Share

Sah

“Mina, kamu di dalam kamar saja, nanti kamu keluarnya kalau sudah rapalan ijab kabul, ya?” kata ibuku seraya memandangku—anak perempuannya, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Salah tingkah aku jadinya sebab ibu seolah terkagum-kagum padaku. Asyik!

“Kok begitu Buk?” Aku bertanya sambil berdiri dari kursi meja riasku. Bulek Lastri dan Asri yang saat itu menemaniku pun ikut berdiri.

“Eh, Mina! Kan, sebaiknya pengantin wanita itu memang tidak keluar sebelum akad nikah selesai ... nah, nanti kalau sudah dibacakan ijab kabulnya, suamimu itu ke sini ngasihin mas kawinnya atau kamu keluar, untuk menjemput mas kawinmu, begitu!” kata Bulik Lastri.

Ia menjelaskan beberapa hal, yang memang aku sering lihat di televisi ataupun di media sosial. Di mana saat ijab kabul dibacakan, hanya mempelai pria yang harus ada di depan penghulunya. Namun, berbeda dengan Linda dan Landu, saat mereka menikah waktu itu. Mereka sama-sama disandingkan.

“Jadi, aku di sini saja, Buk?”

“Iya!” kata ibu sambil men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status