"Rey?!" panggilan dari luar rumah terdengar.Itu adalah Lili yang berencana malam ini keluar dengan Reya. Mereka memang sudah memiliki janji untuk bertemu dan berkumpul si sebuah kafe. Keduanya jadi cukup dekat dengan Cakra dan juga Arga teman Kuki. Mereka juga cukup sering menghabiskan waktu bersama. Sekedar menonton atau makan malam di kafe seperti saat ini. Reya berjalan ke luar, menggunakan kemeja juga celana jeans. Tak lupa sedikit merias wajahnya. Setelah menjadi ambasador ia juga dilatih merias diri. Saat ini cara makeup-nya juga sudah semakin baik. Tentu saja itu digunakan untuk menunjang penampilannya."Masuk dulu, ngomong sama ibu." Reya mengatakan itu sambil membuka pintu pagar."Halah, halah anak ibu." Lili meledek, tapi tetap berjalan masuk dan meminta ijin pada Ratih. Sementara Reya menunggu di luar karena ia juga sudah berpamitan tadi. Dan tak mau terus dinasehati oleh ibunya. Setelah Lili meminta ijin, Reya dan Lili segera berjalan ke depan gang. Di sana ada mobil Ca
"jadi Mas Yuji ini orang yang diminta buat jagain aku?" tanya Reya. "Iya Bu," jawab pria itu.Gadis itu kemudian menatap pada Yuji, kesal sekali karena pria di sampingnya itu tak banyak menjelaskan dan lebih banyak menganggukkan kepalanya. Ditambah lagi, ia memanggil Reya dengan sebutan ibu."Mas jangan panggil aku Bu dong. Kamu bilang kita ini pacaran kan? Mana ada orang pacaran manggil pacarnya Bu? Lagian emang aku keliatan kayak ibu-ibu di mata kamu?" Reya bertanya dengan kesal, ia melipat tangan di depan dada kemudian menyandarkan tubuhnya ke tempat duduk.Kedatangan Yuji tadi, jelas sebagai sebuah isyarat agar Reya pulang. Dan ia tak mau cari gara-gara dengan menolak permintaan Yuji. Apalagi ia sudah mengatakan kalau dirinya adalah kekasih Reya.Yuji melirik tak ada senyuman, sejak tadi wajahnya sudah terlihat seperti patung karena kaku dan tanpa ekspresi. Memang begitu sikapnya sejak dulu. "Jadi saya panggil ibu apa?" tanya Yuji. Reya kembali duduk dengar apa pertanyaan itu m
Pagi ini Jun sudah berada di kantor. Suntuk kita terus berada di rumah terlalu lama. Bahkan setelah pertikaian semalam ini tetap masih mementingkan kegiatan sosialnya. Pagi-pagi tadi ya berniat untuk berangkat ke Malang. Berniat untuk membagikan sembako dan bingkisan.Jun duduk di kursi kerjanya pria itu tengah mengobrol dengan Yuji untuk mencari tahu apa yang terjadi semalam. "Jadi kamu bilang pacarnya dia kan?" "Iya Pak, sayang ngaku pacarnya. Jadi semalam itu langsung pulang nggak kemana-mana lagi.""Bagus kalau begitu. Jadi saya nggak perlu terlalu cemas di dekat sama laki-laki lain. Nanti kamu balikin aja mobil pinjamannya, lebih baik kamu beli mobil sendiri nanti saya transfer uangnya. Sekalian kamu ajak Reya untuk milih mobil apa yang dia mau. Karena ini mobil untuk menunjang kegiatannya dia.""Baik pak," sahut Yuji. "Kalau begitu saya minta tolong. Tolong kamu jaga dia baik-baik. Dan antar jemput ke manapun dia mau pergi. Termasuk jadwal rutin untuk check up ibunya. Setiap
Kepergian Reya ke Surabaya, tentu sudah diketahui oleh Jun. Seminggu ini dengan sumringah ia menunggu kedatangan gadis kesayangannya. Berita yang jelas ia dapatkan dari Yuji. Sebenarnya, Reya enggan untk memberitahu. Jun senang sejak pertama kali diberitahu, itu yang membuat moodnya segera saja membaik. Kabar kedatangan Reya ke Surabaya mengikis jarak yang selama ini buat dirinya rindu. Angannya kini rasanya bisa tercapai, ingin bertemu dengan Reya. Memeluk, cium, dan melakukan segalanya dengan si gembil kesayangannya. Di sisi lain, Reya tak bisa merasakan kebahagiaan yang sama seperti Jun. Rasanya berat sekali untuk melakukan pekerjaan ini. Padahal, itu adalah kewajiban yang harus ia lakukan sebagai brand ambassador. Pagi tadi sudah bersiap-siap dan sang Ibu juga sudah menyiapkan sarapan."Nanti ibu nitip Reya, ya nak Yuji." Ratih berpesan kepada pria yang ia pikir adalah kekasih dari anaknya itu. "Iya Bu," ucap Yuji. Reya duduk di samping Yuji. Gadis itu menyajikan makanan ke p
