Celine tidak bermaksud menyindir atau pun membuat Carlos marah, ini adalah isi hatinya. Dia tidak pernah menganggap Carlos sebagai pasangannya, bagaimana mungkin dia mengeluh pada Carlos?Carlos menyipitkan matanya dan diam-diam menganalisis ucapan Celine. Setiap kata terdengar sangat tajam dan membuatnya sangat tertekan. Suatu emosi gelap menyelimuti matanya. "Turun."Celine tidak bergerak.Beberapa detik kemudian, Carlos tersenyum paksa. Dia mengangkat tangannya, lalu menatap jam tangannya sambil berkata dengan nada dingin, "Kuberikan waktu lima detik, turun dari mobilku. Kalau nggak, kujamin mulai besok tokomu nggak akan bisa beroperasi lagi, nggak akan ada yang bisa menolongmu."Celine sama sekali tidak marah ketika mendengar ancamannya. Dia memelototi Carlos sambil bertanya dengan penuh maksud, "Kamu yakin?"Carlos menjawab dengan nada datar, "Keluar."Celine mengangguk dan langsung turun dari mobil. Ekspresi Carlos menjadi makin dingin, seolah-olah ada yang berutang puluhan trili
Di bawah tatapan perhatian Ratna, Celine keluar dengan membawa sarapan. Dia seolah-olah sudah pasrah, bahkan saat Carlos membuka pintu penumpang pun, dia berpura-pura tidak melihat Carlos.Namun, dia tidak pergi ke Perusahaan Gutama, melainkan langsung pergi ke studionya, seolah-olah tidak ada seorang pun di kursi penumpang.Setelah Celine menghilang dari jangkauannya, Carlos baru yakin bahwa dirinya dicampakkan. Dia mendengus dingin, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Revin. "Datang jemput aku."Mendengar alamat yang disebutkan, Revin menduga bahwa Carlos dicampakkan oleh Celine. Namun, Carlos tidak menjelaskan mengapa dirinya berada di dekat toko Celine dan perlu dijemput oleh Revin. Sesampai di sana, Revin baru tahu keadaannya lebih buruk dari yang diperkirakan. Dia bukan hanya dicampakkan, tetapi juga tidak memiliki SIM.Melihat wajah murung Carlos, Revin takut dirinya akan menjadi tempat pelampiasan. Dia membuka pintu dengan hati-hati dan tidak berani menghela napas di
Setelah mengetahui identitas Lyon, sikap Celine berubah drastis. "Untuk apa kamu mencariku?"Lyon menyentuh hidungnya sambil menjawab dengan tidak berdaya, "Kalau kubilang kebetulan, kamu percaya?"Celine malas berbasa-basi dengannya, dia langsung membongkar kebohongannya. "Kamu bukan dikirim ke pedesaan karena kurang sehat, orang tuamu mengirimmu ke luar negeri, tepatnya rumah bibimu untuk memberimu pendidikan yang lebih baik."Lyon tertegun sejenak. "Maaf ...."Dia tidak mencoba untuk menyangkal, dia memang berbohong.Celine berdiri, mereka tidak mungkin lanjut makan lagi. "Kalau kamu merasa bersalah, kelak jangan muncul di hadapanku, sebaiknya hindari aku. Selain kakakmu, aku membenci semua anggota Keluarga Daryadi."Tadi, Celine yang memesan semua hidangan. Dia memanggil pelayan. "Bungkus."Lyon tercengang.Dia sudah menduga bahwa sikap Celine akan berubah setelah mengetahui identitasnya. Sekalipun tidak meminta maaf, merasa bersalah atau tertekan, dia mengira setidaknya Celine aka
Celine berkata dengan kesal, "Aku berjanji akan membunuhmu, lalu menikah dengannya dan menggunakan uangmu untuk menikmati hidup."Carlos menatapnya dengan ekspresi muram. "Nggak usah sok cantik. Kalau aku mati, aku akan menyumbangkan semua hartaku daripada membiarkanmu menafkahi berondong.""Aku bukan hanya akan menafkahi berondong, juga akan mengganti pasangan setiap bulan. Kalau kamu nggak bisa terima, ayo bercerai.""Setelah bercerai, kamu akan menikah dengan pria lain? Lalu melupakan masa lalu dan memulai hidup baru tanpa rasa bersalah?" Carlos mendengus dingin dengan kesal. "Aku lupa, nggak ada yang bisa memengaruhi orang berhati dingin dan egois sepertimu. Kalau kamu bisa merasa bersalah, kamu nggak akan melakukan begitu banyak kejahatan."Keheningan melanda dan suasana menjadi makin mencekam. Seketika, waktu seolah-olah berhenti.Celine tiba-tiba meraih tetikus dan melemparkannya ke wajah Carlos. "Enyah."Detik berikutnya, kotak tisu, cangkir ....Dia melemparkan segala sesuatu
