Sara sebenarnya hanya sekadar mencari alasan untuk bisa menjauh sebentar. Dia mencuci tangannya berulang kali sebelum akhirnya berjalan keluar dari kamar mandi. Karena restoran itu cukup luas, jadi si pelayan mengajaknya berputar-putar sesaat sebelum akhirnya tiba kembali di tempat duduknya yang semula.Sara mengira Nela akan terus menanyainya, tetapi dugaannya ternyata salah. Nela malah menggenggam tangan Sara sambil berkata dengan prihatin, "Nak, hidupmu dulu memang penuh dengan penderitaan, tapi mulai sekarang kamu nggak perlu khawatir lagi. Setelah menikah dengan Sandy, kamu tinggal jalani kehidupan yang enak selamanya."Sara ingin menarik tangannya karena merasa agak jengah, tetapi ekspresi Nela yang penuh iba membuatnya menahan diri. Sara pun menjawab, "Bibi, aku nggak akan membuang karierku sekalipun sudah menikah dengan Kak Sandy."Nela juga tidak menentang keputusan tegas Sara yang menolak menjadi ibu rumah tangga biasa, dia malah balas mendukung Sara, "Tentu saja. Kamu sendir
Jefri mengambil segelas anggur merah dan menyesapnya. "Kalau kamu terlalu ikut campur, kamu juga yang bakal disalahkan. Biarkan saja.""Rekaman ini bukti bahwa aku nggak asal bicara," bantah Artha sambil memainkan ponselnya."Apalah arti rekaman itu?" sahut Jefri dengan nada datar. "Sandy 'kan tetap bisa dianggap membela Sara karena sudah membantah ibunya."Artha balas memutar bola matanya. "Apa gunanya juga dia membantah? Tetap saja dia mengizinkan ibunya menginterogasi Nona Sara. Mana ternyata dia ditunggu oleh seorang wanita di luar negeri sana! Lagian, dari nada bicaranya, menurutku Sandy sebenarnya nggak begitu mencintai Nona Sara. Aku nggak mau menyerah begitu saja. Isi rekaman ini sudah cukup untuk membongkar sifat Sandy yang sebenarnya kepada Nona Sara, jadi kenapa kamu malah melewatkan kesempatan sebagus ini?"Jefri menggoyang-goyangkan gelas anggurnya dengan santai sambil berkata, "Sandy itu pandai bicara, dia bisa mengubah hitam jadi putih. Sandy pasti akan membantah rekaman
Jefri yang dulu pasti akan merasa senang melihat wanita dengan kulit seputih dan sebersinar Nara, tetapi Jefri yang sekarang terlihat biasa saja. Dia balas menyambut uluran tangan Nara dengan cuek. "Nggak masalah, silakan duduk."Nara merasa penasaran dengan sikap Jefri yang berbeda sekali dari rumor yang berbeda. "Pak Jefri, tempat formal seperti restoran ini nggak cocok untuk diskusi soal kerja sama. Lebih baik kita pindah saja ke klub atau semacamnya .... "Jefri menunjuk ke kursi roda di sampingnya. "Aku terluka, aku harus pakai kursi roda. Aku cuma bakal jadi bahan tertawaan kalau ke klub kayak gini. Lagian, nggak usah juga pergi ke tempat seperti itu demi tanda tangan kontrak...."Nara sontak tertegun. Pihak perusahaan memang menyuruhnya ke sini untuk merayu Jefri dengan kecantikannya, mereka berniat mengambil keuntungan dari Grup Lionel. Ternyata buaya darat yang tersohor itu malah menolak usulan Nara. Nara merasa agak tidak percaya.Nara menatap Jefri selama beberapa saat, lalu
Sementara itu, setelah mengantar Artha pergi, Jefri segera memerintahkan asistennya dengan dingin, "Cepat pergi ke Negara Firion, selidiki wanita bernama Janice."Tadi Paskal berdeham menyela Nela yang hendak mengatakan sesuatu, jadi mereka berdua pasti menyembunyikan rahasia yang bahkan Sandy sendiri tidak mengetahuinya.Jefri menduga tadi Nela salah bicara. Jefri yakin dia tidak salah dengar, Nela tadi memang menyebut "anak". Jika dugaannya benar, berarti Sara benar-benar sial.Jefri mempertimbangkan dengan masak-masak. Bagaimanapun juga, mereka pernah melewati suka duka bersama. Walaupun sekarang sudah tidak lagi saling mencintai, tetap saja Jefri tidak tega melihat Sara terpuruk.Sekarang, Jefri mengerti bahwa bertindak dengan impulsif itu tidak akan membawa manfaat apa pun dan malah akan dimanfaatkan oleh seseorang yang berniat jahat.Jefri belajar dari Jihan. Yang harus dia lakukan adalah menyelidiki dulu dan mendapatkan semua buktinya, lalu mengungkap semuanya dengan bantuan ora
