Wina telah mempertimbangkan semuanya dengan kepala dingin dan berpikir jangka panjang. Wajar saja dia tidak ingin menyelami masa lalu, meski itu melibatkan seorang ibu yang belum pernah dia temui.Vera yang pasti tahu siapa ibu mereka dan segala masalah yang terlibat tetap tidak kembali ke keluarga orang tuanya.Itu cukup untuk menunjukkan bahwa dia tidak punya perasaan terhadap keluarga tersebut. Itulah mengapa dia tetap tinggal di Britton, dan lebih memilih menerima bantuan finansial dari Alvin daripada kembali.Bahkan Vera, yang sejak awal sudah tahu, membuat pilihan seperti itu. Mana mungkin dia yang telah hidup sendirian selama tiga puluh tahun, ingin kembali ke masa lalu?Jihan merasa lega saat mendengar kata-katanya, tapi dia juga sedikit khawatir. "Lalu, kalau ternyata ada dendam besar di antara kita, bagaimana?"Wina berpikir beberapa detik lalu bertanya balik, "Kamu membunuh ibuku?"Jihan mengerutkan keningnya. "Aku cuma satu tahun lebih tua darimu. Berapa umurku waktu ibumu
"Namanya Yuri Dinsa.""Dari Keluarga Dinsa juga?""Orang ini tidak disebutkan dalam informasi yang dikirim oleh Alta. Mungkin cuma kebetulan nama belakangnya sama?"Nama belakang yang sama? Kebetulan sekali?Jihan masih bertanya-tanya, tetapi dia tidak berkata apa-apa lagi dan hanya mengangkat dagunya ke arah Zeno."Lanjut.""Baik."Zeno memegang ponselnya dan lanjut melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan ibu Wina."Veransa awalnya bertunangan dengan putra ketiga Keluarga Naula bernama Reynaldi, yang merupakan ayah Jodie Naula.""Tapi waktu itu ada beberapa orang yang menyukai Reynaldi. Salah satunya adalah Jeana dan yang lainnya adalah kakak Veransa, Wanda Dinsa.""Kedua orang ini cemburu karena Veransa dan Reynaldi saling mencintai, jadi mereka melakukan berbagai macam hal yang melebihi batas kepada Veransa ....""Yang paling serius adalah melukai wajah Veransa sampai tak bisa dikenali lagi. Yang melakukan adalah Jeana, menggunakan bahan kimia.""Siapa yang mau mencintai wanita den
Sampai di sini, Zeno yang sejak tadi selalu tampak acuh pun mendesah."Setelahnya, Veransa yang sudah tak punya uang lagi mati kelaparan di jalanan Britton sambil menggendong anak-anaknya.""Saat ditemukan, jenazahnya membeku. Vera dan Wina tergeletak di sampingnya.""Orang-orang dari organisasi amal membantu mengkremasi jenazahnya, tapi tak ada yang membiayai pemakamannya, sehingga abunya disebar ke laut.""Vera sendiri yang menebar abunya sambil memegang guci di tangannya, menggendong Wina yang masih bayi di punggungnya."Setelah mengatakan ini, Zeno berhenti sejenak, merasa dadanya sesak dan mendesah lagi."Singkatnya, putri kedua Keluarga Dinsa menjalani kehidupan yang sangat buruk semasa hidupnya dan dia juga sangat menderita setelah kematiannya. Tak ada akhir yang bahagia ...""Kedua anaknya juga dikejar-kejar. Vera nggak punya pilihan selain melarikan diri sambil menggendong adiknya, tapi dia kehilangan adiknya dalam perjalanan untuk melarikan diri."Jihan menyela, "Siapa yang m
"Dengan IQ-nya, nggak heran kalau dia akhirnya tenggelam di Samudra Pasoa."Jihan tidak peduli sama sekali. Setelah mengejek Jodie, dia merenung."Wanda pasti memainkan triknya sendiri sampai bisa menggantikan Veransa menikahi Reynaldi. Dia ingin melihat anak Veransa untuk terakhir kalinya sebelum dia mati. Apa yang mungkin dia inginkan?"Setelah mengatakan ini, Jihan kembali mengangkat matanya dan menatap Zeno."Hati-hati, jangan sampai Jodie tahu tentang Wina.""Jangan khawatir, aku sudah minta Alta memberi dia petunjuk untuk mengelabuinya lagi. Tergantung apakah Jodie mau memakan umpannya lagi ke Siana Tenggara."Jihan mengerutkan bibirnya, lalu mengambil buku resep dan membaca dengan cermat.Jika dia belajar dengan tekun, dia pasti bisa memasak lebih baik dari sebelumnya, 'kan?Zeno yang berdiri di sampingnya melihat Tuan Malam tersenyum. Pemandangan yang sangat jarang ini membuatnya ikut tersenyum."Kalau begitu, Tuan Malam, silakan masak untuk Nyonya dulu. Aku cari koki lain untu
