Share

BAB 1: Kerasukan Hamil

Linda sedang berada di ruang BK untuk mengurus izin untuk pulang lebih awal kepada Bu Lope. Guru BK yang badannya seperti jelly. Lemak-lemaknya tak dapat bersembunyi dari pakaiannya dan bergoyang-goyang memantul jika dia bergerak atau berjalan.

Selagi keduanya berbicara, Linda mulai merasa menggigil. Uap putih keluar dari mulutnya.

“Apakah kamu tak apa-apa?” tanya guru BK.

Linda menatap ke atas ke arah pendingin ruangan. Tapi AC itu mati. Sementara di luar matahari juga bersinar cerah.

Linda menggeleng merespon pertanyaan Bu Lope. Ia menghela nafas. Ia selalu mengalami kedinginan bila ada sesuatu yang tidak baik. Energi astral negatif yang kuat. Setelah ini biasanya akan ada kejadian yang tidak baik, cepat atau lambat. Bisa dikatakan mirip Spider-sense milik manusia laba-laba. Fitur khusus yang bisa merasakan adanya bahaya. Ia memiliki kelebihan ini sudah sejak kecil. Biasanya ia selalu menghindar dan tidak mau tahu. Kemampuannya ini membuat hidupnya tak tenang.

Benar saja tak berapa lama kemudian tiba-tiba terdengar pekik melengking seorang siswi dari luar ruangan. “AAAAAAA!”

Suara itu menarik perhatian semua orang yang mendengar. Bu Lope segera menandatangani surat izin absen untuk Linda dan bergegas keluar ruangan.

Linda memasukkan surat itu ke tasnya dan menyusul Bu Lope untuk mengecek situasi. Ternyata keributan itu berasal dari ruang UKS tak jauh dari ruang BK.

Di pintu ruang UKS dan dekat jendela sudah berkumpul orang-orang sedang menonton kejadian yang aneh.

Di lantai Hani sedang berteriak-teriak kesakitan. Roknya yang pendek menunjukkan paha kanannya yang sudah berbalut kain kassa. Tapi bukan luka bekas sabetan pisau yang membuatnya kesakitan. Melainkan…

Hani mengangkang sambil memegangi area kemaluannya di lantai. “Sakit! Sakit! Ada sesuatu masuk ke vagina gue. AAAAAA! Keluarin! Keluarin! Cepetan keluarin!!!!” Siska dan Dewi yang juga berada di situ panik dan kebingungan dengan keadaan temannya. Dokter UKS, Bu Prilly buru-buru menyibak rok dan melepas celana dalamnya untuk memeriksa.

Betapa kagetnya mereka, ketika melihat kemaluan yang meregang dan bergerak-gerak, seolah-olah ada benda besar yang berusaha menerobos masuk ke dalam. Akan tetapi tak seorangpun bisa melihat atau memegang sesuatu itu. Kemaluan Hani meregang melebihi batasnya, sampai mulai sobek dan mengeluarkan darah.

“AAAAAAkkkkhhh sakitttt!” pekik Hani, menggeleng-geleng tak tahan.

Benda gaib itu terus bergerak naik ke atas hingga perut Hani lama-kelamaan membesar seperti orang hamil.

“AAAAAAAhaaaaaaaa!” tangis Hani dan meringis kesakitan. “Keluarin, tolong keluarin…,” pintanya lemas.

“Bawa ke atas ranjang,” instruksi Bu Prilly. Bu Lope yang tadi ada di pintu buru-buru masuk ikut membantu. Bersama Siska dan Dewi, mereka membantu mengangkat Hani ke atas ranjang. Linda juga menerobos masuk. Rupanya firasat buruknya berkaitan dengan ini.

Bu Prilly kebingungan. Seumur hidup belum pernah dia melihat kejadian semacam ini. Sekolah kedokteran tidak mengajarkan hal-hal aneh beginian. Dia tidak tahu harus membuat diagnosis atau berbuat apa.

Setelah sesuatu yang gaib itu masuk ke rahim Hani, kini bergerak kembali keluar. Hani melebarkan kedua kakinya, mengerang seperti orang hendak melahirkan. Ia ambil nafas dan menghembuskan lewat mulut, beberapa kali lalu mengejan sekuat tenaga, mendorong apa pun itu keluar. Keringat bercucuran keluar seperti orang habis lari maraton.

Demi menjaga privasi, sekaligus mengendalikan situasi Bu Lope bersama para guru lainnya menginstruksikan dan mengarahkan anak-anak untuk kembali ke dalam kelas.

Bu Prilly menarik sekat pemisah ruangan untuk menutupi Hani.

15 menit Hani terus menderita seperti itu sampai akhirnya kemaluan Hani kembali meregang, bergerak-gerak. Sesuatu sedang bergerak keluar.

“Arrgghhhh!” erang Hani.

Perut Hani kembali kempes. Yang tersisa hanyalah letih dan lelah. Nafasnya terengah-engah. Bajunya basah oleh keringat. Wajahnya pucat akibat kehilangan darah. Bu Prilly bergerak cepat menelpon rumah sakit agar Hani bisa mendapatkan perawatan segera.

Di saat yang sama semua saling berpandangan, bertanya-tanya apa yang barusan terjadi. Siska dan Dewi saling tatap dan melirik ke arah Linda. Keduanya menaruh curiga kepada Linda. Apalagi setelah mereka mengalami hal aneh di WC.

Siska menunjuk Linda. “Ini semua perbuatan lo kan! Ngaku lo!”

Dewi maju memukul-mukul Linda, membabi buta. Bu Lope segera bertindak menahan tubuhnya. Namun gantian Siska mengambil bangku dan menghantamkannya ke tubuh Linda berkali-kali. Pang! Pang! Pang! “Dasar penyihir!”

Bu Prilly segera melompat mencegah Dewi. “Dewi hentikan, apa maksudmu!”

Siska berteriak, “Dia penyihir, bu, penyihir. Dia bisa ilmu sihir!”

Situasi sedang tegang, tiba-tiba Hani menjerit-jerit kembali. “I..itu masuk lagiiii! Aaaaaaaa! Gak mau!” Ia mewek sejadi-jadinya. Bibir vaginanya bertambah sobek. Ia tak mau mengulangi mimpi buruk itu lagi. Ia sudah tak punya tenaga.

Di saat yang sama sekonyong-konyong Dewi dan Siska juga berteriak kencang dan roboh ke lantai. Mereka mengalami hal serupa seperti Hani. “AAaaaakhhh! AAkkhh!”

Belum kekacauan di UKS terselesaikan, dari kejauhan terdengar teriakan banyak siswi, susul-menyusul dari berbagai ruang kelas. Bunyi keributan, pekik kesakitan, orang jatuh gedebuk dan meja kursi tergeser terdengar di mana-mana.

Satu sekolah, murid dan guru langsung panik. Sekolah dalam keadaan genting.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status