Share

Sibuk

Mas Ragil bersiap akan duduk kembali, tapi aku menarik tangannya agar tetap berdiri.

“Eh! Tunggu dulu!” satu kalimat keluar dari mulutku, enak saja dia cium-cium kening tanpa bilang dulu, aku akan membalasnya.

Mas Ragil kembali berdiri sambil menatapku lekat, tatapan matanya itu ... eum ... entah melukiskan apa hingga membuatku gagal melakukan apa, yang sebenarnya ingin kulakukan padanya.

“Apa, Dek?” katanya, dengan alis yang terangkat.

“Eh, nggak jadi!” jawabku, karena seketika kehilangan keberanian untuk mengerjainya.

“Udah, nanti lagi kalau mau menyelesaikan urusan kalian berdua!” seru bapak, seraya melambaikan tangan agar kami berdua segera duduk, tentu saja aku malu.

Begitu aku dan Mas Ragil duduk, Pak Amil menyodorkan berkas yang harus kami di atas meja. Dia tersenyum-senyum, begitu juga dengan bapak. Sikap mereka terkesan meledek kami berdua.

Aku menerima buku nikah setelah membubuhkan tanda tangan. Lalu ,beberapa orang yang berada di antara aku dan Mas Ragil, serentak m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status