Setelah menunggu semalaman, akhirnya hanya orang tua Jefri dan Aulia saja yang masih di sana. Jihan sudah mengusir semua orang lainnya pergi.Jefri terbangun dari komanya dan membuka matanya. Dia melihat Jihan duduk di samping ranjang rumah sakitnya dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan sambil menatapnya dengan tajam."Kak Jihan ...."Jefri mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi ternyata tidak bisa."Tulang belakangmu cedera, jadi kamu nggak bisa bergerak untuk sementara waktu."Setelah berkata seperti itu, orang tua Jefri pun memelototinya."Kamu habis minum seberapa banyak sih? Ngapain masih menyetir mobil untuk menemui kakak keduamu?"Jefri pun teringat kecelakaan mobilnya kemarin malam.Sorot tatapannya sedikit berubah seolah-olah dia teringat sesuatu yang tidak menyenangkan, dia memilih untuk tetap diam.Ini pertama kalinya ekspresi Jefri terlihat begitu putus asa dan suram seolah-olah seseorang sudah meninggalkannya ....Jihan sepertinya tahu, jadi dia menyarankan orang t
Sara sedang memasuki restoran sambil memegang lengan Sandy saat dia menerima telepon dari Wina.Mendengar Jefri mengalami kecelakaan mobil tadi malam dan menabrak seseorang, langkahnya tiba-tiba terhenti."Gi ... gimana kondisinya?"Wina dapat mendengar suara Sara yang gemetar. Dia yakin Sara masih menyimpan perasaan terhadap Jefri."Dia kehilangan cukup banyak darah, cederanya cukup serius. Kamu ... mau menjenguknya?"Meskipun Sara tidak menggunakan mode pengeras suara, Sandy masih bisa mendengarnya karena posisinya yang dekat dengan Sara."Ayo jenguk."Sara refleks menengadah melirik ke arah Sandy yang menyarankan hal itu.Sorot tatapan Sandy yang tenang dan berbaik hati itu langsung menghapus keraguan dalam hati Sara."Wina, tolong kirimkan aku alamat rumah sakitnya ...."Setelah menerima alamat tersebut, Sara berkata dengan agak cemas kepada Sandy,"Kak Sandy, aku jenguk dia dulu, ya. Nanti aku baru temani Kak Sandy makan setelah pulang dari sana."Setelah itu, Sara pun bergegas be
Di dalam sana, Jefri sedang menegur Yolanda dengan dingin."Kita sudah putus, kamu nggak perlu mengurusiku.""Tapi, aku cuma mau merawatmu."Begitu Yolanda selesai menjawab kata-kata Jefri, dia mendengar suara seorang pria dari luar pintu dan dia menoleh."Kukira siapa, ternyata mantan pacarmu ...."Saat melihat Sara muncul, jantungnya seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik. Dia tidak menyangka Sara akan datang.Jika bukan karena bersama Sandy, Jefri pasti mengira Sara ke sini karena mengkhawatirkan kondisinya.Sayangnya, dia muncul bergandengan tangan dengan Sandy ....Ekspresi Jefri terlihat sangat suram, sorot tatapannya saja tampak dingin.Sara jadi merasa kikuk dengan nada suara Yolanda yang terkesan mengejek dan sorot tatapan Jefri yang tidak ramah.Sandy pun menyeret Sara masuk, jadi dia mau tidak mau menuruti Sandy."Tu ... Tuan Muda Jefri, katanya kamu mengalami kecelakaan mobil, jadi Sandy dan aku datang menjengukmu."Sara dan Sandy datang menjenguk Jefri?Buat apa
Jefri menyuruh Yolanda keluar, tetapi Yolanda masih menarik lengan bajunya dan bertingkah manja."Jefri, Sara sudah punya pacar baru. Berhentilah mengejar-ngejarnya seperti ini. Biarkan aku tetap di sisimu."Tepat ketika Jefri hendak menahan rasa sakit dan mendorong Yolanda menjauh, dia melihat Sandy kembali lagi. Ekspresinya, yang tadi hanya terlihat marah pun kini dipenuhi dengan kebencian."Ngapain kamu balik lagi ke sini!"Sandy berjalan perlahan sambil membawa bunganya."Tentu saja untuk melihat kondisimu yang menyedihkan."Setelah meletakkan bunga itu di laci tempat tidur, Sandy pun berbalik ke samping dan menatap Jefri."Kamu melihatku dan Sara berciuman kemarin, makanya kamu sangat marah sampai mengalami kecelakaan mobil, 'kan?"Karena saingan cintanya sudah tahu, Jefri tidak perlu menyembunyikannya."Bukan urusanmu!"Sandy tersenyum, lalu membungkuk mengambil apel dari atas lantai dan memainkannya."Memang bukan, tapi aku ingin memberitahumu bahwa aku sudah berulang kali berci
