Emil tidak memedulikan perasaan Wina dan langsung menanggalkan piamanya.Ketika tangan dingin dan menjijikan itu menyentuh punggung bawahnya, Wina sangat ketakutan hingga berteriak."Emil!"Suara pekikan itu sangat mengganggu. Namun, tangan Emil hanya berhenti sejenak, dia lanjut menarik celana dalam Wina.Wina serasa ingin membunuhnya pun mengancam, "Emil, kalau hari ini kamu berani menodaiku, besok aku akan pergi ke pengadilan untuk menuntutmu!"Tangan Emil berhenti lagi. Dia seperti mendengar sebuah lelucon sampai tidak bisa menahan diri untuk mencibir, "Aku nggak takut polisi, apa akan mungkin takut kamu menuntutku?"Wina mengepalkan tangannya dan menggertakkan gigi, lalu berkata, "Aku tahu Keluarga Rinos punya latar belakang yang kuat, tapi sekarang zaman media. Kalau menggunakan kekuatanmu untuk menyelesaikan masalah, aku akan langsung melapor perbuatanmu ke media massa!"Emil hanya mengangkat alisnya dan terlihat tidak peduli, lalu berkata, "Oke, kamu bisa mengekspos perbuatanku
Wina berencana mengundurkan waktu sampai tiga bulan karena pada saat itu dia sudah tidak berada di dunia. Keinginan Emil untuk menidurinya pun akan menjadi sia-sia.Namun, Emil malah memperpendek waktunya menjadi tiga hari. Wina sulit menerima hal ini.Saat Wina hendak mengatakan sesuatu, Emil tiba-tiba melepaskannya.Setelah mendapatkan kebebasan itu, Wina menelan kembali apa yang ingin dia katakan. Dia berpikir setidaknya malam ini sudah terlepas dari niat jahat Emil."Sayang." Emil membungkuk dan mencium pipi Wina, lalu lanjut berkata, "Kalau begitu, hari ini aku pulang dulu. Tiga hari lagi, aku akan datang menjemputmu."Sambil menutupi pipi yang dicium Emil itu, Wina sebenarnya merasa sangat merasa mual. Namun, di depan Emil, Wina menahan dirinya dan mengangguk patuh.Melihat sikap Wina yang sangat patuh itu, Emil pun melepaskannya dan berjalan ke arah pintu.Begitu tiba di depan pintu, langkah Emil tiba-tiba berhenti."Oh ya!" seru Emil sambil berbalik dan menatap Wina. "Sayang, n
Setelah melakukan cukup banyak persiapan, Wina masuk ke sebuah mobil Maybach. Dia dijemput oleh asisten Emil yang bernama Jovin.Wina mengira Jovin akan langsung mengantarnya ke rumah Emil. Dia tidak menyangka Jovin membawanya ke mal dan masuk ke salon.Rambut Wina yang sepanjang pinggang itu ditata ke atas. Sanggul modern. Wajahnya dirias dengan tipis, tetapi sangat indah. Tubuhnya mengenakan gaun malam mahal yang seakan disiapkan khusus untuknya. Sangat sempurna. Selain itu, lehernya mengenakan kalung berlian seharga puluhan miliar. Semua ini membuat sosok Wina tampak elegan.Ketika becermin, Wina merasa sangat aneh. Yang dipantulkan cermin itu seperti bukan dirinya, melainkan seperti Winata.Jika Jihan melihat dirinya seperti ini, Jihan mungkin akan mengira dia sengaja meniru Winata.Memikirkan hal itu, Wina hanya bisa mentertawakan dirinya sendiri.Setelah transformasi selesai, Jovin segera mengantar Wina ke sebuah bar.Bar yang didatangi Wina ini merupakan bar termahal di Kota Ast
"Pak Jihan, perkenalkan ini pacarku, Wina Septa."Wina tertegun sejenak ketika Emil langsung memperkenalkan dirinya kepada Jihan.Wina tidak menyangka status yang selama ini dia harapkan justru diberikan oleh pria mesum ini. Sedangkan pria yang dia rindukan hanya menggoyangkan gelas anggur tanpa melihat ke arahnya.Sikap Jihan seperti semua yang terjadi di tempat itu tidak ada hubungan dengan dirinya. Sikap yang sungguh dingin dan tak berperasaan.Melihat Jihan tidak tertarik sama sekali, Emil segera mengangkat dagu Wina sambil berkata, "Pak Jihan, lihatlah, dia mirip dengan Winata, 'kan?"Hari ini Emil pergi ke Grup Nizari untuk mendiskusikan sebuah proyek. Di sana, dia bertemu dengan Winata yang terlihat sangat mirip dengan Wina.Setelah mencari informasi, Emil mengetahui Winata baru saja pulang dari luar negeri dan merupakan wanita yang dekat dengan Jihan.Kemudian, Emil buru-buru pergi ke Grup Lionel. Dengan menggunakan wajah Wina yang mirip dengan Winata, Emil pun berhasil mengund
