Saat pagi yang cerah, Anna memasuki ruang makan rumah tersebut dengan senyum ceria. Namun, keceriaan itu berubah menjadi kegelapan saat Anna melihat Ivander, suaminya, sedang berbincang akrab dengan Noreen, seorang pelayan di rumah mereka.
Dengan hati yang penuh kecurigaan, Anna mengamati setiap interaksi antara Ivander dan Noreen. Setiap tawa, setiap tatapan, semuanya membuat hati Anna semakin penuh dengan rasa cemburu yang tak terkendali. Tanpa memberikan kesempatan bagi logika untuk menenangkan pikirannya, Anna segera melangkah menuju Noreen dengan pandangan tajam."Ivander, kenapa kau begitu akrab dengan pelayan ini?" Tanya Anna dengan nada tajam.Ivander dan Noreen menoleh pada Anna, sambil senyum hangat."Noreen hanya membantu dengan pekerjaan rumah tangga, Anna. Jangan salah paham.""Aku tidak suka melihatmu begitu dekat dengannya. Apa kau tidak menyadari? Tidak sepantasnya seorang majikan berbincang hangat dengan seorang pelayan,Anna tiba di kampung halamannya dengan hati yang penuh nelangsa, sepanjang perjalan di dalam bus Anna sesekali menghapus air matanya yang tiada henti meluncur. Anna telah resmi bercerai, karena memang dengan mudahnya Ivander menceraikan Anna yang hanya dinikahi secara siri. Dan tanpa sepeserpun harta warisan yang ia peroleh dari Ivander, karena memang dirinya tidak memiliki hak apapun.Anna terlihat memasuki kampung halamannya dengan hati yang berat. Anna berjalan seraya menarik dua buah koper besar dan ransel yang ia kenakan."Eh, Anna? Lama tidak berjumpa," ucap seseorang yang kenal dengan Anna, seraya memandang Anna dengan semua barang bawaannya."Iya, sudah lama tidak berjumpa, ya," balas Anna tersenyum kikuk."Bagaimana kabarmu, Anna? Apakah baik-baik saja?" Tanyanya kembali denhan detail."Ah, kabar baik kok. Hanya saja, aku memutuskan ingin kembali ke kampung halaman."Sosok tersebut tersenyum dengan tidak puas. Tiba-tiba
Dalam keheningan subuh yang masih gelap, Samantha menyusup keluar dari rumahnya meninggalkan sebuah surat yang telah ia persiapkan. Elizabeth Blossom sebagai sahabat, telah menunggu di luar dengan mobilnya, mata mereka bertemu sejenak, dan Samantha naik ke mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun."Kau yakin ini keputusan yang tepat, Samantha?" Tanya Elizabeth dengan hati-hati.Samantha menatap jauh ke depan, mencoba menyembunyikan rasa kebingungan dan sakit hati."Sudah saatnya, Elizabeth. Aku tak bisa lagi bertahan dalam bayang-bayang pengkhianatan, lagi pula rumah tanggaku dengan Ivander, sudah benar-benar tidak bisa diselamatkan lagi," Samantha menjawab dengan menyembunyikan semburat kesedihannya.Mobil meluncur melalui jalanan sepi, menuju bandara yang masih sunyi di pagi yang gelap. Elizabeth menggigit bibirnya sejenak sebelum akhirnya bertanya kembali dengan lembut."Apakah kau benar-benar siap melepaskan Ivander?" Elizabeth bertan
Pada sebuah siang yang cerah sejak kepulangan dari bandara, Elizabeth duduk di teras rumahnya, berfikir tentang rencana balas dendamnya terhadap Anna. Dengan hati yang sesak, dia mengambil ponselnya dan memutuskan untuk memanggil Mr. Orlando Parker, seorang penguntit handal yang dikenalnya."Halo, Mr. Parker. Ini Elizabeth. Saya membutuhkan bantuan Anda lagi. Seperti biasa, saya akan memberikan uang yang pantas untuk Anda," ucap Elizabeth seraya meremas lengannya dengan kesal."Tentu, Elizabeth. Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda hari ini?" Tanya sosok di seberang sana sambil memainkan janggutnya."Saya ingin Anda mengikuti setiap langkah Anna. Saya ingin tahu setiap tempat yang dia kunjungi, setiap orang yang dia temui, hari ini. Bisakah, kau membantuku untuk menggiring Anna ke sebuah tempat?""Tentu saja, Elizabeth. Saya akan memantau dia dengan cermat dan menggiringnya dengan segala cara. Apakah ada sesuatu yang lebih spesifik yang perlu say
