Sementara Migy, ia merasa jantungnya nyaris melompat karena berdetak sangat kencang. Merasakan sapuan lembut jemari Kalvi di pipinya membuat Migy tak kuasa menahan perasaannya. Semacam sensasi aneh muncul dari dalam dirinya, ia merasa ini tidak normal.
“Maaf, Kalvi. Ayo kita berangkat,” kata Migy memutus rasa canggung antara dirinya.
“Hmmm,” jawab Kalvi.
Migy berusaha mati-matian untuk menyembunyikan perasaannya. Ia tidak ingin Kalvi berpikiran bahwa ia menyukai perlakuan lelaki tersebut.
“Lo kok tegang gini sih. Udah kaya patung bawa motor aja,” Kalvi memperhatikan wajah Migy dari kaca spion depan.
“Nggak kok. Aku lagi sedang fokus aja, takut jatuh.”
Setelah tiba di parkiran sekolah, Migy membantu Kalvi turun dari motornya. Mereka tampak seperti pasangan romantis yang tidak mau lepas satu sama lainnya, hingga membuat kekasih Kalv yang lain menatap Migy dengan tatapan cemburu.
“Kalvi, sampai di sini dulu ya? Aku tidak ingin cewek-cewek itu menindasku. Kamu sana, minta bantu sama mereka saja. Bye.” Migy pergi meninggalkan Kalvi.
Bukannya Migy tidak ingin membantu Kalvi sampai ke dalam kelas, tapi ia takut jika para selir Kalvi berubah memusuhinya. Dengan membiarkan Kalvi sendiri, ia akan terlepas dari masalah besar.
Di sisi lain, Kalvi tampak kesal karena Migy mengabaikannya hanya karena ia takut dimusuhi oleh para selirnya. Mungkin setelah ini Kalvi akan mempertimbangkan untuk meninggalkan semua teman kencannya dan beralih pada Migy.
Melihat Migy yang selalu sempurna dalam segala bidang, membuat Kalvi tertantang untuk mendapatkan sang primadona tersebut. Walau ia tahu pencapaiannya akan sulit dan cowok menyukai Migy juga banyak, Kalvi tidak akan menyerah.
“Sayang, kamu kok barengan sama Migy? Kenapa kamu tidak mengabari aku saja,” kata Lony yang datang dari belakang Kalvi.
Lony tahu jika Kalvi sedang berusaha mendekati Migy. Ia merasa posisinya akan terancam, segera mencari tindakan pencegahan dengan mendekatkan diri pada Kalvi.
“Gue ada perlu sama dia. Udah, jangan bahas dia lagi, sini kalau mau bantu.” Kalvi mencoba mengalihkan perhatian Lony.
“Baiklah.”
Setelah tiba di dalam kelas, Kalvi segera mengusir Lony dari kelasnya.
“Lo keluar dulu, sana. Nanti pulang sekolah jangan ke sini. Gue mau pulang bareng Migy.”
Lony ingin meneriaki Kalvi, tapi ia berusaha untuk tetap sabar karena jika ia meledak, kemungkinan Kalvi akan memutuskan hubungan dengannya. Dengan berat hati, Lony berjalan keluar kelas dengan wajah tertunduk.
Migy yang berada di kelas, sekilas melihat wajah Lony yang tak bersemangat. Ia tahu jika Lony sedang kesal, tapi ia tidak mempeduli kan itu. Sebelumnya hubungan mereka memang tidak dekat lantas Lony menuduhnya merebut Kalvi. Jika dikaji ulang, lelaki mesum itulah yang berusaha mencari masalah dengannya.
Dalam hati Migy berharap agar terbebas dari jeratan Kalvi yang tak berkesudahan. Jika diingat kembali, Kalvi hanya berpura-pura sakit demi mendekatinya.
Jam istirahat berbunyi, Migy dan teman-temanya keluar kelas. Seperti biasa ia akan menuju ke perpustakaan. Ketika ia menempati tempat duduk yang berada di sudut ruangan, Migy tak sengaja melihat sepasang murid sedang berciuman.
“Astaga!” Migy menutup kedua matanya dengan telapak tangan.
Sepasang sejoli itu menoleh ke arah Migy. Dan ternyata dia adalah Kalvi dan Sintia. Mereka juga terkejut melihat Migy yang memergoki aksi mereka.
“Kenapa tutup mata? Mau bergabung bareng kita?” ucap Kalvi dengan tatapan datar.
Migy diam saja. Ia segera berlari meninggalkan kedua sejoli yang masih menatapnya terpaku itu. Entah kenapa, Migy merasa jijik melihat kejadian itu. Selama ini ia tidak pernah melakukan hal semacam itu, dan ia berusaha untuk menjauhinya.
