laki-laki itu tidaklah membuat uang simpanannya habis.Namun ternyata, harapan Maira musnah ketika ia datang ke bengkel tempat di mana motor Moreno diperbaiki. Biaya perbaikan motor itu sangat mahal karena motor Moreno rusak parah, dan Maira shock uang tabungannya yang ia sisihkan dengan susah payah, habis tidak bersisa!"Pak! Uang saya habis! Gara-gara motor Bapak, tabungan saya semua habis! Bapak sudah membuat impian saya untuk bisa memperbaiki rumah orang tua saya di kampung musnah!"Tidak tahan menahan perasaan dongkolnya, Mai
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, Maira semakin tersudut, rasanya, ia tidak bisa berkelit lagi untuk tidak memberikan nota pembayaran yang diminta oleh Moreno. Dengan gerakan lambat, perempuan berambut panjang itu segera membuka tas selempang miliknya, dan perlahan mencari sesuatu di sana.Moreno langsung menyambar nota pembayaran yang diberikan oleh Maira padanya, dan matanya langsung menatap ke atas kertas putih itu untuk meneliti apa yang tertulis di kertas itu dengan baik. "Perasaan, motor gue itu rusak parah, masa cuma segini biayanya?"Deg!Jantung Maira seolah berhenti berdenyut mendengar ucapan yang keluar dari mulut Moreno ketika pria itu melihat nota pembayaran yang diberikan olehnya.Hal yang ia khawatirkan terjadi. Moreno merasa curiga karena biaya tidak sesuai dengan perkiraan lantaran Maira nekat memangkasnya sebab, ia tidak punya uang.Karena di nota tertera nomor bengkel yang dibubuhkan oleh pemilik bengkel agar pelanggan bisa melakukan kontak langsung dengan
"Apa?"Ucapan Moreno benar-benar membuat Maira terkejut sampai perempuan itu setengah berteriak, dan wanita itu langsung menekap mulutnya sendiri."Ya, cuma itu yang bisa lu lakukan kalau enggak bisa bayar semua biaya perbaikan!""Tapi, ini konyol! Saya bilang, saya tidak mau menikah karena saya tidak percaya lagi dengan laki-laki, bagaimana mungkin saya menikah dengan Anda?!""Enggak perlu tegang dan baper kali! Kita kawin itu cuma untuk hitungan bisnis doang, gue perlu bantuan, dan lu orang yang bisa ngebantu gue karena lu miskin, ya, terserah sih, kalau lu enggak mau gue bisa cari cewek lain! Tapi, bayar semua biaya perbaikan motor kalau enggak mau, gue bawa ke jalur hukum ini urusan! Ingat, lu juga nipu gue soal keterangan perbaikan, itu hukumannya double!"Maira terdiam. Ia semakin tersudut sekarang, tidak tahu apa yang harus ia lakukan.Mendadak, perkataan sang bos terngiang di telinga, soal lamaran dan juga soal bagaimana karirnya tidak bisa maju jika tidak menikah. Apakah ini