Share

Lacak

Jus apel yang dipesan teronggok begitu saja di meja, tak menarik minat makhluk berkaos warna tosca dilapisi kemeja flanel warna hitam yang tadi memesan karena sedang sibuk sendiri. Kala tengah intens mencoret-coret kertas di depannya, tak memedulikan apa pun yang terjadi di kantin. Frasa “gantungan kunci” tertulis besar-besar di kertas, menemani kata “racun”. Mengetuk-ngetuk kata “racun” dengan ujung pena sampai kata itu dipenuhi titik hitam bagai jerawat, Kala disergap pemikiran baru yang mendukung teorinya tentang pembunuh Lavi.

“Lagi ngapain, lo?”

Fatih muncul dari keramaian, menghampiri Kala dan duduk di kursi di depannya sambil memandang kasihan pada jus apel yang malang.

“Lagi berpikir aja.”

Fatih menghunjamkan tatapan ke kertas di depan Kala, menebak-nebak.

“Kasus Lavi?”

Kala mengangguk. Itu juga alasannya meminta Fatih untuk bertemu di kantin hari ini.

“Lo kan temen Lavi, gue pengen nanya sesuatu.”

Fatih mengerjap. Ia tidak sedang di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status