“Astaga!” Celin langsung terjengkang ke belakang, dia melihat Adimas tepat berada di samping meja yang menutupi dirinya.Adimas berdiri dari jongkoknya, lalu dia mengulurkan tangannya kepada Celin, “Mau saya tolong?”Celin menatap uluran tangan Adimas itu, Celin sama sekali tidak menerima uluran tangan dari Adimas itu. Dia berdiri sendiri lalu membersihkan pakaiannya. “Ada apa?”Adimas tersenyum simpul, dia menarik kursi di sampingnya. “Duduk dulu!” suruh Adimas.Celin menghela nafasnya, dengan sangat terpaksa dia duduk. Celin tiba-tiba merasa sangat gugup sekali, sampai dia pun tidak sadar kalau dia menggigit bibir bawahnya tak lupa juga dengan jarinya yang memetik-metik tasnya.Adimas melihat itu hanya bisa menahan senyumannya wanita di depannya itu sangat lucu kalau gugup. Tapi tak lama kemudian Adimas pun mendatarkan wajahnya kembali. “Kamu tau kenapa saya bisa ada di sini?”Celin menggelengkan kepalanya sambil berusaha untuk tidak melihat Adimas. “Tidak tau!” jawab Celin.“Mau pe
“Dimana dia? Bakalan aku cincang tu orang!” Celin menggerutu sambil melihat ke semua sudut cafe. Celin baru saja menyelesaikan interviewnya di salah satu hotel ternama. Setelah interview, Kamila, salah satu sahabat memintanya bertemu. Celin menyeringai saat melihat dua orang yang terlihat sangat mirip itu duduk di paling ujung dekat jendela. Saat dia sudah dekat, Celin tidak segan untuk memukul kepala salah satu wanita, tidak terlalu keras karena dia juga memiliki perasaan tetapi bisa membuat wanita yang dia pukul itu menjerit kesakitan.“Awww!” jerit Kamila sambil memegang kepalanya.Bukan hanya Kamila yang menjerit kesakitan, Karmel yang menjadi kembaran Kamila pun sangat kaget ketika Celin memukul kepala kembarannya.Kamila menatap Celin dengan tatapan seperti ingin menerkamnya, sedangkan Celin tanpa bersalah dia duduk di samping Kamila. “Kenapa kamu pukul kepala aku sih? Kamu mau bikin aku geger otak tau gimana? Tanya Kamila tidak terima kalau kepalanya dipukul.Celin mengambil
Pagi kemarin, Celin mendapatkan kabar kalau dia sudah diterima di Hotel tempat dia melamar. Tentu saja hal itu membuat Celin beserta keluarganya senang. Saat ini Celin sedang bersiap-siap untuk menjalani hari pertamanya sebagai pegawai hotel.Saat hendak keluar dari kamarnya, tiba-tiba handphone yang ada didalam tasnya berbunyi. Saat melihat nama yang ada dilayar handphonenya Celin merasa malas untuk mengangkat telepon itu, tetapi dia tetap menekan tombol hijau. “Apa?” ketus Celin.“Biasa aja dong!” jawab Kamila. “Cepetan kamu mau ngomong apa Mil? Bentar lagi aku mau kerja soalnya!” gerutu Celin. “Kamu udah keterima di hotel kemarin?” tanya Kamila, “Selamat yah, akhirnya kamu gak jadi pengangguran lagi!” ucap Kamila dia turut senang. “Iya makasih Kamila! Cepetan kamu mau ngomong apa, aku gak mau telat cuma gara-gara nerima telepon dari kamu!” “Tenang aja, aku cuma mau ngingetin kamu jangan sampe lupa dengan janji kita hari ini. Kamu bakalan ketemu sama cowok pilihan papah aku nan
“Mati aku!” gumam Celin. Celin sama sekali tidak menyangka kalau orang yang ada di depannya sekarang adalah orang yang dia lihat di depan aula tadi. Dia adalah anak dari pemilik hotel tempat dia bekerja.“Kamila!”“Ah, iya!” ucap Celin sambil tersenyum.Celin berusaha untuk menutupi rasa kagetnya. “Aduh gimana ini, masa aku nipu anak bos aku sendiri? Ah enggak enggak enggak, aku pasti bisa, lagian aku gak bakalan ketemu dia kalaupun kita ketemu dia pasti gak bakalan ngenalin aku secara si kembar dandanin aku secantik ini jadi dia gak bakalan ngenalin aku. Aku harus inget apa yang diucapkan oleh Kamila tadi!”Lalu Celin membuka blazer yang dia kenakan dan hanya memperlihatkan baju tanpa lengan saja. Seperti yang Celin harapkan, wajah lelaki yang ada didepannya itu tampak terkejut. Lalu Celin berdiri mendekati Adimas, dia mencondongkan badannya dan dengan sengaja dia mencium pipi Adimas. “Ya ampun, ini pertama kalinya aku lakuin hal seperti ini!” gerutu Celin di dalam dirinya. Tapi
