Share

BAB 3

“Mati aku!” gumam Celin.

Celin sama sekali tidak menyangka kalau orang yang ada di depannya sekarang adalah orang yang dia lihat di depan aula tadi.

Dia adalah anak dari pemilik hotel tempat dia bekerja.

“Kamila!”

“Ah, iya!” ucap Celin sambil tersenyum.

Celin berusaha untuk menutupi rasa kagetnya.

“Aduh gimana ini, masa aku nipu anak bos aku sendiri? Ah enggak enggak enggak, aku pasti bisa, lagian aku gak bakalan ketemu dia kalaupun kita ketemu dia pasti gak bakalan ngenalin aku secara si kembar dandanin aku secantik ini jadi dia gak bakalan ngenalin aku. Aku harus inget apa yang diucapkan oleh Kamila tadi!”

Lalu Celin membuka blazer yang dia kenakan dan hanya memperlihatkan baju tanpa lengan saja. Seperti yang Celin harapkan, wajah lelaki yang ada didepannya itu tampak terkejut.

Lalu Celin berdiri mendekati Adimas, dia mencondongkan badannya dan dengan sengaja dia mencium pipi Adimas.

“Ya ampun, ini pertama kalinya aku lakuin hal seperti ini!” gerutu Celin di dalam dirinya.

Tapi agar rencananya sukses, dia akan melakukan cara ini agar dia terlihat seperti wanita yang tidak baik di hadapan Adimas.

Adimas tentu saja dia sangat kaget dengan Celin yang tiba-tiba mencium pipinya. Hal itu membuat Adimas berdeham.

“Kenapa? Kamu gak nyaman yah?” tanya Celin sambil kembali duduk. “Aku sering ngelakuin hal itu kalau ketemu sama cowok!”

“Sering?”

Celin menganggukkan kepalanya, “Itu udah jadi kebiasaan!” Celin merasa sangat gembira sekali setelah melihat raut wajah Adimas.

Dia merasa kalau rencananya akan berjalan mulus. “Bisa langsung ke intinya saja, kenapa kamu mau dijodohkan dengan aku?” tanya Celin sambil mengibaskan rambutnya.

Adimas sedikit berdeham, dia sedikit tidak nyaman dengan sikap Celin. “Karena saya harus melakukannya!”

Lalu Celin tertawa keras.

“Jujur aja nih yah, aku mau ngomong jujur sama kamu kalau kamu itu sama sekali bukan tipeku. Kamu itu jauh dari kata standar ketampanan menurutku! Lagian kalau aku nikah sama kamu, aku gak bakalan bisa ngelakuin kebiasaan aku lagi dan itu sangat merugikan buatku!”

Adimas hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

“Bukannya hal itu lebih bagus, setidaknya kamu bisa melepas kebiasaan buruk kamu itu!”

“Bagus menurut kamu? Kamu harus tau, aku gak bisa hidup dengan satu lelaki!” sanggah Celin “Pesen makanan dulu yah, aku laper dan setelah acara makan malam selesai aku harus ke hotel, aku mau ketemu sama pacarku!”

Adimas tertawa pelan. “Silahkan, kebetulan saya juga belum makan malam dan kalau kamu mau ke hotel pun saya tidak masalah karena mungkin dia pacar kamu!”

“Bukan pacar, tapi aku emang sering melakukan hal itu dengan dia!” ketus Celin.

Walaupun dia merasa sangat degdegan, karena secara tidak langsung dia menjelekkan dirinya sendiri.

Adimas hanya dapat melongo melihat Celin yang memesan makanan sangat banyak. “Kamu yakin bisa menghabiskan semua makanan ini?”

Celin tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. “Tentu saja!” katanya.

“Bagaimana bisa aku abisin makanan sebanyak ini? Tapi demi pertunangan itu gagal, aku bakalan bikin dia ilfeel!” gumam Celin di dalam hatinya.

Celin benar-benar menghabiskan makanan yang ada di depannya dengan sangat tidak anggun. Celin makan makanan tersebut menggunakan tangannya bahkan sebelum makan pun Celin sempat menggaruk ketiaknya.

Sedangkan Adimas dia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Celin.

Celin bersendawa dengan keras. “Kamu bayar makanan ini yah, aku pergi dulu!” kata Celin sambil berdiri.

Saat berdiri sejajar dengan Adimas, dengan sengaja Celin menyentuh tangan Celin yang masih kotor.

“Aduh maaf yah. Lagian baju lo gak banget sih jadinya cocok gue jadiin lap tangan aku!” Celin melupakan kalau orang yang dia perlakukan tidak baik itu adalah anak bosnya.

“Oh iya, perjodohan ini kita batalin yah!” ujar Celin.

Adimas tertawa hal itu membuat Celin mengerutkan keningnya.

“Saya tau kamu melakukan hal seperti ini dengan sengaja karena kamu ingin membatalkan rencana orang tua kita!”

Adimas lalu mengambil tisu yang ada di atas meja lalu dia berdiri dan membersihkan tangan Celin yang kotor, Celin sangat terpaku.

