Mendengar apa yang diucapkan oleh Viona, Maira terdiam untuk sesaat. Sebenarnya, apa yang ia rasakan sama seperti yang dirasakan oleh Viona, tidak percaya bahwa Dafa benar-benar memang ingin membantu, tapi ia tidak punya bukti untuk meyakinkan hal itu, jadi selama ini ia diam saja dan ia tidak menyangka ternyata Viona merasakan hal yang sama seperti yang dirasakannya."Apa yang membuat Ibu berpikir Dafa tidak tulus pada Pak Salim?"Akhirnya, hanya pertanyaan itu yang diucapkan oleh Maira untuk mengetahui alasan Viona yang merasa tidak tulus dengan suaminya."Mantan tunangan kamu itu masih suka padamu, kan?""Lalu?""Apakah mungkin dua orang pria yang sama-sama menyukai wanita yang sama saling membantu?""Aku tidak tahu Dafa itu masih suka padaku atau tidak, bisa saja dia hanya ingin balas dendam bukan karena masih suka.""Memangnya kamu tidak bisa merasakan apa yang dia rasakan terhadapmu? Ayolah, jangan bohong padaku, kamu sendiri tahu dia masih sayang padamu, kan?"Maira ingin mere
"Kamu mau ke mana?" tanya Viona yang menjadi tegang ketika Maira bicara seperti itu padanya."Mengikuti pria yang bersama Pak Salim, aku ingin tahu, pria itu siapa.""Aku ikut!""Ibu, yakin?" "Ya. Siapa tahu dia ada sangkut-pautnya dengan Salim, bukankah aku juga perlu tahu?" "Baiklah, ayo, Bu!" Keduanya langsung beranjak meninggalkan tempat mereka duduk dan segera mengikuti pria bertopi dan bermasker yang diajak bicara oleh Pak Salim tadi.Viona mengajak Maira untuk masuk ke dalam mobil miliknya ketika mereka harus menggunakan kendaraan untuk mengikuti pria yang diajak bicara Pak Salim tersebut karena orang itu juga memakai motor. Maira terus mengamati pria itu dengan seksama, sementara Viona menyetir mobilnya untuk terus mengikuti motor tersebut.Mereka tidak tahu, orang yang mereka ikuti sadar sudah diikuti oleh keduanya, sampai kemudian di sebuah tikungan, Maira terkejut karena pria yang mereka ikuti tidak ada di depan mereka. "Maira, di mana dia?" tanya Viona pada Maira.
Viona mengucapkan kalimat itu pada Maira dengan wajah yang terlihat serius."Oh, baiklah. Aku mengerti, aku setuju, Bu. Aku juga yakin Ibu akan melakukan yang terbaik." Viona menarik napas lega ketika mendengar Maira paham dengan maksudnya. Segera mereka turun dari mobil khawatir Pak Salim kembali dan melihat Maira masuk ke dalam rumah. Viona menyembunyikan Maira di kamar tamu, dan Viona mengizinkan Maira keluar jika situasi yang memungkinkan perempuan itu keluar jika ia dan Pak Salim terlibat perdebatan yang berujung memojokkan dirinya.Beberapa saat kemudian, Pak Salim pulang. Dan perasaan Viona semakin tidak karuan seiring ia melihat sang suami melangkah ke arahnya."Kau tidak ada pekerjaan sampai bisa pulang lebih cepat?" tanya Viona ketika suaminya sudah ada di dekatnya."Apa yang sebenarnya kamu lakukan di luar?"Tanpa basa-basi, Pak Salim langsung melontarkan pertanyaan itu pada sang istri, sehingga istrinya menghela napas berusaha untuk mengatasi perasaannya yang semakin be
"Dafa? Rani, apa yang kalian lakukan?"Berniat memberikan surprise pada Dafa sang tunangan hingga Maira ke kantor milik Dafa, ternyata yang terjadi justru Maira yang terkejut karena melihat Dafa dan Rani sahabatnya sedang berciuman di ruang kerja milik sang tunangan.Tidak hanya sampai di situ, pakaian keduanya juga sudah tidak karuan padahal mereka sedang ada di tempat kerja dan memang, Rani sahabat Maira bekerja di perusahaan milik Dafa atas rekomendasi Maira karena kasihan dengan sahabatnya itu yang tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Namun, rasa kasihan Maira ternyata dibalas dengan sebuah pukulan oleh Rani yang terobsesi dengan Dafa sejak lama secara diam-diam hingga saat Maira merekomendasikannya untuk bekerja di perusahaan Dafa, perempuan itu memiliki kesempatan untuk menggoda Dafa dan Dafa tergoda!Melihat kedatangan Maira yang tiba-tiba, Dafa buru-buru mendorong Rani dari pangkuannya dan segera membenahi pakaiannya dengan wajah seperti maling ketangkap basah, dan Maira jiji
