Share

6. Pencarian Samantha Yang Penuh Konflik

Tok, tok, tok!

Ceklek.

Kakeknya Samantha, membuka pintu dengan wajah heran, dan saat ia melihat Anna bersama Ivander, keraguan mulai muncul dalam benaknya. Mereka segera berkumpul di ruang tamu.

"Ivander, apa yang terjadi? Dan siapa wanita ini?" Tanya kakeknya dengan tidak sabar dan merasa curiga.

"Kakek, Nenek, kami memiliki berita yang sulit untuk disampaikan. Ini adalah Anna, istri saya juga," ungkap Ivander dengan hati-hati.

"Istrimu? Maksudmu, apa Ivander?" Tanya Nenek Samantha tidak mengerti.

Anna merasa canggung, tetapi mencoba menjelaskan.

"Saya tahu kami belum berkenalan dengan baik, tapi kami berdua merasa ini adalah situasi yang mendesak dan kami butuh dukungan keluarga. Ini berkaitan dengan Samantha, cucu Anda," jelas Anna dengan berusaha rileks.

"Samantha? Apa yang terjadi dengan cucu kami? Katakan padaku, Ivander!" Desak Kakek Samantha dengan raut wajah khawatir.

"Sam... Samantha menghilang, Kakek. Kami tidak tahu di mana dia berada sekarang, dan kami sangat khawatir. Kami berdua datang ke sini untuk mencari dukungan dan bantuan kalian," tukas Ivander dengan gejolak hati yang khawatir.

"Oh, tidak! Samantha... kami sangat cemas. Cucuku..." Ujar Neneknya Samantha dengan sedikit frustasi.

Anna mencoba menjelaskan lebih lanjut.

"Kami tahu ini adalah momen yang sulit, tapi kami berdua berkomitmen untuk mencari Samantha. Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk membawanya kembali. Kami membutuhkan bantuan dan dukungan kalian."

"Tentu saja, karena Samantha adalah cucu kesayangan kami. Dan kalian berdua harus bertanggung jawab karena kepergiannya, saya yakin Samantha pergi karena ulah kalian berdua!" Jelas Kakeknya Samantha dengan sangat marah.

Samantha adalah cucu kesayangan kakek dan neneknya, karena sejak lahir Samantha dirawat oleh kakek dan neneknya. Wanita cantik ini selalu menjadi pusat perhatian keluarga, karena kecerdasan dan bakatnya yang luar biasa. Tapi, kini Samantha menghilang tanpa jejak, dan semua yang tertinggal hanyalah rasa cemas dan ketidakpastian.

Tap, tap, tap.

Paman tertua Samantha yang mendapatkan kabar langsung ikut berbincang.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Samantha adalah keluarga kami yang paling berharga, dan kalian berdua hanya datang ke sini dengan kabar buruk seperti ini?!" teriak pamannya dengan sangat marah.

Anna mencoba menjelaskan situasi dengan lembut.

"Kami tidak tahu persis apa yang terjadi. Samantha menghilang tanpa jejak. Kami mencoba mencari tahu keberadaannya, tapi kami butuh bantuan keluarga untuk ikut melacak jejaknya."

"Tidak tau persis, katamu?! Dimana akal sehatmu? Apakah kamu pikir Samantha akan baik-baik saja, setelah melihatmu jadi benalu dalam rumah tangganya?!" Hardik Pamannya Samantha pada Anna dengan bengis.

Anna terdiam dan tidak berkutik setelahnya.

"Saya akan bertanggung jawab untuk menemukan Samantha. Saya tidak akan berhenti mencari sampai saya menemukannya, Samantha masih resmi istri saya," tukas Ivander mencoba menenangkan keluarganya.

Keluarga besar Samantha mulai berdatangan ke rumah tersebut untuk meminta penjelasan dari Ivander. Ivander merasa sangat cemas dan khawatir akan keadaanya yang terdesak, dan Anna juga merasa sangat terintimidasi.

"Ini semua salahmu, Ivander! Kamu dan perempuan murahan itu adalah alasan Samantha pergi!" Ujar Bibi Samantha dengan suara tinggi.

"Bibi, kami sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. Kami mencoba untuk menemukan Samantha. Dan lagi, tolong jangan sebut istriku, Anna, dengan sebutan yang tidak pantas," tegas Ivander mencoba menjelaskan.

