"Apakah separah itu?" tanya Tante Mila pada Dokter Bryan. "Pikirannya tertekan, ini membuat detak jantung dan syaraf penting dalam tubuhnya juga tegang, sedangkan untuk kondisi pasien, organ pentingnya tidak boleh tertekan. Maaf, apakah menantu Anda melakukan hubungan intim dengan suaminya?"Dokter Bryan yang tidak tahu sandiwara yang dilakukan Moreno memandang ke arah Moreno dan Tante Mila bergantian seraya melontarkan pertanyaan tersebut. Tante Mila menarik napas. Ia melirik ke arah Moreno, seolah meminta anaknya itu menjawab pertanyaan sang dokter. Moreno garuk-garuk kepala, merasa terjebak dengan kebohongannya sendiri. "Iya, Dokter. Apakah itu berbahaya?"Akhirnya, sebuah kebohongan kembali diucapkan olehnya, karena ia terlanjur bicara seperti itu pada sang ibu, jadi tidak mungkin ia tidak mengiyakan masalah tersebut meskipun resikonya ia yang akan disalahkan. "Tolong ditahan dulu, kondisi rahimnya sedang tidak baik, rasa sakit itu mungkin terkadang hilang tapi juga terkadang
Miko yang mendengar kata-kata Mitha menghela napas panjang. Hatinya miris, tidak pernah sang adik mengatakan kalimat seperti itu meskipun sejak kecil ujian yang diterima sang adik seolah tidak pernah berhenti. Jika saja ia bisa menyentuh, ingin rasanya ia mengusap pundak sang adik sekedar untuk menenangkan perasaan Mitha yang terlihat sangat terpukul. Namun, karena kondisinya seperti sekarang, ia tidak bisa sekedar menyentuh sang adik. "Itu kata-kataku, kenapa sekarang kau mengikuti? Di dunia manusia memang ujian selalu datang, tapi untuk ke dunia lain, bukan pilihan yang tepat.""Aku ingin menghilang....""Lalu anakmu?"Mitha terdiam mendengar pertanyaan Miko. Hingga akhirnya, perempuan itu menutup wajahnya dengan telapak tangannya seperti ingin menumpahkan perasaannya dengan cara itu tapi masih berusaha untuk tidak menangis."Apakah kamu ingin aku melakukan sesuatu untuk Moreno?"Mendengar suara Miko, Mitha membuka telapak tangannya yang ia buat untuk menutupi wajahnya, dan ia men
"Untuk keseluruhan aku tidak tahu, aku hanya pernah memergoki dia ingin mencium kamu itu aja!"Mendengar apa yang diucapkan oleh Miko, Mitha semakin gelisah. Meskipun hati kecilnya mengatakan, Moreno tidak mungkin melakukan hal sejauh itu, dan tidak mungkin juga ia tidak merasa jika disentuh Moreno, apalagi ia yang dikenal dengan telinga kelinci yang artinya, sekecil apapun suara meskipun ia terlelap, pasti akan terbangun apalagi perkara disentuh seperti itu, apa mungkin ia sampai tidak merasa?Namun, kenapa ia merasakan tubuhnya sangat lemas waktu itu?"Kamu bisa cek ke dokter kalau ingin membuktikan apakah dia menyentuh kamu atau tidak...."Saran yang diucapkan Miko membuat Mitha lemas. Lagi-lagi dokter. Bukankah jika ke dokter harus ada uang? Darimana ia mendapatkan uang? Sekarang saja ia terbelit dengan Moreno karena tidak punya uang."Aku sebenarnya enggak yakin Moreno bisa melakukan sesuatu yang sampai sejauh itu, tapi....""Dia bisa melakukan apapun kalau dia sedang ingin melak
"Ya, udah! Kalau kamu enggak ngizinin ya, udah! Kenapa harus kayak gini? Setiap kali kamu marah, kamu pasti melakukan sesuatu yang membuat aku merasa dilecehkan, aku enggak suka!" seru Mitha sambil beringsut mundur. Perempuan itu benar-benar selalu saja merasa tubuhnya menjadi tidak sehat jika Moreno ada di dekatnya. Namun, Moreno tidak peduli dengan reaksi kemarahan Mitha untuk kata-kata yang baru saja diucapkannya tadi."Aku jauh lebih tidak suka kalau kamu membahas sesuatu yang tidak seharusnya kamu bahas, jangan paksa aku berbuat kurang ajar sama kamu, Mitha, kamu tahu, aku bisa melakukan apa saja padamu, kalau aku sudah tidak peduli dengan segala penolakan darimu?" kata Moreno sambil menatap wajah Mitha dengan tatapan mata yang benar-benar tidak disukai oleh Mitha."Kamu menjengkelkan!""Aku tidak peduli! Sekarang kamu sarapan setelah itu minum obat.""Tinggalkan aku sendiri!""Tidak! Ibuku memintaku untuk melihat kamu makan sampai makanan itu habis, jadi makan sekarang.""Kenap
