“Apa yang kalian ingin lakukan?” Tanya Ara.
“Maaf kan kami nona, tapi kami hanya menerima perintah dari tuan muda. jadi mari kita kerja sama untuk ketenangan kita berdua.” Jawab pelayan yang berkulit hitam manis tanpa ada sedikitpun senyum yang terbit di wajahnya.
Alarm di otak Ara sudah berbunyi pertanda bahwa saat ini ia sedang berada dalam bahaya. Tapi saat seperti ini pada siapa ia akan meminta bantuan? Tidak! ia tidak boleh seperti ini. pokoknya ia harus bisa keluar dari situasi seperti ini bagaimana pun caranya.
Nama Ardan muncul begitu saja diotaknya hingga membuat ia mengembangkan sebuah senyum tanda ia sudah tau apa yang harus ia lakukan.
Sementara para pelayan itu sibuk mendandani d
"So, Will you marry me Nona Tiara Aprilia?" Ucap Tian lagi dengan sangat lantang hingga semua orang yang berada di sana bisa mendengar nya.Ara menatap nyalang pada manik mata Tian yang sedang menatapnya itu, sungguh ia benar-benar sangat ceroboh sekali hingga bisa masuk dalam jebakan yang ia bikin sendiri. Entah bagaimana aksi nya ini bisa diketahui oleh Tian. Tapi ia juga tak mempunyai pilihan lain saat ini.Mungkin Memang Tian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan untuk memecahkan kasus ini.Ara mencoba mengembangkan senyum nya semanis mungkin di hadapan Tian dan para undangan yang ada. Ia memejamkan matanya sejenak mencoba berdiskusi dengan hatinya sendiri.Ini adalah titik terang yang ia cari selama ini, dan
"A-aksa Ra." Jawab Lisa dengan terbata-bata. Ia tak berani melihat wajah Ara. Yang bisa ia lakukan adalah menundukkan kepala nya saja."Maaf sebelumnya Ra, tapi Aksa adalah ayah dari anak yang sedang aku kandung ini Ra." Lanjut Lisa.Sontak saja jawaban itu langsung membuat Ara terdiam. Ia menatap mata Aksa dengan penuh terluka. Ini lebih sakit dari sekedar mengetahui perselingkuhan mereka waktu itu.Tadinya ia bermaksud untuk cepat menyelesaikan penyelidikan nya dan kembali lagi bersama Aksa mengingat laki-laki itu selalu saja mengekor dirinya, tak jarang juga Aksa sering chat dirinya terus menerus.Tapi hari ini, ia benar-benar tidak bisa mempercayai semuanya ini."Jadi, sudah sangat lama sekali kalian bermain di belakang aku hm? Tega kami Lis? Aku ini sahabatmu."Jawaban yang diucapkan oleh Ara dengan nada rendah itu seperti cambuk untuk Lisa. Jujur saja,
Pagi sekali, Ara sudah sangat rapi menunggu jemputan dari Tian. Mereka berdua berjanji untuk sarapan bersama pagi ini di kediaman Tian.Entahlah ia juga tidak tahu apa yang sebenarnya sedang di rencana kan oleh Tian saat ini. Ia sedang malas untuk berpikir apapun. Jadi ia lebih memilih untuk mengikuti saja semua yang laki-laki itu Katakan.Ara memainkan ponselnya karena begitu bosan menunggu kedatangan Tian yang sampai saat ini belum juga menampakkan batang hidungnya. Bukankah laki-laki itu selalu on time? Lalu ada apa dengan hari ini? Sudah lewat dua puluh menit dari waktu yang mereka berdua janjikan tapi entahlah, kemana perginya Tian saat ini.Bosan dengan aktivitas yang hanya menjadi penikmat dari cerita orang yang di bagikan di media sosial, akhirnya Ara menutup ponselnya itu dan kemudian menyandarkan dirinya di sandaran kursi sambil memijat pelipisnya.Entah apa yang salah, setelah mengenal Tia
"Ra." Panggil Tian saat sejak tadi orang yang ia ajak bicara itu tak kunjung memberikan respon atas ucapannya.Ara tersadar dari lamunannya dan kemudian langsung menoleh ke arah Tian, "Eh, tadi ngomong apa?" Tanya Ara.Ia benar-benar tidak mendengar dengan sangat baik ucapan Tian sejak tadi, karena pikirannya terus saja memikirkan tentang laporan dari orang suruhannya itu.Bahkan karena ini semua ia tak sempat untuk memikirkan tentang dirinya dan juga Aksa serta Lisa.Ah entahlah, ia bahkan tak tertarik dengan perihal tadi malam itu. Tak ada lagi bayang-bayang wajah Aksa yang bermain di ingatan.Kecewa? Iya! Ia benar-benar kecewa dengan semua kebenaran yang ia terima. Tapi mau bagaimana lagi? Ia bahkan tak bisa mengubah takdir yang telah dipersiapkan oleh Tuhan untuk dirinya ini."Kamu kenapa sih Ra? Sarapannya nggak enak?" Tanya Tian lagi. Ia benar-benar tak
