Share

Bab 2. Intimidasi dari Pangeran

Apa maunya orang ini? batin Audrey bergejolak dan menahan rasa takut yang teramat sangat.

"Jika kau tidak mau, maka akan aku masukan ke dalam penjara bawah tanah yang gelap dan lembab dengan tuduhan menjadi mata-mata dari negeri Who Knows yang merupakan musuh dari Negeri Lumut." Sang Pangeran mengucapkannya dan tersenyum licik mengancam Audrey

Jantung Audrey berdetak sangat cepat untuk saat ini, ia sangat ketakutan.

"Apa ... yang Tuan lakukan?" Audrey mengucapkan dengan kalimat terbata-bata dan menggantung.

"Kau masih berani bertanya dan tidak mau mengakui kesalahanmu, hah!" bentak Pangeran dengan nada suara penuh amarah.

"A ... aku... bukan mata-mata, aku ... tidak mengerti ... apa maksud, Tuan?" Audrey sangat takut dan menjawab dengan gugup, mata memerah dan menahan genangan air di pelupuk mata yang siap mengalir.

"Buktikan jika kau bukan mata-mata," ucap Pangeran yang membuat Audrey semakin panik karena ia tidak tahu bagaimana cara untuk membuktikannya.

Tangan sang Pangeran mengelus perlahan pipi Audrey, lalu turun dengan sangat lambat ke leher dan tiba-tiba mencekik leher dengan kuat, membuat Audrey terbatuk dan kesulitan bernapas. "Masih tidak mau mengaku? Hah!" Pangeran semakin mengeratkan cengkeraman membuat merah padam di wajah Audrey, ia kekurangan oksigen.

Dengan kasar Pangeran lalu melepaskan cengkeraman di leher Audrey. Ia tidak memberikan kesempatan Audrey untuk tenang, sang Pangeran kembali mengintimidasi dengan tatapan tajam seperti pembunuh. Perlahan jari-jari rampingnya menjelajahi leher Audrey yang tadi di cekiknya, turun kebelahan kemeja dan membuka satu kancing yang paling atas, membuat Audrey semakin takut dan menahan napasnya sejenak. Tidak hanya sampai di sana, sang Pangeran perlahan kembali membuka kancing ke-dua kemeja bagian atas hingga tampak dengan sangat jelas kulit putih mulus dan belahan yang sangat menggoda hati.

Pikiran Audrey sangat kalut, ia menggigit bibir bagian bawah dan menutup mata, berusaha menutupi rasa takut dan berharap ini semua tidak nyata dan hanyalah mimpi.

"Jangan pernah berharap kau bisa bebas berkeliaran di istana ini!" Pangeran mengancam Audrey.

Audrey semakin diam, masih menggit bibir bagian bawah dan menutup mata, kini bahkan tubuhnya bergetar hebat dan keringat dingin membasahi tubuh karena ketakutan. Tidak tahan melihat Audrey yang tambah membangkitkan keinginan untuk menjamah. Pangeran langsung melumat bibir yang sedari tadi menggodanya. Mulutnya terbekap oleh bibir sang Pangeran membuatnya tidak dapat mengeluarkan suara untuk berteriak. bahkan tenaganya kalah saat memberontak. Ia tidak dapat melawan tenaga laki-laki yang telah merebut paksa first kiss-nya.

Kedua tangan dipegang erat, bahkan untuk bergerak sedikit saja tidak mampu. Ia kini benar-benar dalam posisi terkunci. Pangeran merasa lumatannya tidak dibalas, ia kemudian memperlambat gerakan, menunggu respon dari tawanannya. Setelah beberapa detik menunggu dan tidak sabar, kembali ia melumat dengan kasar lalu menggigitnya dengan keras. Audrey berteriak karena kesakitan. Namun, tidak dipedulikannya, ia hanya melepaskan lumatannya tapi wajahnya masih sangat dekat bahkan dengan tatapan yang lebih menakutkan.

"Masih tidak mau mengaku, hah!" Teriakan sang Pangeran, membuat tubuh Audrey gemetar, semakin takut dan memejamkan matanya dengan sangat erat. "Kau benar-benar menguji kesabaranku." Pangeran meraih kasar dagu Audrey lalu dengan cepat mencekik leher, membuat Audrey kesulitan bernapas dan tidak bisa mengeluarkan kata.

Melihat Audrey yang polos sepertinya memang tidak bersalah dan bukan mata-mata, "Aku harus menyelidikinya lebih jauh, biarkan dia di dalam kamar ini menjadi tawananku untuk sementara ini," gumam Pangeran.

"Pangeran, apa yang sedang terjadi? Anda bersama dengan siapa di dalam?" tanya Felix pengawal pribadi Pangeran.

Perlahan Pangeran melepaskan cengkeramannya dari leher Audrey, membuat Audrey terbatuk-batuk akibat kekurangan oksigen, segera menghirup udara sebanyak-banyaknya. "Masuklah," perintah Pangeran pada pengawalnya.