Mitha yakin bahwa usahanya kali ini tidak akan gagal. Akan tetapi, perkiraannya meleset total. Dengan sergap pula, Moreno menangkap tangan Mitha yang ingin mengambil kalung milik Moreno, hingga dalam sekejap tangan Mitha berada dalam cengkraman tangan kokoh Moreno. "Kenapa kasar sekali? Ingin melihat leher atau mencium?" godanya sambil menatap wajah Mitha yang dekat sekali di hadapannya. Mitha menarik tangannya yang dicengkeram erat Moreno, namun Moreno tidak membiarkan tangan perempuan itu terlepas begitu saja dari genggamannya."Lepasin, Reno!" pinta Mitha dengan perasaan yang bercampur aduk lantaran perkiraannya salah total."Tidak, sebelum kamu berjanji akan melakukan apapun yang aku perintahkan padamu!""Aku sudah bilang, aku enggak bisa makein kamu dasi!""Bohong!""Terserah!"Mitha mengerahkan kekuatannya untuk bisa lepas dari Moreno sampai akhirnya, Moreno merasa tidak ada gunanya untuk membuat Mitha mengaku bahwa perempuan itu bisa memakaikan dasi."Aku ajarin, kalau meman
"Aku enggak mau menjadi duri di antara kamu dengan Maira! Kamu juga akan menjadi duri di antara aku dan Roger, Moreno, jadi lebih baik kita akhiri aja sampai di sini! Kalau kita enggak ngomong, ayah kamu tidak akan tahu dan beliau tetap akan berobat dengan fokus, kan?"Moreno melangkah semakin dekat dengan posisi Mitha hingga Mitha bergerak mundur setiap kali Moreno melakukan hal itu. Namun, pada akhirnya, pergerakan Mitha tidak lagi terjadi karena Mitha terbentur sisi tempat tidur di belakangnya. "Bisa bayar denda untuk pemutusan kontrak sepihak?" tanya Moreno sambil merunduk hingga posisi wajah mereka sangat dekat, dan terpaksa, guna menghindari posisi tersebut, Mitha terduduk kembali di atas tempat tidur."Tapi kamu-""Maira itu tidak hamil! Dia bersandiwara melakukan itu untuk kepentingannya sendiri, tapi aku tidak bisa mengatakan ini pada keluargaku, jadi terpaksa aku menuruti kemauannya aja, bisa percaya padaku? Apakah menurutmu aku bisa menyentuh perempuan yang tidak aku suk
"Kali ini gue enggak akan mau kalah lagi, Maira, jadi meskipun cuma seandainya, gue enggak mau lu mengatakan kalo gue akan kalah, titik!"Maira hanya geleng-geleng kepala sambil menatap punggung Moreno yang bergerak meninggalkan dirinya setelah mengucapkan kata-kata seperti tadi.Perempuan itu bisa melihat betapa Moreno tidak main-main saat mengucapkan seluruh kalimat yang keluar dari mulutnya, dan rasanya Maira jadi khawatir sesuatu yang besar dan rumit akan terjadi tapi bagaimana caranya ia bisa mencegah itu semua?Ketika Moreno sudah benar-benar telah berangkat ke kantor, Maira ke kamar Mitha di mana Mitha bersama dengan sang anak yang saat itu sibuk menggambar dengan sarana yang diberikan oleh Moreno. Maira meminta Nami untuk ke sudut kamar agar bocah itu tidak mendengar apa yang akan diucapkannya pada ibu anak perempuan tersebut."Bagaimana keadaan kamu?" tanya Maira sekedar untuk berbasa-basi."Lumayan.""Tapi, wajah kamu sangat tidak fresh.""Karena ada banyak hal yang aku pi
"Itu, enggak seperti yang kamu pikirkan," bantah Mitha dengan suara sedikit tersendat. "Tidak seperti yang aku pikirkan? Terus seperti apa yang sebenarnya? Atasan di mana aku kerja yang bilang, kamu itu penyebab Moreno menjadi pembunuh, benar, kan?"Mitha ingin merespon tuduhan yang diucapkan oleh Maira, akan tetapi, ponsel milik Maira berbunyi hingga perempuan tersebut memilih menjauh dari tempat tidur ketika melihat siapa yang memanggil. "Pembicaraan kita belum selesai, Mitha, aku masih ingin bicara dengan kamu untuk masalah ini, tapi sekarang, aku punya urusan, aku keluar dulu," pamit Maira karena ia ingin menerima panggilan itu di luar tanpa ada orang lain di dekatnya.Mitha hanya menghela napas. Pikirannya semakin penuh sekarang. Mitha heran karena Maira begitu banyak tahu tentang dirinya, sementara ia sendiri tidak tahu apa-apa tentang istri kontrak Moreno tersebut. ***Pak Marvel sudah diberangkatkan ke Jakarta untuk menjalani pengobatan yang lebih baik di rumah sakit pusat