Malam ini, Ara sudah bersiap-siap untuk pergi ke sebuah club malam. Ia mempunyai janji dengan Reyhan. Menurutnya dengan sedikit titik terang yang ia punya, ia bisa untuk menghadapi Reyhan.Saat merasa puas dengan dandanan nya itu, Ara langsung mengembang senyumnya dan kemudian menarik tas selempang untuk segera pergi meninggalkan kamarnya.Ia hanya datang untuk memenuhi janjinya dan tak akan menjadi seorang pelacur lagi. Tapi jika ada tawaran yang lebih memuaskan nanti disana mungkin ia akan berpikir dua kali untuk menolaknya.Saat ingin membuka pintu kamarnya, Ara tanpa sengaja melihat foto Aksa dan dirinya di dinding hingga membuat gerakan nya terhenti.Ada juga foto dirinya dan juga Lisa yang sedang terlihat begitu bahagia di foto itu.Ara mengurungkan niatnya untuk pergi, sejenak ia terbawa akan suasana.Air matanya tanpa sadar jatuh begitu saja. Ia mungk
"Selamat malam." Ucap laki-laki itu.Ara menajamkan tatapannya pada laki-laki di hadapannya ini. Entah apa yang diinginkan nya saat ini."Katakan, apa yang kau inginkan hm? Aku sedang sibuk dan harus segera pergi. Jadi jika kau hanya datang untuk main-main maka pergilah. Aku tak ingin membuang waktu dengan sangat percuma saat ini." Ketus Ara, ia benar-benar harus bisa mengontrol dirinya saat ini agar masih tetap pada jalannya saat berada dengan laki-laki dihadapannya ini."Menemui calon istriku." Jawab Tian sambil duduk di sebuah kursi tanpa mempedulikan ekspresi dari Ara."Calon istri? Pede sekali anda." Jawab Ara.Tian terkekeh, "apakah kau sudah me
"Sejauh ini bagaimana?" Tanya Tian yang langsung membuat Ara menoleh ke arahnya. Kini mereka sedang berada di sebuah kursi panjang dengan pemandangan menatap ke arah danau.Ara yang sedang memakan Ice cream nya itu langsung terdiam. Bukan apa-apa, hanya saja ada sebuah kebingungan yang tak bisa untuk ia jelaskan dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Tian itu."Ra." Panggil Tian, saat tak mendapatkan jawaban apapun dari Ara.Ara kembali melanjutkan makan ice cream nya. "Bagaimana menurutmu hm?" Tanya Ara, sebenarnya ia juga tidak mengerti dengan maksud pertanyaan yang ia lontarkan itu.Tian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi panjang dan menatap indahnya langit malam ini yang bertaburan bintang.Hari ini begitu cerah sekali, seperti hatinya yang sedang cerah karena ada Ara disampingnya.Jujur saja ia tahu ini salah karena jatuh cinta pada se
Mobil milik Tian berhenti di sebuah rumah megah. Sontak saja melihat itu Ara langsung membelalakkan matanya dan kemudian menatap Tian dengan penuh tanya.Namun sang objek yang di tatap hanya diam seolah tak terjadi apapun.Tian Begitu sangat santai sekali melihat ekspresi wajah bingung Dari Ara."Tian." Pekik Ara saat Tian tak memberikan respon apapun dari tatapannya tadi."Turun." Ucap Tian.Ara masih diam, ia tak ingin turun, apapun itu alasannya ia tak ingin turun."Turun Ara." Ucap Tian lagi namun Ara seolah menulikan pendengaran nya."Mau turun sendiri atau mau aku yang gendong hm?" Kini, ucapan Tian itu langsung mendapatkan respon dari Ara."Nggak! Ini bukan rumah aku. Jadi aku nggak akan turun sebelum kamu mengantarku pulang ke tempat yang seharusnya." Jawab Ara. Ia benar-benar tak akan turun saat ini.&