"Da ... Davin, menginginkanku.""Kayla, lihat baik-baik, siapa aku?"Lampu menyala. Setelah melihat wajah pria di samping dengan jelas, Kayla Sandio langsung membelalakkan matanya!"Theo? Kok jadi kamu?!"Pria itu mencengkeram dagunya sambil berkata dengan dingin, "Setelah tidur denganku, seharusnya kamu tahu aku bukan orang yang mudah dihadapi.""Bukan seperti itu, aku salah ...."Kayla berusaha kuat untuk melepaskan diri, tapi semuanya sudah terlambat. Rasa sakit yang luar biasa menyerangnya, dia benar-benar lenyap di tengah kegelapan ....Setelah itu, Theo Oliver melemparkan sebuah kartu kepada Kayla, tetapi dia malah menampar Theo!Theo menyentuh sudut bibirnya, lalu berkata sambil tersenyum sinis, "Bukannya ini yang kamu mau, hah?"Kalimat itu benar-benar menghancurkan Kayla. Sekarang, dia bahkan tidak punya kesempatan untuk menyesal."Theo, aku nggak mau uang, aku mau kamu menikahiku!"Tiga tahun kemudian, di Vila Aeris.Kayla sedang menonton berita hiburan yang disiarkan di TV,
"Kayla, apa maksud kontrak perceraian itu?"Setelah mendengar suara suram Theo, Kayla langsung tersadar."Seperti yang tertulis."Theo berkata sambil menyeringai, "Sebelum bekerja, datanglah ke kantorku untuk mengambil kembali sampah ini. Jam 8 malam, aku mau melihatmu dan ... barang-barangmu sudah berada di Vila Aeris."Kayla juga menjawabnya sambil menyeringai, "Theo, apa otakmu ...."Bermasalah?Dia tertegun. Seketika, dia menyadari makna lain dari panggilan ini."Kamu nggak perlu khawatir Raline akan disebut sebagai wanita simpanan. Hanya orang tua kita dan beberapa teman yang mengetahui soal pernikahan kita. Di mata orang lain, kamu tetap adalah pria sejati yang bersedia memikul semua kesulitan untuk membiarkan sang kekasih pergi menggapai cita-cita. Kini, kebahagiaan sudah menghampirimu, selamat."Semalam, Theo dipotret oleh para wartawan saat mengantar Raline ke rumah sakit. Hari ini, kalau berita Kayla mengajukan gugatan cerai terungkap ke media, Raline akan dicap sebagai wanit
Mendengar kata pisah rumah, hati Kayla seolah-olah dicubit dengan keras, terasa sedikit perih dan nyeri.Sejak menikah, sepuluh jari cukup untuk menghitung berapa kali Theo pulang ke Vila Aeris setiap tahunnya, tidak ada bedanya dengan pisah rumah."Lagian sisa tiga bulan, kurasa kita nggak perlu tinggal bersama."Theo menatap Kayla selama beberapa detik, lalu berkata sambil tersenyum sinis, "Perlu atau nggak, aku yang tentukan. Hari ini, Axel akan memberimu cuti dua jam, pindahkan kembali barang-barangmu.""Aku ...."Saat Kayla hendak menolak, terdengar suara ketukan pintu. Axel mengingatkan dari luar. "Pak Theo, rapat akan segera dimulai."Theo mengancingkan manset yang dibuka tadi sambil berkata, "Keluar."Kayla tidak bergerak dan masih berkata dengan kukuh, "Theo, aku nggak akan kembali ke sana."Theo tidak menanggapinya dengan serius. "Sudah berapa kali kamu berkata demikian?"Ini bukan pertama kalinya mereka bertengkar, juga bukan pertama kalinya Kayla pindah, tapi tak lama kemud
Kayla menggesek kartu Theo, dia tidak ingin menghambur-hamburkan uangnya sendiri ... untuk tinggal di hotel.Dia pun menelepon Bella. Setelah tahu bahwa Bella berada di rumah, dia langsung pergi ke sana.Mobil Paman Dafa terus mengikuti di belakang, tetapi Kayla mengabaikannya sepanjang jalan.Setelah keluar dari mobil, Kayla pergi mengambil kopernya di bagasi dan tangannya tidak sengaja tergores sudut mobil.Tangannya berdarah, tetapi tidak parah.Bella tinggal di lantai 17 dan pintu rumahnya selalu terbuka lebar saat tahu Kayla akan datang.Melihat Kayla masuk dengan membawa koper, Bella tertegun sejenak. Ketika bertelepon, Kayla tidak mengatakan bahwa dia datang dengan membawa koper.Sepertinya dia kabur dari rumah.Bella mengabaikan masker wajahnya dan segera mengulurkan tangannya untuk mengambil koper Kayla."Kok nggak bilang kamu bawa koper? Aku 'kan bisa turun menjemputmu .... Haih, kenapa tanganmu terluka?"Melihat Bella tampak panik dan hendak pergi mencari kotak P3K, Kayla pu