Pulang sekolah Migy berusaha mati-matian bersembunyi dari Kalvi. Ia tidak ingin melihat cowok itu, dan ia juga berusaha untuk menghindar. Tapi mungkin nasib sial berpihak padanya, sehingga Kalvi telah duduk dengan santai menunggunya di parkiran motor.
“Kalvi?” Migy berusaha untuk tetap tenang.
“Kenapa? Berusaha menghindar. Nggak perlu, karena gue tidak akan pernah melepaskan lo.” Kalvi menatap Migy dengan angkuh.
“Aku hanya tidak ingin mencari masalah dengan pacar-pacar kamu, Kalvi. Dan aku rasa kamu sudah kuat berjalan sendiri, jadi aku tidak akan membantu kamu lagi mulai sekarang.”
“Lo salah. Hingga seterusnya lo harus tetap antar jemput gue. Tidak ada penolakan, kalau nggak lo akan tanggung sendiri akibatnya!” ancam Kalvi marah.
“Tapi…”
“Tidak usah banyak alasan. Sekarang kita pulang, kalau nggak gue bakar motor lo di sini. Gimana?” kata Kalvi menantang Migy.
Migy menelan ludah kasar. Ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan cowok mesum itu. Ia juga tahu jika Kalvi selalu menepati perkataannya dan ia tidak pernah main-main dengan ancamannya. Melihat wajah Kalvi yang berubah dingin, Migy mulai melajukan motornya.
Tetapi, di perjalanan Kalvi mulai melakukan aksi mesumnya. Dengan kurang ajarnya, Kalvi meraba-raba pinggang Migy hingga ke bawah pinggulnya. Hal itu lantas membuat Migy mengelinjang karena merasa geli.
“Kalviiii! Kamu ngapain?” teriak Migy marah.
“Gue hanya takut jatuh, makanya berpegangan dengan erat di sini,” Kalvi meremas pinggul Migy dengan kencang, membuat motor yang dikendarai Migy mendadak berhenti.
“Kalvi! Kalau kamu melakukan itu lagi, sekarang juga kamu turun. Aku nggak mau macam-macam, ngerti!”
“Hanya satu macam saja kok.” Kalvi kembali memeluk pinggang Migy dan menempelkan dagunya di pundak Migy.
Migy merasa risih atas perlakuan mesum Kalvi. Jantungnya berpompa kencang karena ulah Kalvi yang kurang ajar kepadanya. Dalam hati Migy, muncul kewasapadaan yang kuat kepada Kalvi. Ia tidak ingin Kalvi berlaku kurang ajar terhadapnya.
“Sekarang kamu turun. Aku nggak mau nganterin kamu lagi.”
“Loh, kok gitu? Lo nggak ingat apa yang gue katakan tadi?” ancam Kalvi.
“Terserah! Sekarang turun, atau gue teriak nih.”
Kalvi dengan cepat menggeser Migy turun dan menempatkan posisinya di depan. Setelah itu ia menarik tangan Migy untuk duduk di belakangnya.
“Biar gue yang bawa. Lo diam saja di belakang,” tegas Kalvi.
“Kalvi, ini apa maksudnya? Kenapa kamu yang bawa motor aku?” protes Migy tak terima.
Kalvi hanya diam. Ia melajukan motor Migy dengan kecepatan penuh, membuat Migy yang berada di belakangnya berteriak takut.
“Kalvi!! Kamu mau bunuh aku!” kata Migy memeluk pinggang Kalvi takut.
Kalvi tertawa terbahak-bahak mendengar suara Migy yang ketakutan. Berkat ide liciknya, saat ini Migy berhasil memeluknya dengan sangat erat.
“Migy, lo beneran suka sama gue, ya? Peluknya nggak usah sekencang ini juga kali, gue nggak bakal ninggalin lo kok.” Kalvi menatap tangan Migy yang melingkar di pinggangnya.
Migy yang telah sadar buru-buru melepaskan pelukannya. Ia tidak menyadari bahwa ia memeluk pinggang Kalvi sangat erat. Karena ulah Kalvi yang ugal-ugalan, nyaris saja ia jatuh dari motor jika tidak berpegangan dengan erat.