"Kami ingin membantunya, bukan membuatnya pergi. Dan saya menyayanginya seperti keluarga saya sendiri," Anna mengikuti seraya mencoba mengambil hati keluarganya.

"Tidak peduli apa yang kamu katakan! Kami kehilangan keluarga kami Samantha, karena ulah kalian berdua!" Bibi Samantha sangat tidak terima.

Tidak hanya bibi Samantha yang marah. Keluarga besarnya kompak dalam menyalahkan Ivander dan Anna.

"Kami sudah mendengar dengan cukup! Ini adalah kesalahan kalian berdua, dan kami semua kecewa, terlebih padamu Ivander! Kau telah merusak kepercayaan kami!" sergah paman Samantha yang lainnya.

"Samantha tidak seharusnya pergi seperti ini, kalau tidak ada ular berbisa yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya," ucap sepupu Samantha yang paling tua dengan menyindir Anna.

Cekcok berlanjut dengan kata-kata yang keras dan emosi yang memuncak. Nenek Samantha, yang sudah tua, terlalu terpukul oleh keadaan ini, dan stresnya membuatnya pingsan.

Anna segera memeluk lengan Ivander karena merasa takut. Tiga sepupu Samantha, tiba-tiba menarik Anna dengan kasar.

"Kamu pasti tahu apa yang sudah kamu lakukan pada Samantha, pelayan busuk! Dan kau mencoba mengambil hati kami untuk menutupi busuknya dirimu, Itu sangat tidak berguna!" Serang sepupu 1.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi. Kami mencoba mencari Samantha," ujar Anna mencoba membela diri.

"Jangan berpura-pura, kamu adalah alasan kenapa dia pergi! Dasar perebut suami orang! Tidak tau diri!" Seru sepupu 2.

"Saya sungguh menyayangi Samantha seperti keluarga saya sendiri. Saya ingin membantunya dan saya tidak ingin dia pergi," rajuk Anna sambil menangis dan memohon.

"Kamu sudah cukup! Murahan sekali dirimu wanita primitif! Kami akan memberikanmu pelajaran!" Ujar sepupu 3 dengan murka.

Bagh!

Bugh!

Bagh!

Mereka mulai memukuli Anna dengan kejam, tanpa mempedulikan rasa sakit yang mereka berikan. Anna mencoba untuk membela diri, tapi tiga sepupu tersebut sangat emosional dan tidak dapat dikendalikan.

"Ampun! Tolong, berhenti!" Pekik Anna terisak, dirinya sudah terkapar di lantai.

Ivander, yang tadinya terdiam, akhirnya menyadari kebrutalan situasi ini dan mencoba melerai mereka. Sementara semua keluarga Samantha hanya memandangnya dengan terperangah.

"Stop! Sudah cukup! Hentikan ini!" Ivander berteriak panik.

Beberapa tetangga yang mendengar keributan datang dan berusaha untuk memisahkan mereka.

"Apa yang terjadi di sini? Ini sudah terlalu kejam!" Ucap tetangga 1.

"Cukup! Mari kita hentikan kekerasan ini!" Perintah tetangga 2.

Namun, Anna sudah tidak sadarkan diri akibat pukulan brutal yang dia terima. Dalam situasi yang rumit paman tertuanya Samantha bangkit dan menatap tajam Ivander.

"Ivander, ini sudah cukup! Samantha adalah keponakanku, dan kita tidak bisa lagi menunggu untuk mendapatkan kabar, Samantha. Kau harus menemukan dirinya secepatnya!" Paman Tertua Samantha dengan wajah yang serius dan tajam.

"Paman, saya berjanji, saya sedang mencoba yang terbaik untuk menemukannya. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi saya juga berharap ingin segera menemukannya," balas Ivander dengan cemas, dirinya segera berusaha untuk membopong Anna.

Paman Tertua Samantha menghela nafas.

"Kau tahu, Ivander, jika kau tidak segera menemukan Samantha, saya tidak akan ragu untuk melaporkan kasus ini pada pihak berwajib. Saya bahkan akan membuatnya viral sebagai kasus perselingkuhanmu dengan Anna," ancam Paman Samantha.

"Paman, itu benar-benar tidak adil. Kami tidak bersalah dalam kepergian Samantha," kilah Ivander dengan terkejut.

