'Tak bisa aku pungkiri bahwa parasnya tampan dan menggoda. Baiklah, aku harus bersiap untuk segera menaklukkan hatinya.' Clara berbicara dalam hati."Tuan, apakah tuan di sini karena sebuah masalah? Kenapa raut wajah Tuan seperti seseorang yang sedang kesepian?" Pertanyaan itu seketika mengubah raut wajah Darwin. Dia terdiam sambil menundukkan kepala, tangannya ditarik kembali dan menyimpan sapu tangan itu di meja."Tidak, saya baik-baik saja."Jawaban yang tidak selaras dengan raut wajahnya."Apakah aku boleh menghibur Tuan dengan musik?""Benar, kamu yang memainkan musik dengan sangat indah di acara waktu itu. Dari mana kamu belajar musik Biola?"Clara dengan sengaja menaruh tangannya di atas tangan Darwin. Ia berpikir bahwa bercerita dengan posisi seperti itu pasti akan memberikan makna lebih dalam bagi pendengarnya."Saya kesepian hari itu, seseorang yang saya kenal mengenalkan musik yang bisa merubah suasana hati. Musik itu berasal dari instrumen Biola yang menenangkan. Dia ber
"Rayu, bingkisan dari Spanyol telah tiba, ada di meja ruangan rahasia kita. Saya sedang memenuhi panggilan asosiasi korban Golden Ang." Begitu membaca pesan dari Ibu Laura, Clara segera mengemudikan mobilnya dan menuju ruang rahasia. Sambil memegang stir mobil, ia sambil merenungkan kata-kata dari Tuan Darwin tentang pertemuan private antara mereka berdua. 'Di mana lokasinya? Apa di studio itu? Haruskah aku mengubahnya menjadi tempat yang lebih bermakna?' Clara berpikir keras tentang itu. Tak lupa, dia juga membagi pikirannya untuk menemukan cara agar bisa bertemu dengan Jaksa Agam. Entah nanti dia harus mengungkapkan identitas nya atau tidak, itu menjadi urusan belakang. Yang paling penting, dirinya bisa bertatap muka dengan Jaksa high class itu. ** "Halo Nyonya, saya mau menyerahkan sesuatu. Di mana saya bisa bertemu dengan Nyonya?" "Galeri, saya tinggu di sana." "Baiklah, saya akan tiba dengan cepat." Clara melepas earphone miliknya setelah sambungan telepon itu terputus.
'Walaupun aku seperti berjalan di atas rantai, menggenggam batang kaktus, menangis darah, hingga remuk seluruh tulang-tulangku, aku tidak akan pernah mengakhiri balas dendam ini. Aku biarkan ambisi ku meledak bagaikan lahar panas yang memancar dari ujung gunung berapi.'Clara sedang menatap ponselnya, ia ragu untuk memencet nomor telepon yang satu itu. Dia paham sekali bahwa sekali saja dia menampakkan wajahnya di depan jaksa Agam, maka bersiaplah bahwa keberadaannya pasti akan terbongkar.Jaksa Agam jelas akan mengingat wajah Clara, meski sudah berpisah belasan tahun.Meski nama Serayu telah dikubur dalam-dalam oleh wanita itu, tidak menutup kemungkinan nama itu juga yang selalu di kenang oleh Jaksa Agam.Tapi, mau tidak mau rencananya harus berhasil bagaimana pun caranya.Toh masih ada kemungkinan laki-laki itu juga tidak mengenali Clara, walaupun kecil.Akhirnya, Clara menekan tombol telepon pada layar ponselnya dan beberapa detik kemudian seseorang di seberang sana menjawabnya."