Sara yang tidak percaya bersikeras untuk membenarkan pola pikir Gisel. Namun, Gisel selalu membalasnya dengan kata-kata emas sampai Sara mati kutu dan tidak bisa berkata-kata."Anak-anak zaman sekarang sungguh luar biasa. Otak mereka cepat banget!"Lilia yang berjalan masuk kebetulan mendengar kalimat ini, "Aku sudah pernah ngetes IQ Gisel dan hasilnya lebih tinggi dari IQ-mu. Jadi jangan perlakukan dia seperti anak kecil."Sara membelalak kaget, Lilia tersenyum dan berkata, "Orangtuanya aja hebat, anaknya juga pasti hebat."Melihat Lilia dan Sara sudah datang, mereka pun menemani Gisel main lego sebentar lalu membawa mereka ke tempat rekreasi.Setelah meminta pelayan membuat kopi dan menyajikan makanan penutup, dia bertanya pada Sara, "Kamu bukannya pergi ketemu orang tua Sandy hari ini? Gimana?"Sara pergi ke Bundaran Blue Bay untuk mencari Wina justru ingin membicarakan hal ini dengannya, "Ayahnya nggak bilang apa-apa. Ibunya meremehkan latar belakang dan pekerjaanku. Dia nggak meno
"Nona Wina, sudah lama nggak bertemu."Begitu melihat yang berada di dalam mobil itu adalah Valeria, Wina sontak merasa gugup.Dia melihat sekeliling dan menghela napas lega ketika dia tidak melihat kendaraan mencurigakan lainnya yang mengikutinya."Nona Valeria, terakhir kali kamu dan kakakmu datang menemuiku, kamu ditabrak sama Jodie, 'kan? Kok kamu berani datang ke sini terang-terangan?"Valeria melepas kacamata hitam di wajahnya dan memperlihatkan sepasang mata cantik yang menggoda."Jodie nggak akan bisa melihatku kalau aku nggak keluar dari mobil, jangan khawatir."Setelah berkata demikian, Valeria mengeluarkan kotak hadiah di kursi penumpang dan menyerahkannya pada Wina."Aku nggak bisa lupa sama kasus kamu diculik waktu itu. Ini aku beli sesuatu, semoga kamu mau menerimanya."Wina sebenarnya tidak peduli dengan apa yang terjadi di masa lalu, tetapi bagi Valeria, untung waktu itu Wina selamat meski harus lompat ke laut. Namun, bagaimana seandainya terjadi apa-apa? Tentu itu buka
Valeria mengangkat dua jarinya dan mengulurkannya keluar dari jendela mobil. "Aku bersumpah, kalau aku nyulik kamu, aku akan disambar petir dan nggak akan mati tenang!"Wina menyuruhnya untuk menurunkan tangannya. "Mau bersumpah juga, aku nggak bisa pergi denganmu. Kalau Jihan tahu aku pergi ke klub malam buat cari gebetan, bisa-bisa aku yang mati."Lebih baik tidak melakukan hal berbahaya seperti itu. Yang terpenting dalam hidup ini adalah harus menyelamatkan hidup diri sendiri.Valeria berkata, "Orang mah harusnya takut sama istri. Kenapa kamu malah takut sama suami?"Wina tersenyum lembut. "Coba, menurutmu dia menyeramkan atau nggak?"Valeria mengangguk. "Menyeramkan."Mereka berdua pun saling bertatapan, lalu tertawa."Nanti aku kasih nomor telepon Sara. Kalau memang mau ke sana, telepon dia saja, biar dia siapin ruang privat terbaik untukmu."Wina mengeluarkan ponselnya, lalu mengirimkan nomor Sara pada Valeria."Tapi, pria muda di sana cuma akan nemenin kamu nyanyi, nyuapin atau
Wina merasa agak kaget. Bukankah Jodie kesulitan mengenali wajah orang? Bagaimana dia bisa mengingat rupa Valeria hanya setelah sekali bertemu?Saat WIna sedang memikirkan cara menghilangkan keraguan Jodie, tiba-tiba pria itu malah melangkah mendekat.Wina refleks mundur selangkah, tetapi tubuhnya oleng karena menginjak batu.Saat Wina nyaris terjatuh, Jodie merangkul pinggangnya sehingga Wina bisa berdiri lagi dengan mantap.Setelah berhasil kembali berdiri benar, Wina pun mengucapkan terima kasih kepada Jodie.Jodie diam-diam meletakkan tangan yang tadi menyentuh Wina di belakangnya.Entah karena cuaca yang terlalu panas atau karena terlalu gugup, yang jelas telapak tangannya basah oleh keringat.Wina akhirnya menjelaskan dengan lembut, "Yang tadi datang itu memang Aulia. Kalau kamu nggak percaya, aku akan meneleponnya di depanmu."Namun, mata Jodie fokus pada pinggang Wina yang ramping itu. Dia juga tidak bisa melupakan pelukannya dengan Wina barusan ....Yang jemari Jodie sentuh bu