"Kau mungkin tidak merasa bersalah dalam kepergiannya, tapi kau tetap memiliki tanggung jawab untuk menemukannya. Jika kau tidak berhasil menemukannya, kau akan terima konsekuensinya Ivander, aku bisa membuatmu kembali terpuruk setelah baru saja kau berusaha bangkit untuk perusahaanmu!" Ujar Paman tertua Samantha dengan keras.

Ivander merasa terpojok dan sadar akan tanggung jawab besar yang tengah ia pegang dalam pencarian Samantha. Ivander dengan berapa warga segera membopong Anna ke dalam mobil.

Ivander tiba di rumah sakit dengan wajah pucat dan gelisah. Ketika dokter datang, dia segera mendekati mereka dengan rasa cemas.

"Anda adalah suami dari pasien yang dibawa ke sini?" Tanya dokter dengan ramah.

"Ya, itu benar. Saya suaminya, bagaimana kondisi istri saya, Dokter?" Tanya Ivander dengan khawatir.

"Kondisi istri Anda, Anna, cukup serius. Dia memiliki banyak luka lebam dan membutuhkan perawatan intensif," jelas Dokter dengan ekspresi serius.

"Tolong, Dokter, berikan saya surat rujukan. Agar saya harus segera membawanya ke rumah sakit di kota."

Dokter segera menyiapkan surat rujukan dan memberikannya kepada Ivander. Sementara itu, petugas medis sudah siap dengan ambulan untuk mengangkut Anna.

Ivander tiba di rumah sakit kota dengan hati yang berdebar-debar. Ketika ambulan tiba, dia melihat Anna dikeluarkan dari dalam mobil dengan penuh perhatian oleh beberapa perawat yang bergerak cepat. Tubuh Anna tampak pucat, dan Ivander merasa cemas melihatnya.

"Kami akan membawanya ke ruang IGD segera," ucap sang perawat.

Ivander segera mendatangi meja administrasi untuk melakukan registrasi.

"Silakan isi formulir ini, Tuan. Nama pasien dan data Anda, serta informasi asuransi jika ada," perintah Petugas Administrasi dengan ramah.

Setelah menunggu beberapa lama yang terasa seperti berjam-jam, seorang dokter akhirnya mendekati Ivander. Wajah Ivander penuh kekhawatiran dan rasa frustasi.

"Selamat malam, Tuan Ivander. Apakah pasien yang bernama Anna ini, merupakan istri anda juga?" Tanya Dokter dengan ramah.

"Ya, itu benar. Apa yang terjadi dengan istri saya? Bagaimana kondisinya?" Tanya Ivander dengan kikuk.

"Kami sudah memeriksanya dengan cermat. Istri anda, mengalami luka dalam yang cukup serius. Kami segera memberikan perawatan intensif padanya. Namun, saat ini dia masih dalam keadaan tidak sadarkan diri," cakap Dokter tersebut dengan suara tenang.

"Oh Tuhan, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Apa dia akan baik-baik saja?"

"Kami akan melakukan segala yang kami bisa, Tuan Ivander. Namun, kondisi seperti ini memerlukan waktu. Saya akan memberi Anda pembaruan secepat mungkin. Untuk saat ini, Anda hanya perlu bersabar dan mendukung pasien Anna," Dokter mencoba menghibur.

Ivander merasa sangat frustasi dan cemas. Hatinya berdebar-debar ketika dia melihat Anna yang terbaring di atas tempat tidur rumah sakit dengan wajah pucat dan tidak sadarkan diri. Dia meraih tangan Anna dengan lembut.

"Anna... aku di sini. Kamu harus bangun. Aku sangat khawatir, kau harus terus menemaniku sampai Samantha kembali," ucap Ivander dengan penuh emosi kekhawatiran.

Anna tetap tidak merespons, dan Ivander merasa putus asa.

"Aku akan selalu di sini untukmu, Anna. Kita akan melalui ini bersama-sama," Ivander berbisik.

Ivander duduk di samping tempat tidur Anna, menunggu dengan penuh kekhawatiran, berharap Anna akan segera sadar.

"Samantha pergi karena kekacauan yang telah kita perbuat, Anna. Bukan hanya aku yang harus bertanggung jawab karena luka dalam hatinya, tapi juga dirimu, keluarga Samantha telah tahu bahwa kau seburuk itu. Dan aku juga tidak ingin, jika skandal rumah tanggaku sampai terbongkar ke sosial media," celoteh Ivander dengan rentetan kalimat cemasnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status