"Permisi, paket!" teriak seseorang dibalik pintu apartemen milik Agam.Tinggal seorang diri tidak membuat dia harus memiliki rumah mewah.Walaupun uangnya kini berlimpah, tetapi Jaksa Agam lebih mengutamakan untuk berdonasi pada orang-orang yang tidak mampu.Terlebih pada anak-anak yatim piatu yang berada di panti asuhan seperti dirinya saat kecil.Agam lebih memilih apartemen kecil karena dia juga jarang berada di rumah. Apalagi ketika dia sedang menyelediki kasus, ia akan lebih sering menghabiskan waktu di rumahnya."Dengan Bapak Agam Danuar?" tanya kurir paket tersebut saat Agam sudah membukakan pintunya"Benar. Paket untukku?""Iya Pak, tertera nama pengirim adalah dari Serayu."Tentu saja Agak tak bisa untuk tidak membuka kedua matanya lebar.'Serayu' Nama itu membekas selama 14 tahun dalam ingatannya. Nama yang unik itu tidak banyak yang punya."Terima kasih!" katanya sambil menerima kotak paket tersebut.Segera dia masuk ke dalam rumahnya dan membuka bungkusan itu.Isinya, sebu
Lokasi yang dimaksud pertemuan antara Serayu dan Agam dalam surat itu adalah di sebuah taman bunga yang sering disebut taman Incidio park, yang terletak di kawasan Cibubur Jakarta Timur. Taman itu kini terselenggara sebuah acara grand opening berdirinya sebuah hotel terbesar ke dua di Jakarta Timur. Event dibuka khusus umum, alhasil semua warga berbondong-bondong telah hadir memenuhi kawasan taman. Mereka tentu sangat antusias untuk merayakan malam pesta kembang api. Perayaan ini terjadi sebagai salah satu trik marketing tersendiri untuk hotel yang sebetulnya tidak mungkin didatangi oleh rakyat menengah ke bawah. Sebentar saja Agam tiba di taman tersebut, sudah terlihat berbagai macam kembang api sudah meledak indah di langit dengan runtutan cahaya warna-warninya yang memukau. Dari kaca mobil, Agam memperhatikan letupan kembang api itu. Tapi dia belum memutuskan untuk turun dari mobil. Hati kecilnya percaya bahwa yang mengirimkan hadiah itu adalah Serayu, tapi pikirannya sendiri m
"Wajah kakak, senyuman kakak, ekpresi khawatirnya itu masih sangat sama dengan yang aku lihat 14 tahun lalu. Maafkan aku yang harus berbohong tentang pertemuan pertama kita. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku harus pura-pura tidak mengenal kakak di saat banyak sekali pertanyaan yang ingin aku sampaikan. Tapi, jauh dalam lubuk hatiku aku berkata bahwa senang berjumpa lagi dengan kamu, Kak Agam,' rintih Clara dalam sanubarinya. Dia menatap lekat wajah seseorang yang secara tidak langsung sangat dia rindukan. "Benarkah? Kalau begitu, saya telah menganggu pertemuan anda ya Pak Jaksa, maafkan saya." "Tidak juga! Lagipula wanita itu tidak akan hadir di sini." "Uhm, kalau begitu boleh saya yang menyela, dan mengganti pertemuan anda sekarang Pak Jaksa? Saya ingin menyampaikan satu hal. "Apa itu?" tanya Jaksa Agam serius, meski laki-laki itu tahu, bahwa yang akan dia bahas adalah tentang kerjasama. Clara berjalan lebih mendekat, "saya tidak pernah meminta tolong pada orang lain d
Agam mengehentikan mobil yang dia kendarai ke pinggir trotoar.Ia memukul stir mobil beberapa kali atas reaksi pertemuan dia dengan Clara beberapa saat yang lalu."Bisa-bisanya aku berpikir bahwa dia Serayu? Kebetulan dari mana? Tetapi, hanya Serayu yang berusaha mengajak aku bertemu di lokasi itu. Kenapa jadi bertemu dengan Nona Clara? Sial!" Dia mulai bertengkar dengan jalur pikirannya sendiri.Tak ingin berlama-lama mengeluarkan energi, Agam segera mengambil ponselnya dan menyambungkan telepon ke nomor sekretarisnya di kantor."Bu Lisa, tolong carikan saya informasi tentang wanita yang bernama Clara Anastasya. Beserta semua riwayat perjalanannya melalui E-KTP. Secepatnya!""Baik Pak Jaksa!" jawab perempuan paru baya di seberang sana.Agam tak habis pikir, kenapa dia menyamakan Serayu yang sudah menghilang selama 14 tahun, dengan Clara yang baru dia temui hari ini?**Suasana di dalam rumah mewah yang berdiri di atas tanah yang luas itu tidak tampak seperti suasana rumah nyaman pada
Tok, tok!!Suara ketukan pintu telah terdengar di ruangan kepala jaksa. Agam yang sedang meninjau berkas, segera melihat ke arah pintu. Rupanya, Bu Lisa telah hadir dengan membawa beberapa lembar kertas."Iya, ada Bu Lisa?" tanya Agam kemudian."Pak Jaksa, dari beberapa sumber, saya sudah menemukan sebagian data dan informasi mengenai wanita bernama Clara Anastasya."Agam mengambil lembaran kertas itu dan membacanya dengan seksama."Dia pernah ikut pelatihan dan bekerja di Congeriu Italia, setelah pekerjaan nya selesai, dia kembali ke Indonesia untuk menikah. Suaminya adalah seorang kepala manager pemasaran di Golden Ang, memiliki satu anak perempuan yang bersekolah di TK Gold Children, dan pada tahun 2012, dia menaiki pesawat dengan jurusan Kalimantan Timur - Jakarta," terang Bu Lisa dengan serius.Agam terpekik mendengar kata Kalimantan Timur. Seperti tidak asing bagi dia. Walaupun wanita yang berasal dari Kalimantan Timur tidak mungkin hanya satu.Tapi firasatnya yang hebat, tidak