“Boleh juga saya jujur, saya tidak mau dijodohkan. Tapi kali ini saya berubah pikiran dan saya tidak akan membatalkannya, kalau kamu masih ingin membatalkan perjodohan ini bagaimana kalau kita melakukan pendekatan dulu?”

((((

“Gimana?” tanya Kamila di panggilan video. “Gimana dengan rencana kita tadi? Sukseskan?”

Celin merebahkan badannya di kasur dia melakukan panggilan video dengan si kembar.

“Sukses apanya? Asal kamu tau aja, rencana kita itu gagal total!” gerutu Celin.

“What? Kenapa bisa?” tanya Karmel heboh.

“Aku kan udah ngasih tau kamu hal apa yang bikin cowok itu ilfeel!”

Celin memutarkan matanya. “Aku udah ngelakuin apa yang kamu omongin tadi, aku juga udah cium dia udah bersikap seolah aku bukan wanita baik dan menggunakan kata kamu dan aku, tapi apa kenyataannya? Dia malah ngajakin aku buat ketemu lagi besok!”

“What?” teriak Kamila dan Karmel.

“Nah kan kamu juga kaget, yang paling penting itu adalah ciuman pertama aku!”

“Ya Udahlah lagian bukan di bibir, besok kamu bikin dia ilfeel lagi aja. Nanti aku bakalan kasih saran lagi sama kamu apa yang bener-bener bakalan bikin dia gak suka sama kamu!” ucap Karmel.

Celin merasa kesal dengan ucapan Karmel. Walaupun bukan di bibir, seenggaknya itu adalah hal yang baru pertama kali Celin lakukan apalagi dia mencium pipi laki-laki yang dia sama sekali tidak mengenalinya.

“Nah bener, aku sama Karmel bakalan bantuin kamu. Gimanapun juga perjodohan ini harus batal!”

((((

“Celin!”

“Iya Han?” tanya Celin pada Jihan. Saat ini Celin dengan Jihan sedang berjaga di lobby, sedangkan Vina dan juga Bu Rahma mereka berdua sedang dipanggil oleh atasan.

“Nanti kan jam istirahat bagian bu Rahma sama Vina jaga lobby. Kita makan di kantin yah, aku gak mau sendirian soalnya!”

Celin menganggukkan kepalanya, tidak mungkin juga dia menolak ajak Jihan. “Boleh!”

Para tamu mulai berdatangan dan Celin pun mulai melakukan tugasnya.

“Pak, bagaimana dengan kencan malam bapak tadi malam?” tanya Zidan asisten Adimas.

Adimas yang sedang berjalan sambil melihat dokumen yang diberikan oleh Zidan. “Lancar!” jawab Dimas, lalu dia memberikan dokumen itu kembali kepada Zidan. “Kamu kosongkan jadwal saya sore ini!”

Zidan kemudian memasukkan dokumen itu ke dalam tasnya. “Apa bapak ada janji kencan lagi?”

Celin merasa dia sangat tidak asing dengan suara itu. Celin melihat ke arah depan dirinya, tak jauh dari tempat dirinya berdiri dia melihat manajernya dan juga asistennya yang terlihat berjalan menuju kearahnya.

Seketika Celin langsung menundukkan wajahnya dan menutupinya dengan buku.

“Iya saya membuat janji dengan dia, kamu saya tugaskan untuk berjaga di rumah!”

Zidan menganggukkan kepalanya, sebagai asisten pribadi dia juga sudah terbiasa melakukan hal-hal pribadinya Adimas salah satunya adalah bergantian menjaga Bu Mega yang sedang sakit.

“Baik pak!”

Celin membulatkan matanya, dia mendengar percakapan itu.

“Gimana ini? Gimana kalau dia ngenalin aku?” tanya Celin pada dirinya sendiri.

Melihat tingkah Celin yang aneh, Jihan mengerutkan keningnya. “Kamu kenapa sih Lin?”

Tanpa mengangkat kepalanya, Celin menatap Jihan lalu dia memegang perutnya. “Tiba-tiba perut aku sakit banget!”

“Hah?”

“A…aku harus ke air dulu!” Celin hendak pergi dari tempatnya, tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara manajernya.

“Kenapa kamu tiba-tiba jadi sakit kayak gini? Perasaan tadi kamu baik-baik aja deh?”

Celin tetap berpura-pura perutnya sakit. “Aku juga gak tau, tiba-tiba aja pengen ke air!”

“Tapi itu ada….!”

“Selamat pagi!” sapa Zidan.

“Selamat pagi pak!”

Celin sedikit mengintip, dan sialnya tatapan matanya tertangkap basah oleh Adimas. Buru-buru Celin mengarahkan pandangannya kearah lain.

“Boleh saya tau kamu kenapa?” tanya Adimas kepada Celin.

“Pe…perut saya sakit, Pak!” jawab Celin sambil berpura-pura perutnya kesakitan.

Adimas mengerutkan keningnya. “Kenapa suara kamu…..”

Celin membulatkan matanya.

“Apa dia kenal suara aku?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status