Celin akhirnya bisa meloloskan dirinya, dia berlari menuju lift dan menggerutu karena liftnya sangat lama. “Cepet dong bukanya cepet dong!”Saat lift terbuka celin langsung masuk ke dalam dan dia asal memencet tombol, lalu setelah dia keluar dia langsung menuju toilet yang tidak dia sadari kalau itu adalah toilet khusus pria.Nafas celin terengah-engah. “Capek banget! ” Celin menumpu tangannya di wastafel. “Karena panik aku langsung lari. Gimana caranya biar aku bisa ngehindarin dia yah?” lalu Celin melihat tampilan rambutnya di depan kaca yang tampak berantakkan. “"Aduh jadi berantakan gini lagi!” Celin melepaskan jepitan rambutnya, dan sedikit menata rambutnya terlebih dahulu sambil melihat ke arah belakang melalui kaca. Celin membulatkan matanya saat dia melihat tempat pria membuang air kecil. Lalu dia membalikkan badannya untuk memastikan bahwa penglihatannya salah. Saat mengetahui kalau itu benar, Celin langsung menutup kedua mulutnya.((((“Keadaan bu Mega bagaimana, Pak, s
Adimas yang melihat pemandangan itu pun hanya bisa tersenyum. Dia dengan tergesa-gesa menyusul kedua orang itu dan langsung meraih tangan Celin. “Maaf dia sedang berkencan dengan saya!” “Saya pacar Kamila, jadi pengawal gak usah sok ngaku-ngaku jadi pacar Kamila!” tegas Kevin.Adimas tertawa, “Pacar? Kamila sendiri pernah mengakui kalau dia tidak punya pacar!”Celin membulatkan matanya, dia baru teringat kalau dia berbicara seperti itu kepada Adimas. “Itu kemarin, dan hari ini dia pacar aku!” mendengar jawaban dari Celin membuat Adimas menahan tawanya.“Tuh denger, anda siapa hah?”“Saya teman kencannya sekarang, karena papahnya ingin Kamila menikah dengan saya!” Adimas berusaha untuk menarik Celin dari rangkulan Kevin sedangkan Kevin dia tetap merangkul Celin, sehingga terjadilah adegan tarik menarik yang membuat Celin merasa kesakitan dibagian tangan dan bahunya. Celin yang sudah tidak tahan pun memilih untuk menarik paksa tangannya yang digenggam oleh Adimas. “Stop!” Celin mengus
Adimas sudah melihat semua cctv, tentu saja hal itu membuat dia kesal karena dugaan dia benar. Lydia masuk ke dalam rumahnya, walaupun tidak tau apa yang telah diperbuat oleh wanita itu, tapi Adimas yakin kalau Lydia telah berbuat sesuatu terhadap mamahnya sehingga penyakit jantung mamahnya kembali.Adimas memperhatikan selang influsan yang ada disampingnya, memastikan kalau itu berjalan lancar. “Dimas…” lirih bu Mega.Adimas segara duduk disamping ranjang mamahnya. “Mamah udah bangun? Mamah ngerasa sakit atau apa?” tanya Adimas.Bu Mega menggelengkan kepalanya, “Enggak kok!” jawab bu Mega, “Kenapa kamu jam segini belum tidur nak?”Adimas tersenyum pada mamahnya, “Dimas mau jagain mamah di sini!”“Kamu harus istirahat, kamu pasti capek nak!” Adimas menggelengkan kepalanya, “Enggak kok mah, Dimas sama sekali gak capek!”Bu Mega meraih tangan Adimas, dia mengusap-ngusap tangan itu dengan lembut dan penuh kasih sayang. “Makasih yah nak!” Adimas tersenyum sambil menganggukkan kepalany
Celin menatap pintu rumah berwarna coklat yang ada di depannya, lalu dia langsung menekan tombol bel yang ada di samping pintu itu. Beberapa kali Celin memencet bel, akhirnya ada seseorang yang membuka pintu.“Celin?” tanya Karmel, lalu Karmel membia pintu dengan lebar. “Tumben kamu kesini gak ngasih tau dulu?”Celin meremas tas selempangnya. “Ada yang aku mau omongin sama kakak kamu Mel!”Karmel mengerutkan keningnya. “Soal cowok itu yah?” tebak Karmel.Celin menganggukkan kepalanya, “Ngomong-ngomong om Hamdi ada di rumah?”“Tadi sih ada, cuma kayaknya keluar dulu deh. Mendingan kamu masuk dulu aja, kak Mila ada di kamarnya!” ajak Karmel.Celin pun masuk ke dalam rumah itu, rumahnya sangat luas dan megah. Jika dibandingkan dengan rumah Celin terlihat sangat jauh perbedaannya. Celin dan Karmel pun berjalan ke lantai dua tepat dimana kamar mereka berdua berada.Celin melihat kamar dengan pintu berwarna terang, itu adalah kamar milik kakak Karmel. Celin dan Karmel pun masuk ke dalam, Ka