Wina mengira Emil dan Jihan sudah saling akrab. Dia tidak menyangka bahwa Jefri Lionel yang memperkenalkan mereka berdua.Wina menyadari tujuan Emil membawanya ke perkumpulan ini tidak hanya untuk bertemu dengan beberapa teman, tetapi juga untuk mendapatkan proyek dari Jihan.Situasi ini sedikit menguntungkan bagi Wina karena pasti butuh waktu untuk membicarakan proyek bisnis. Dengan begitu, dia masih punya waktu memikirkan cara untuk melepaskan diri dari tangan Emil.Menyadari hal tersebut, Wina yang dari tadi tegang berubah menjadi sedikit santai.Tepat ketika dia menghela napas lega, Emil di samping tiba-tiba mengangkat dagunya sambil berkata, "Habiskan."Wina tidak bisa pura-pura bodoh lagi, jadi dia pun mengambil gelas anggur itu dan langsung meneguk habis semua isinya.Wina jarang minum karena Jihan tidak suka bau alkohol.Langsung meneguk habis segelas anggur dengan kadar alkohol tinggi membuat Wina tersedak sampai mengeluarkan air mata.Melihat ini, Emil segera memeluknya sambi
"Sekarang kita ambil undian. Yang satu tim pindah tempat duduk, nggak boleh bersebelahan, ya."Yeni meletakkan undian kertas tersebut di atas meja. Orang yang dengan nomor sama akan menjadi satu tim.Permainan pertama ada empat orang, sisanya menunggu giliran. Oleh karena itu, orang yang mendapat angka satu dan dua akan bermain dahulu.Wina tidak begitu beruntung, dia mendapat angka dua.Matanya melirik ke seberang dan melihat Jihan mendapat angka satu yang merupakan tim lawannya.Ketika Yeni juga mendapat angka satu, dia pun melirik Wina dan berpikir akan menyusahkan Wina nanti."Angka dua yang satu lagi siapa yang dapat?"Jefri ragu sejenak, lalu membuka kertas di tangannya.Dia tersenyum pada Wina dan berkata, "Aku nggak begitu pandai main, jadi aku akan mengandalkanmu."Wina hanya meresponsnya dengan senyuman yang sangat canggung.Wina sebenarnya adalah gadis baik-baik, dia jarang memainkan permainan kartu semacam ini.Sebelumnya, Yeni menjelaskan aturan permainan dengan sangat cep
Mendengar itu, raut wajah Wina terlihat tidak berseri.Jefri yang melepaskan jas masih ada kemeja putih. Jika Wina melepaskan gaun, dia akan langsung telanjang.Wina melihat pandang semua orang seperti sedang menunggu dirinya melepaskan gaunnya. Tidak ada satu pun yang menyelamatkannya, bahkan Emil terlihat sangat menantikan sambil menatap tubuhnya.Wina sekarang seperti mangsa yang diawasi sekelompok anak-anak berkuasa ini.Jika patuh, mereka mungkin akan melepaskannya. Jika melawan, mereka pasti tidak akan membiarkan dia keluar dari ruangan ini dengan mudah.Menyadari hal itu, Wina pun mengendurkan kepalan tangannya.Wina berpikir, hidupnya juga tidak akan lama lagi, jadi untuk apa memikirkan harga diri.Ketika tangannya ke belakang hendak membuka ritsleting gaun, Jefri tiba-tiba berkata, "Karena aku nggak bisa main, jadi nyusahin Nona Wina. Ronde ini, aku gantikan dia melepaskan pakaian."Selesai berbicara, Jefri melepaskan kemeja putihnya. Otot-otot perutnya pun terlihat jelas.Mel
Wina tidak menyangka Emil akan berbohong. Kebohongan itu membuat Wina tiba-tiba menjadi canggung.Wina tahu Jihan sangat menjaga kebersihan diri. Jihan pernah mengatakan Wina tidak boleh berhubungan intim dengan siapa pun.Wina ingin menjelaskan hal ini kepada Jihan, tetapi menyadari hubungan mereka sudah berakhir, jadi merasa tidak perlu menjelaskannya.Ketika Wina masih dalam kebimbangan, Jihan tiba-tiba mengangguk ke arahnya sambil berkata, "Kalau begitu murni, biarkan dia yang tuangkan."Melihat Jihan bersedia memberi Wina kesempatan, Emil segera menyerahkan botol anggur itu kembali kepada Wina dan berkata, "Cepat ke sana."Wina mengira Jihan akan marah. Dia tidak menyangka suasana hati Jihan tidak berubah, malah berubah pikiran dan memintanya untuk menuangkan anggur.Hal ini membuat Wina sedikit bingung, tetapi karena desakan Emil, Wina pun mengambil botol itu lagi dan membungkuk untuk menuangkan anggur untuk Jihan.Sebelum anggur itu keluar, Jihan menutup mulut gelas anggurnya la