Migy sudah tidak tahan lagi menjadi tukang ojek kalvi. Setiap hari ia harus mengantar ke sekolah dan menjemput ke rumahnya. Tak hanya menjadi tukang ojek, bahkan ia mencakup sebagai asisten pribadi Kalvi.Seperti saat ini, Migy dengan berat hati menjinjing tas sekolah Kalvi, yang beratnya luar biasa. Bagaimana tidak, isi dalam tas Kalvi meliputi sepatu futsal dan seragam olah raganya.“Kalvi, kamu bantuin aku dong. Ini kan, lumayan berat.” Migy berusaha menyamakan langkah kakinya menyamai Kalvi.“Aaahh. Cuma tas segitu aja, lo udah ngeluh. Gimana kalau gue kasih anak selusin?” Kalvi berhenti di tempatnya untuk menunggu langkah Migy mendekatinya.Migy hanya cemberut mendengar ucapan Kalvi. Siapa juga yang mau dikasih anak selusin, emang aku kucing? Migy berusaha agar terlihat tenang menghadapi sikap Kalvi yang seperti Tirani.“Kamu mau punya anak selusin? Emang kamu punya gen kucing?” kata Migy terkekeh geli.“Gue sih siap aja. Yang paling enak pas
Suara gaduh terdengar di depan kelas Migy. Keributan itu berasal dari sekelompok siswi dari jurusan IPS. Rata-rata mereka semua adalah pacar Kalvi.“Mana Migy? Kita semua mau bertemu sama dia.” Salah satu siswi berperawakan tinggi memanggil dengan suara keras.Semua murid dalam kelas Migy kaget. Mereka semua tampak heboh karena kedatangan sekelompok siswi jurusan IPS itu.“Migy, mereka kenapa mencari kamu? Apakah kamu punya masalah sama mereka semua?” Lia terlihat gelisah bertanya pada Migy.“Aku nggak tahu. Setahuku, nggak ada masalah sama mereka.”Migy berjalan keluar kelas. Di sana semua siswi itu menatap benci padanya. Entah apa yang terjadi hingga semua siswi itu seperti hendak ingin mengeroyok dirinya.“Kenapa ya?” kata Migy berusaha tetap tenang.“Kamu Migy kan? Punya hubungan apa kamu sama Kalvi?” ucap salah satu dari mereka maju ke hadapan Migy.“Tidak ada. Kenapa?” Migy terlihat bingung melihat semua siswi itu yang sekarang m
Tiba-tiba Kalvi mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya. Perlahan ia mendekati Migy, menggenggam tangannya lalu meletakkan di dadanya.Matanya memancarkan secercah sinar harapan. Dengan segenap rasa ia membacakan puisi cinta, sambil menatap mata Migy tanpa ragu.“Jika hatimu terasa gundahBerbaringlah dalam kesunyianmuJika hatimu tak lekas cerahPejamkanlah matamu dan tidurlahBawa dirimu terbang dan melayangDalam indah dunia mimpiJika hatimu t’lah riangBuka matamu dan bangkitlah dari mimpimuKarena ada orang-orang yang menantimu”Selesai membacakan puisi kehidupan itu, Kalvi menatap dengan lembut wajah Migy. Dalam hatinya, baru kali ini ia merasakan benar-benar mencintai seorang wanita. Walau telah banyak menjalani hubungan, tapi tak sekalipun hatinya berdesir hanya untuk satu wanita.Migy merasa terharu mendengar puisi kehidupan yang dibacakan oleh kalvi. Ia tak menyangka jika si mesum itu
Setelah pulang dari puncak, mendadak kondisi Kalvi tidak sehat. Ia tidak berhenti bersin-bersin, dan badannya terasa panas.Saat ini hanya ia dan asisten rumah tangga yang berada di rumah. Sedangkan kedua orang tuanya sibuk bekerja dam sedang berada di luar negeri.Ketika ia menghubungi ayahnya, ia mengatakan akan kembali satu minggu lagi, dan ibunya juga mengadakan gelar pameran busana di Singapura.Diam-diam Kalvi menggerutu kesal kepada kedua orang tuanya. Di saat kondisinya tidak stabil, kedua orang tua yang diharapkan bisa memberikan perhatian, tidak pernah ada untuknya.Selama ini ia telah sering tinggal sendirian, hanya ada bibi Ina yang selalu menemaninya. Karena sering ditinggal pergi, ia lebih dekat kepada sang pembantu.“Kalvi, ayo minum air wedang jahe dulu, bibi rasa kamu masuk angin. Ayo bangun dulu,” kata bibi Ina menbangunkan Kalvi.Kalvi masih bergelung di bawah selimutnya. Badanya meriang, rasanya benar-benar tidak enak. Entah ke