Saat Zeno memikirkan hal ini, dia merasa bayangan tebal tiba-tiba menyelimuti sisi tubuhnya.Tangannya yang memegang pisau dan garpu tiba-tiba gemetar ....Dia perlahan mengangkat kepalanya dan melihat bayangan itu ...."Tu ... Tuan ...."Jihan berdiri membelakangi cahaya. Bulu mata panjangnya menutupi mata, membuat pandangan matanya tampak suram."Zeno, kamu duduk di tempatku dan mengatai aku kejam? Apa menurutmu aku terlalu baik hati akhir-akhir ini?"Eh?Tuan, kenapa bisa sampai dihubungkan ke sana?!Jelas-jelas istrimu yang pertama kali menyebutmu kejam. Dia hanya ikut-ikut saja!Zeno hendak bangkit dan membela diri ketika dia melihat Tuan Malam melemparkan piring makan di tangannya ke atas meja ...."Kalian berdua harus makan semua makanan yang aku masak, kalau nggak ....""Nggak perlu diancam, aku akan memakannya sekarang juga!"Zeno tidak menunggu Jihan selesai bicara dan segera menyatakan pendiriannya!Wina yang sudah kenyang menatap Jihan sambil tersenyum."Sa ...""Nggak ada
Saat Sara tiba di Kota Ostia, dia menerima pesan dari Wina berupa foto aurora.Wina: "Sara, akhirnya aku sampai di Finola dengan selamat dan melihat aurora yang asli. Berhasil!"Lalu, ada beberapa video pendek. Di bawah cahaya hijau aurora, Jihan lewat sekilas. Meski dengan pemandangan yang indah, hanya Wina yang ditatapnya.Melihat ini, Sara tersenyum dan membalas, meminta Wina dan Jihan untuk menikmati bulan madu mereka dan jangan lupa meneleponnya jika terjadi sesuatu.Setelah dia selesai mengirim pesan suara, dia mematikan layar dan memasukkan ponselnya ke dalam tas. Dia mengeluarkan kacamata hitam dan memakainya sebelum berjalan keluar dari bandara.Usai memesan taksi online, Sara yang masih harus menunggu cukup lama pun mengeluarkan sebungkus rokok dari tasnya. Dia mengambil satu dan menyalakannya.Wanita ini mengenakan gaun sedada tak bertali yang berwarna coklat muda, dipadu tas rantai emas yang tergantung di bahunya. Dia bersandar pada sebuah pilar putih dan merokok dengan lem
Sara tampak terlalu malas untuk mengatakan apa pun padanya, yang membuat Jefri sedikit frustrasi, bahkan panik. Dia selalu merasa Kak Sara tidak akan kembali lagi.Tangannya seperti refleks melingkar di pinggangnya memeluknya erat ....Aroma tembakau samar yang keluar dari tubuh Sara menusuk hidungnya.Bau ini sangat familier dan dia tiba-tiba merindukannya. Dia membenamkan kepalanya di rambutnya dan menghirup aroma itu dengan lembut."Kak Sara, kamu merokok lagi. Padahal kamu sudah janji nggak akan merokok lagi. Kenapa kamu ingkar janji?"Dia seperti seorang adik laki-laki yang menegur kakak perempuannya. Suaranya penuh rasa tidak senang dan frustrasi, sekaligus rasa tidak berdaya karena tidak bisa berbuat apa-apa."Tuan Muda Jefri, kamu punya pacar, apa pantas kamu memelukku seperti ini?"Suara samar wanita itu terdengar di telinganya, membuat Jefri menegang, tetapi dia tetap nekat memeluknya."Kak Sara, kamu dulu janji akan menemaniku melihat pemandangan salju pegunungan di utara. K
Ivan berhenti sejenak saat membalik halaman buku dan terdiam mungkin selama beberapa detik, lalu perlahan memutar kursi rodanya menghadap Sara."Kak Sara, kenapa kamu ke sini?""Aku ingin bertemu denganmu."Sara menghampirinya dan duduk di seberangnya setelah dipersilakan.Keduanya saling memandang seolah-olah mereka adalah saudara yang sudah lama tidak berjumpa. Mata mereka perlahan memerah."Ivan, bagaimana keadaanmu selama tinggal di Kota Ostia tahun ini?"Pada akhirnya, Sara-lah yang berbicara lebih dulu. Masih dengan nada seorang kakak yang perhatian kepada adiknya."Lumayan."Ivan menutup buku di tangannya dan meletakkannya di atas meja yang ada di sebelah. Lalu, dia mengangkat tangan dan memerintahkan seseorang membuatkan teh untuk Sara."Orang Kota Ostia terbiasa minum teh. Kamu mau teh apa?""Apa saja boleh."Sara mengangguk. Tidak peduli apa yang dia minum, yang terpenting adalah bisa bertemu adiknya lagi.Selanjutnya, mereka berdua tidak berkata apa-apa. Topik yang mereka ba