"Aku nggak mau melihatmu lagi selamanya."Ini adalah pertama kalinya Jefri mengucapkan kata-kata seperti itu.Wajah Jefri tampak pucat, matanya memerah. Jefri terlihat seperti sangat teraniaya.Sara melangkah maju untuk bertanya, tetapi Sandy memegang tangannya."Emosi Tuan Muda Jefri pasti lagi nggak stabil karena terluka terlalu serius. Ayo kita pergi dulu, biar pacarnya saja yang menenangkannya."Jika Sandy tidak mengingatkannya, Sara pasti lupa pacar Jefri masih duduk di sini.Sara pun melirik Jefri dalam diam, lalu memalingkan pandangannya dan mengikuti Sandy pergi.Begitu mereka pergi, Jefri meringkuk kesakitan dan monitor tanda-tanda vitalnya memanggil perawat.Begitu melihat Jefri jatuh pingsan karena marah, Yolanda pun menjadi sangat ketakutan sehingga dia bergegas memanggil dokter.Jefri pergi ke ruang perawatan darurat lagi hari itu demi menyelamatkan nyawanya.Ketika Jefri membuka matanya lagi, amarahnya sudah lenyap dan yang tersisa hanyalah rasa frustrasi.Yolanda memanda
Yolanda tidak ada di dalam sana, hanya Jefri yang ada di kamar rawat.Begitu melihat Sara masuk, Jefri hanya melirik wanita itu dengan ragu.Sara terdiam melihat sorot tatapan Jefri, seolah teringat Jefri sudah mengatakan tidak ingin bertemu dengannya lagi.Sara berdiri di depan pintu menatap Jefri. Setelah berpikir sejenak, Sara pun mengumpulkan keberanian dan berjalan mendekat."Gimana ... kabarmu?"Siang tadi Sara awalnya datang untuk bertanya tentang apa yang terjadi, tetapi begitu melihat wajah pucat Jefri, dia refleks bertanya dengan khawatir.Jefri mengabaikan Sara, seolah-olah tidak ingin berbicara ataupun melihat Sara lagi.Sara jadi tidak tahu harus berkata apa. Dia berdiri di samping ranjang rumah sakit dengan canggung, lalu akhirnya menggertakkan gigi dan bertanya."Aku mau tanya, kenapa tadi kamu memukul Sandy?"Pertanyaan itu tentu saja kembali menghantam Jefri dengan kencang."Kenapa? Kamu merasa sakit hati karena aku memukulinya?""Bukan begitu, aku cuma takut kamu ....
Keesokan harinya, setelah Wina bangun dan membawa Gisel ke mobil, hal pertama yang dia lakukan adalah menelepon Sara."Sara, kamu sudah menengok Jefri?""Ya, sudah ...."Sara yang sedang sarapan hanya menjawab dengan linglung.Wina sontak terdiam mendengar nada bicara Sara yang tenang seolah-olah dia tidak peduli pada Jefri."Terus, konflik kalian sudah beres?"Aulia memberi tahu Jihan alasan di balik kecelakaan mobil Jefri.Jadi, tentu saja Wina sudah tahu bahwa Jefri mengemudi dalam keadaan mabuk dan mengalami kecelakaan mobil gara-gara melihat Sara dan Sandy berciuman.Wina mengira karena Jefri dan Sara sedang bertengkar, perselisihan mereka pasti bisa reda apabila Sara menjenguk Jefri yang sedang terluka."Pacarnya ada di sana, jadi aku nggak perlu mengurusnya."Wina sontak termangu bingung."Siapa pacarnya ...?"Jika Jefri punya pacar, dia pasti akan memamerkan wanita itu. Kenapa akhir-akhir ini Wina belum pernah melihat sosok wanita apa pun di sekitar Jefri?"Yolanda, pacarnya ya
Sara akhirnya menutup telepon dari Wina. Kebetulan Bibi Nelsa sedang mempersilakan Sandy masuk. "Dokter Sandy sudah sarapan? Mau kubawakan bubur?"Sandy menolak dengan sopan, "Terima kasih Bibi Nelsa, tapi nggak usah. Aku sudah sarapan kok ...."Bibi Nelsa lebih menyukai Sandy yang sopan ketimbang Jefri yang selalu bersikap sok dan cenderung menindas Sara.Setelah membandingkan kedua pria itu, Bibi Nelsa pun mengajak Sandy ke ruang makan sambil tersenyum, "Sara, Dokter Sandy sengaja datang pagi-pagi buat menemuimu ...."Begitu melihat Sandy datang, Sara yang awalnya berniat menemui Sandy pun mempersilakan Sandy duduk.Bibi Nelsa membawakan sisa sarapan Sara, lalu menyuguhkan dua cangkir kopi.Setelah Bibi Nelsa selesai, Sara pun menatap Sandy. "Aku awalnya berniat menemuimu, tapi ternyata kamu sendiri yang ke sini."Sandy tidak bertanya kenapa Sara ingin menemuinya. Dia menggenggam tangan Sara dan meminta maaf dengan tulus,"Sara, aku minta maaf sudah kelewat egois kemarin. Jelas-jelas