Sepulang dari sekolah Migy terus pulang ke rumah dahulu. Setelah itu ia berganti pakaian dan meminta izin kepada nenek untuk menjenguk teman yang sedang sakit.Setelah mendapat izin, Migy melajukan motor kesayangannya ke sebuah tempat penjual es krim. Kebetulan cuaca saat itu sedang panas dan gerah, jadi ia menginginkan yang segar-segar di tenggorokannya.Memikirkan Kalvi yang sedang sakit, saat menatap ke sekeliling tempat penjual es krim, ia melihat ada pedagang yang berjualan cincau. Migy melangkah mendekati tempat penjual cincau dan memesannya satu gelas untuk dibawa ke rumah Kalvi.Ia berharap Kalvi menyukai cincau yang dibelinya. Menurutnya, cincau adalah minuman yang paling tepat di saat panas dalam.Tiba di rumah Kalvi, Migy langsung disambut baik oleh bibi Ina yang sedang menyapu halaman di depan rumah.“Migy, sudah datang ya?” kata bibi Ina menyapa.Migy tersenyum. “Iya bi. Migy mau melihat Kalvi.”“Ya sudah. Masuk saja, Migy. Di d
Migy tak yakin apa yang menyebabkan Kalvi mendadak menatapnya penuh arti, atau kenapa dia mau menggantikan pekerjaan serbetnya barusan. Sentuhan pada bibirnya tadi hanya berlangsung sepersekian detik, tapi sudah cukup untuk membuat isi perutnya bergejolak.Ketika Kalvi menjilat ibu jarinya, Migy hampir pingsan membayangkan cowok itu menjilatnya langsung. Kalvi biasanya mahir dalam melakukan itu bersama mantan-mantannya. Pikiran itu membuatnya mengerut pada tempat duduknya.Kalvi tersenyum menggoda, kalau Migy tak salah tafsir, ia berpaling pada Apel yang dipegangnya, melahap dengan gigitan besar, seolah dia bukannya baru saja bersikap tidak senonoh. Atau bisa juga memang benar.Mungkin Kalvi hanya berusaha ramah, mencoba membantu saat Migy menunjukkan sisi berantakan.“Kau mau?” tanya Kalvi mengunyah buah Apel.“Tidak, aku sudah cukup banyak makan.”Dia tertawa. “Aku lupa kau mudah kenyang.”Kilatan
Dua hari kemudian, Kalvi telah diperbolehkan untuk kembali ke sekolah. Ia sudah terlihat agak lebih segar dari biasanya. Jangan lupakan potongan rambut terbarunya, yang sangat cool banget.Saat di sekolah, Migy menemui Kalvi yang sedang duduk bersama dengan Peter di koridor sekolah. Dengan berjalan pelan, Migy mencoba untuk tampil senatural mungkin di hadapan sang kekasih. Belum mencapai tempat duduk Kalvi, Migy sudah berdebar-debar tak karuan.“Hei, itu bukannya cewek lo, Kalv?” tunjuk Peter dengan arahan matanya.Kalvi menoleh. “Wah, gue kangen berat sama doi. Dua hari ini gue nggak bisa ketemu sama dia.” Kalvi mencoba untuk tersenyum menyambut Migy.Ketika Migy telah berada di depannya. Kalvi menarik tangan Migy untuk duduk di sampingnya.“Migy, kamu dari mana?” tanya Kalvi.“Hai,aku baru tiba. Aku tadi diantar sama supir. Nenek kebetulan lagi Malaysia, jadi aku diminta untuk diantar sama supir,” kata Migy menjelaskan.Kalvi memperhatikan
Rupanya, Kalvi tidak langsung mengantar Migy pulang ke rumah. Ia sengaja membawa Migy ke rumahnya, dan tidak berniat mengatakan terlebih dahulu.“Kalvi, ini bukannya jalan ke rumah kamu?” kata Migy menepuk punggung Kalvi dari belakang.“Iya. Kita mampir sebentar, kan nenek kamu juga gak ada di rumah. Ngapain sendirian, mendingan bareng aku.”“Tapi… kan. Ah Kalvi. Tahu gini, aku harus kasih kabar ke rumah dulu.”“Sudah, gak usah dipikirin. Bentar lagi aku anterin pulang, oke?” kata Kalvi sambil memberhentikan motornya di depan rumah.Migy turun perlahan, merasa tidak nyaman. Rasanya saat ini ia akan kembali terjebak dalam kondisi yang sama seperti terakhir kali ke sini.“Ayo, masuk. Kok kamu selalu melamun gini sih?” ajak Kalvi sambil menarik tangan Migy mengikuti langkahnya.Migy hanya mengikuti Kalvi dari belakang, sambil berharap akan cepat kembali pulang. Entah kenapa jika sudah berduaan dengan Kalvi, tingkat kewaspadaan Migy meningkat. I