"Apakah aku salah? Kita sudah dewasa, aku tidak mau gaya berpacaran seperti anak SMP yang hanya bergandengan tangan saja, anak SMP sekarang justru banyak yang sudah melebihi dari itu, masa aku harus kalah?""Pria gila kamu! Sekarang, aku bukan tunangan kamu lagi! Aku tidak mau memiliki tunangan yang juga dimiliki teman aku sendiri!"Maira tidak bisa menahan perasaan kesal dan sakit hatinya saat mendengar apa yang diucapkan oleh Dafa. Rasanya sekarang ia hancur, tidak tahu harus bersikap seperti apa, hingga pada akhirnya ia berbalik dan keluar dari ruang kerja sang tunangan setelah melempar cincin tunangan yang diberikan oleh Dafa padanya ketika mereka bertunangan.Rasanya ia ingin menangis. Namun, jika itu dilakukannya, ia akan membuat dirinya sendiri malu, sampai Maira berusaha menahan diri untuk tidak menangis.Sudahlah, Maira! Hanya kehilangan satu pria bejat tidak akan membuat duniamu terhenti, bukan? Tidak perlu dipikirkan, Dafa memang bukan calon suami yang baik buat kamu!Hatin
Permohonan Maira tidak membuat Moreno merubah keputusannya. Pria itu tetap kukuh untuk meminta Maira bertanggung jawab atas segalanya, dengan disertai ancaman jika Maira keberatan, maka kasus mereka akan dibawa ke jalur hukum.Entah apakah karena Maira yang bodoh tentang hukum, atau karena merasa tidak bisa berpikir lantaran belakangan ini banyak sekali hal buruk yang dialaminya.Maira akhirnya menuruti kemauan, Moreno, dan berdoa agar biaya perbaikan motor laki-laki itu tidaklah membuat uang simpanannya habis.Namun ternyata, harapan Maira musnah ketika ia datang ke bengkel tempat di mana motor Moreno diperbaiki. Biaya perbaikan motor itu sangat mahal karena motor Moreno rusak parah, dan Maira shock uang tabungannya yang ia sisihkan dengan susah payah, habis tidak bersisa!"Pak! Uang saya habis! Gara-gara motor Bapak, tabungan saya semua habis! Bapak sudah membuat impian saya untuk bisa memperbaiki rumah orang tua saya di kampung musnah!"Tidak tahan menahan perasaan dongkolnya, Mai
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, Maira semakin tersudut, rasanya, ia tidak bisa berkelit lagi untuk tidak memberikan nota pembayaran yang diminta oleh Moreno. Dengan gerakan lambat, perempuan berambut panjang itu segera membuka tas selempang miliknya, dan perlahan mencari sesuatu di sana.Moreno langsung menyambar nota pembayaran yang diberikan oleh Maira padanya, dan matanya langsung menatap ke atas kertas putih itu untuk meneliti apa yang tertulis di kertas itu dengan baik. "Perasaan, motor gue itu rusak parah, masa cuma segini biayanya?"Deg!Jantung Maira seolah berhenti berdenyut mendengar ucapan yang keluar dari mulut Moreno ketika pria itu melihat nota pembayaran yang diberikan olehnya.Hal yang ia khawatirkan terjadi. Moreno merasa curiga karena biaya tidak sesuai dengan perkiraan lantaran Maira nekat memangkasnya sebab, ia tidak punya uang.Karena di nota tertera nomor bengkel yang dibubuhkan oleh pemilik bengkel agar pelanggan bisa melakukan kontak langsung dengan
"Apa?"Ucapan Moreno benar-benar membuat Maira terkejut sampai perempuan itu setengah berteriak, dan wanita itu langsung menekap mulutnya sendiri."Ya, cuma itu yang bisa lu lakukan kalau enggak bisa bayar semua biaya perbaikan!""Tapi, ini konyol! Saya bilang, saya tidak mau menikah karena saya tidak percaya lagi dengan laki-laki, bagaimana mungkin saya menikah dengan Anda?!""Enggak perlu tegang dan baper kali! Kita kawin itu cuma untuk hitungan bisnis doang, gue perlu bantuan, dan lu orang yang bisa ngebantu gue karena lu miskin, ya, terserah sih, kalau lu enggak mau gue bisa cari cewek lain! Tapi, bayar semua biaya perbaikan motor kalau enggak mau, gue bawa ke jalur hukum ini urusan! Ingat, lu juga nipu gue soal keterangan perbaikan, itu hukumannya double!"Maira terdiam. Ia semakin tersudut sekarang, tidak tahu apa yang harus ia lakukan.Mendadak, perkataan sang bos terngiang di telinga, soal lamaran dan juga soal bagaimana karirnya tidak bisa maju jika tidak menikah. Apakah ini