Pagi ini Indi sudah sibuk dengan segala kegiatannya. Ia berada di Sidoarjo untuk melanjutkan road tour berbagi. Di dalam mobil ia melihat Instagram milik Reya. Di sana di beritahu kalau besok gadis itu akan berangkat ke Surabaya. Indi hela napas ada perasaan berat yang mendadak hadir. Ia melirik pada Rara, tangan kanannya. "Besok, saya ada acara Ra?" Gadis berambut pendek itu anggukan kepala. "Ada pertemuan di rumah Ibu Ela.""Batalin ya, besok saya mau ke kantor bapak."***Jun duduk di sofa menatap pada jendela hotel, sudah cukup lama menunggu. Sudah datang terlebih dahulu untuk menunggu kekasihnya. Ingin meluapkan semua kerinduan yang selama ini ia rasakan. Sudah tak sabar lagi memeluk dan mengecup bibir Reya. Sesekali ia hela napas, dan tak bisa menutupi senyuman yang sejak tadi sesekali terlihat di bibirnya.Jun kemudian mendengar pintu yang terbuka segera saja ia berjalan ke depan dan melihat kekasihnya berjalan masuk. "Rey," sapanya. Reya cukup terkejut karena ia tak mengira
Yuji berjalan ke kamar Reya, pria itu mencari Di mana keberadaan gadis yang harus ia jaga. Sejak tadi berdiri di depan kamar gadis itu, dan menekan bel namun sama sekali tak ada jawaban dari dalam. Hal itu jelas membuatnya merasa cemas, lalu dengan segera mengambil ponsel dari kantong kemejanya dan menghubungi Reya. "Iya mas?""Kamu ada di mana?""Aku ada di kolam renang lagi ngetik di sini.""Jangan ke mana-mana, aku ke sana." Pria berkulit putih itu segera berjalan cepat menuju tempat yang tadi dikatakan Reya. Dari tadi Yuji menunggu Jun pulang. sebelum akhirnya memutuskan untuk mengecek sendiri tuannya itu. Dan Jun memang sudah pulang sejak tadi, karena tak mungkin berada di sana terlalu lama. Meskipun Jun memastikan semua dalam mode rahasia, tetap saja, ini adalah daerah di mana banyak orang yang mengenalnya. Pria itu tak bisa terlalu ceroboh, kemudian akan ada yang mengetahui kalau ia pergi bersama gadis lain.Di bagian kolam renang Yuji melihat Reya yang kini tengah duduk sam
"Demi perempuan kayak gitu kamu mau cariin aku?! Aku nggak mau cerai dari kamu. Kamu nggak mikirin gimana perasaan anak kita nanti?" Indi menyauti perkataan sang suami yang memintanya untuk bercerai."Perempuan yang mana? Kamu itu selalu nuduh tanpa bukti." Jun mengatakan itu dengan tenang sambil menatap kepada ponselnya. Indi membuka tas kemudian mengeluarkan sebuah amplop coklat. Ia melemparkan kepada Jun. Tentu saja dalam diamnya Indi melakukan sesuatu untuk mencari bukti mengenai perselingkuhan suaminya hal itu yang membuat Indi semakin yakin mengenai perselingkuhan Jun dan juga gadis yang adalah teman dari putranya itu.Jun membuka amplop terlihat foto dari CCTV saat ia masuk ke dalam hotel bersama Reya. Dalam hatinya merasa jengkel, bukankah seharusnya informasi seperti ini menjadi rahasia hotel? Dalam hal ini adalah kesalahan terbesar yang dibuat oleh Jun. Seharusnya pria itu tak membawa selingkuhannya ke hotel di tempat di mana ia menginap dan diketahui oleh keluarganya. "
Pagi ini Lis terlihat tak bersemangat, ia menyiapkan sarapan dengan lesu. Lili menatap sang ibu yang terlihat tak bertenaga. "Sakit Bu?" Lili bertanya karena merasa cemas dengan kondisi sang ibu. Sejak tadi hanya merebahkan diri."Enggak, kita makan dulu yuk."Selama sarapan pagi itu Lis tak fokus, ia salah menuangkan air teh dan memberikan kepada Lili, padahal seharusnya atau sang suami. Juga beberapa kali dipanggil dan tak segera menyahut. Lili sebenarnya penasaran sekali dengan apa yang terjadi dengan ibunya. Hanya saja pagi ini ia memiliki pekerjaan yang harus dikerjakan, sehingga memutuskan untuk bertanya nanti setelah pulang bekerja. Setelah semua anggota keluarganya pergi, Lis kemudian memutuskan untuk merapikan diri dan berjalan keluar rumah. Dengan langkah ragu wanita itu berjalan menuju rumah Reya. "Bu Ratih," sapanya dari luar. Tak lama terlihat sosok hati yang berjalan keluar dari dalam. Segera saja membukakan pagar untuk Lis. "Eh, Mbak Lis? Masuk, masuk sini. Ada apa