Share

Bab 14

Mendengar itu, raut wajah Wina terlihat tidak berseri.

Jefri yang melepaskan jas masih ada kemeja putih. Jika Wina melepaskan gaun, dia akan langsung telanjang.

Wina melihat pandang semua orang seperti sedang menunggu dirinya melepaskan gaunnya. Tidak ada satu pun yang menyelamatkannya, bahkan Emil terlihat sangat menantikan sambil menatap tubuhnya.

Wina sekarang seperti mangsa yang diawasi sekelompok anak-anak berkuasa ini.

Jika patuh, mereka mungkin akan melepaskannya. Jika melawan, mereka pasti tidak akan membiarkan dia keluar dari ruangan ini dengan mudah.

Menyadari hal itu, Wina pun mengendurkan kepalan tangannya.

Wina berpikir, hidupnya juga tidak akan lama lagi, jadi untuk apa memikirkan harga diri.

Ketika tangannya ke belakang hendak membuka ritsleting gaun, Jefri tiba-tiba berkata, "Karena aku nggak bisa main, jadi nyusahin Nona Wina. Ronde ini, aku gantikan dia melepaskan pakaian."

Selesai berbicara, Jefri melepaskan kemeja putihnya. Otot-otot perutnya pun terlihat jelas.

Melihat Jefri malah membantu Wina, Yeni semakin tidak suka dan melirik Wina dengan sinis.

Wina tidak menghiraukan Yeni, dia menatap Jefri dengan rasa syukur dan berkata, "Terima kasih."

Jefri hanya melambaikan tangannya. Isyarat bukan masalah besar.

Tepat ketika semua orang mengira permainan telah selesai, Jihan yang sedang bersandar di sofa dan terlihat dingin itu tiba-tiba berkata, "Kalau sudah ikut main, seharusnya mematuhi aturan permainan."

Maksud dari ucapannya adalah dia tidak puas Jefri menggantikan Wina melepaskan pakaian.

Jefri melirik Jihan. Dia merasa malam ini Jihan sedikit aneh. Jelas-jelas Jihan tahu bahwa gadis itu hanya mengenakan gaun. Jika melepaskan gaun itu, gadis itu akan telanjang. Jihan tidak pernah dekat dengan wanita, tetapi kenapa kali ini dia bersikeras ingin mempermalukan gadis itu?

Meskipun merasa aneh, Jefri tetap lanjut membantu Wina, "Kak Jihan, aku sudah gantikan dia, jangan biarkan dia menderita hukuman yang sama lagi. Kita ganti saja yang lain."

Emil mengambil kesempatan itu dan menyodorkan sebotol anggur, "Gimana kalau Wina menuangkan anggur untuk Pak Jihan?"

Emil sebenarnya ingin melihat Wina melepas pakaian di depan umum. Namun, dia teringat Wina adalah wanita yang dia bawa dan mengaku sebagai pacarnya. Jika Wina benar-benar telanjang di depan mereka, Emil juga akan kehilangan harga dirinya.

Reaksi Jefri juga cepat, dia segera menyetujui usulan Emil dan berkata, "Benar, biarkan dia menuangkan anggur untukmu sebagai hukuman."

Selesai berbicara, Jefri memberi isyarat mata ke Wina, menyuruhnya menuangkan anggur untuk Jihan.

Wina melirik ke Jihan, dia tidak bisa menebak pikiran Jihan yang tidak terlihat setuju ataupun keberatan itu.

Akan tetapi, Wina mengumpulkan keberaniannya. Dia mengambil botol anggur merah di meja, berjalan ke arah Jihan dan sedikit membungkuk.

Ketika Wina hendak menuangkan anggur ke dalam gelas Jihan, Jihan tiba-tiba menutup mulut gelasnya sambil menatap Wina dan berkata, "Kotor."

Mendengar itu, hati Wina seakan-akan tertusuk. Tangan yang memegang botol anggur itu pun gemetar.

Wina terpaku di tempat sambil menatap Jihan. Mata Jihan sama sekali tidak bersahabat, hanya ada rasa jijik.

'Apa dia mengira aku kotor karena bersama Emil?'

'Konyol. Setelah lima tahun tidur denganmu, apa aku nggak kotor?'

Wina tiba-tiba merasa agak kesal. Dia berdiri tegak dan menyerahkan botol anggur itu kepada Emil, lalu berkata dengan nada lembut, "Pak Emil, dia nggak suka karena aku kotor. Gimana kalau kamu yang menuangkan minum untuk Pak Jihan?"

Panggilan "Pak Emil" dengan suara yang lembut itu membuat hati Emil berbunga-bunga.

Sambil memeluk pinggang Wina, Emil berbisik di telinganya, "Oke, biarkan aku yang melakukannya."

Emil pun mengambil botol anggur dari tangan Wina dan menuangkan anggur untuk Jihan sambil berkata, "Pak Jihan, jangan salah paham, Wina nggak pernah bekerja di bar, jadi pasti bersih."

Jihan mendengus dan bertanya, "Oh ya?"

Pertanyaan pendek itu seperti menyangkal Wina sepenuhnya.

Reaksi tersebut membuat Emil memandang Jihan dengan curiga.

'Aneh, kenapa aku merasa Jihan sengaja ingin menyusahkan Wina?'

Karena takut Jihan salah paham dengan Wina dan menyebabkan dia gagal mendapat proyek bisnis, Emil segera menjelaskan sambil tersenyum, "Aku sudah mengeceknya, sangat murni."

Tangan Jihan yang memegang gelas anggur itu tiba-tiba menegang.

Dia melirik ke Emil dengan dingin dan bertanya, "Gimana kamu mengeceknya?"

Emil tidak menyadari keanehan pada Jihan dan berkata dengan bangga, "Aku sudah tidur dengannya. Sungguh sangat murni."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status