Hati Audrey semakin cemas. Mau dibawa kemana aku? tanyanya dalam hati.

Saat pengawal masuk, Pangeran segera memberikan perintah, "Bawa gadis ini ke istana pengasingan di pegunungan. Pantau gerak-geriknya selama disana, apakah dia berkomunikasi dengan tawanan kita, Raja Arthur," ucap Pangeran berbisik pada pengawal.

"Pastikan dia tetap terpantau dan jangan biarkan dia kabur," perintah sang Pangeran pada pengawalnya.

"Baik, Pangeran," jawab pengawalnya tegas, lalu membawa Audrey untuk di antarkan ke istana pengasingan di pegunungan.

Masih dalam kebingungannya atas apa yang di alaminya, kini Audrey masih harus bertahan agar tetap hidup. Ia tidak mengetahui apa yang akan terjadi dengan dirinya kelak, jadi lebih baik memilih diam untuk saat ini. Jiwanya ketakutan, seorang diri di tempat yang sangat asing bagi dunianya.

Semoga semua ini hanyalah mimpi dan segera aku bangun dari tidur," doanya dalam hati.

Felix menatap tajam pada mata Audrey, memandangnya bagai musuh yang berbahaya bagi Negeri Lumut, "Cepat jalan, kita akan segera pergi ke istana pengasingan setelah kau selesai makan," ucapnya sambil mengarahkan Audrey ke ruang khusus untuk tawanan.

Mata Audrey memerah menahan tangis dan takutnya. "Aku harus bertahan dan tidak boleh menangis agar tidak di siksa." Lagi ia berkata lirih, mencoba untuk menenangkan hatinyang sedang kacau, dan tubuhnya yang gemetar menahan lapar dan rasa takut yang bercampur jadi satu.

Tiba di ruang tawanan, Felix meminta pelayan istana membawa makanan untuk Audrey dan juga membawakan pakaian ganti untuknya. Setelah beberapa waktu, pelayan tiba dengan membawa makanan dan juga pakaian untuk Audrey.

"Cepat makan, setelah itu ganti pakaianmu, kita akan berangkat secepatnya," perintah Felix pada Audrey.

Tidak mau menambah masalah dan merasa perutnya sangat lapar, Audrey pun menyantap makanan yang disediakan, dan setelah itu mengganti pakaian yang diberikan untuknya tadi.

"Ayo cepat, jangan sampai bermalam di tengah hutan karena kau menunda perjalanan," ucap pengawal yang menakuti Audrey.

Apa? bermalam di tengah hutan? Oh tidak ... akan ada banyak hewan liar dan buas, bagaimana ini? aku sangat takut, ucap Audrey dalam hatinya dan tubuhnya mulai gemetar kembali.

Felix menatap tajam mata Audrey, namun kali ini ia menemukan sesuatu yang berbeda, tidak ada kebohongan di mata itu, hanya ketakutan dan putus asa.

"Ayo berangkat!" perintah Felix pada Audrey dan mereka pergi ke istana pengasingan bersama dua pengawal lainnya.

Sepanjang perjalanan Audrey hanya diam dan menerima air yang diberikan Felix padanya agar ia tidak dehidrasi, "Apa yang akan terjadi padaku?" Pertanyaan yang selalu berkecamuk dalam pikirannya sejak ia terjebak di negeri yang sangat asing baginya.

Setelah perjalanan panjang dan melelahkan,akhirnya mereka tiba di istana pengasingan pada malam hari.

Wah, bagus sekali istana ini di dalam hari, meskipun terdengar sangat menakutkan, tempat pengasingan, jalur yang ditempuh memang melalui medan yang berat dan sulit, di pegunungan, terpencil. Audrey berkata dalam hatinya.

Sedikit berkurang ketegangan dalam dirinya saat melihat istana pengasingan yang akan ditempati, berbeda dengan bayangan dalam benaknya, tempat yang gelap dan menakutkan. Saat menuju kamar untuk Audrey, mereka melewati ruang baca terlebih dahulu dan berpapasan dengan Raja Arthur, tawanan sang Pangeran Negeri Lumut.

"Selamat malam Raja Arthur," salam pengawal dengan hormat. Meskipun sebagai tawanan, mereka memperlakukan Raja Arthur dengan baik.

"Selamat malam," balas Raja Arthur, lalu mengalihkan pandangannya menatap seorang wanita cantik yang baru saja ia lihat di sini, lalu pergi dari hadapan mereka menuju kamarnya.

"Siapakah gerangan gadis itu?" tanya Raja Arthur pada diri sendiri dan tidak terdengar oleh pengawal dan Audrey karena ia berkata saat dirinya sudah jauh dari mereka.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Park Jun Hye
siapa yg nggak ketakutan coba sampe nggak bisa makan
goodnovel comment avatar
Park Jun Hye
weehh... lanjutkan thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status