Samantha, tiba di pedesaan Lapland, Finlandia, untuk menghabiskan waktu hidupnya dan menenangkan diri. Bobby, pengawal yang dipercayakan oleh Ayah Samantha, membimbingnya menuju sebuah rumah besar dan artistik di tengah keindahan alam Lapland. "Selamat datang di Lapland, Samantha. Ayahmu memberikan perintah, atas rumah ini untuk menjadi tempat tinggalmu, dan saya yang akan menjagamu dengan baik selama di sini," ucap Bobby seraya membuka pintu gerbang rumah tersebut dan tersenyum lebar.Samantha memandang halaman luas area sekitar yang begitu indah. Kemudian menoleh pada Bobby dengan tersenyum senang."Terima kasih, Bobby. Tempat ini benar-benar sangat indah. Rumah besar ini, juga terlihat begitu artistik. Apakah rumah ini di desain dengan sangat khusus, Bobby?" Tanya Samantha seraya memandang rumah tersebut dengan penuh rasa ingin tahu.Bobby tersenyum melihatnya."Ya, rumah ini memang di desain khusus oleh para arsitektur dan desainer i
Beberapa tetangga dengan ramah menghampiri Samantha yang terlihat berdiri di halaman rumahnya, menyambutnya dengan senyuman hangat. Suasana ramah dan keramahan segera menciptakan ikatan antara Samantha dan tetangga-tetangganya di lingkungan baru."Halo! Saya Samantha, baru saja pindah ke sini," ucap Samantha sambil tersenyum tulus."Hai, Samantha! Saya Chloe Anneli. Senang bertemu denganmu! Bagaimana kesanmu tentang lingkungan ini?" Tanya Chloe pada Samantha menggunakan bahasa internasional, inggris."Sangat menyenangkan dan membuat nyaman. Saya ingin lebih mengenal tempat ini dan tetangga sekitar.""Tentu saja, Samantha. Dan perkenalkan, saya Petra Matias Hakala. Kalau begitu, kamu harus ikut serta dalam festival musim semi kami!" Sahut Petra laki-laki bertubuh tinggi yang tersenyum manis pada Samantha."Festival musim semi? Itu terdengar sangat seru! Apa yang biasanya dilakukan?" Tanya Samantha dengan mata berbinar."Oh, banyak
"Sam-Samantha, Hallo... " Sapa Detektif Xavier yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Samantha terduduk.Samantha menoleh dan langsung menengadah dengan begitu terkejut."Xavier?" Samantha sontak bangkit dan menatap Xavier dengan tidak percaya."Samantha, maafkan aku datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Ada beberapa hal yang perlu kita bicarakan," ujar Detektif Xavier tanpa basa-basi.Samantha terdiam dan terpaku."Samantha, who is this Xavier guy, sih? Kenapa dia tiba-tiba muncul di sini, dan kenapa dia tampak begitu menganggu?" Tegur Bobby pada Samantha, dengan tidak suka karena merasa terganggu, dirinya ikut bangkit berdiri.Xavier menoleh pada Bobby dengan rasa tidak suka. Sementara Samantha bingung harus berbuat apa."Dia temanku, Bobby. Dan-""Apakah kau sudah mendapatkan ijin dari orang tuamu, jika ada orang asing yang datang menemuimu, Samantha?" Bobby segera memotong ucapan Samantha."B
Samantha, didampingi oleh dua pelayannya yang setia, Ava dan Valerie, juga Bobby, bersiap untuk berbelanja kebutuhan bahan pokok rumah tangga. Dengan daftar belanja yang telah disusun oleh Valerie, mereka akan memasuki toko besar dengan semangat. "Ava, Valeria, kita perlu belanja bahan pokok untuk Minggu ini. Aku minta, kalian wajib teliti membaca deskripsi di setiap kemasan, jangan sampai kita memakan dari bahan yang tak seharusnya," perintah Samantha seraya melihat catatan yang dia bawa."Ya, karena kebetulan di sini, mencari makanan dari bahan yang halal memiliki tantangan tersendiri Samantha," sahut Bobby melirik sekilas."Bagaimana, agar kami tidak salah dalam memilih makanan tersebut, Bobby?""Kamu bisa cek dibagian label setiap kemasan, atau jika kurang paham, kamu bisa langsung bertanya pada bagian staff di sana. Tapi yang paling mudah untuk mendapatkan makanan halal, tentu dengan berbelanja bahan makanan pokok universal, seperti beras, s
Samantha baru saja tiba di rumahnya bersama dua pelayannya dan Bobby, setelah berbelanja di supermarket dengan sejumlah barang besar. Kehadiran mereka disusul oleh sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti di depan gerbang rumah Samantha, di mana Xavier, sosok tak diundang, muncul.Langkah kedatangan Xavier membuat Samantha terkejut saat melihatnya."Xavier, apa yang hendak kamu lakukan di sini?" Tanya Samantha dengan raut wajah terkejut."Kita perlu bicara, Samantha. Ikutlah denganku," ucap Xavier tersenyum sinis dan sege menarik lengan Samantha."Xavier, lepaskan!" Pekik Samantha.Bobby yang menyadari segera beranjak berusaha untuk melepas tangan Xavier dari Samantha."Dia tidak akan pergi ke mana-mana bersamamu, Xavier! Lepaskan tangan Samantha, kau tidak bisa seenaknya bawa pergi orang lain! Samantha akan bisa pergi, atas ijinku!" Tegas Bobby menatap tajam Xavier."Kau siapa? Samantha itu milikku!" Hadang Xavier dengan ti