Mulan mempercepat langkah kakinya, berharap jika yang datang adalah Akbar suaminya. Karena satu jam yang lalu, Akbar memberi kabar bahwa dirinya sedang dalam perjalanan menuju pulang, setelah semalam Akbar bermalam di rumah istri pertamanya, yaitu diriku sendiri.Ceklek!Pintu utama terbuka. Senyum Mulan berangsur memudar setelah tahu bukanlah Akbar orang yang telah mengetuk pintunya. "Hallo," ucapku ramah sambil tersenyum menatap wajah Mulan. Meneliti setiap lekuk wajah wanita yang telah berhasil menembus hati terdalam suamiku."Maaf, Anda siapa?" Mulan terlihat tidak suka dengan kehadiranku."Aku adalah tetangga baru sebelah rumahmu. Perkenalkan, namaku Rose."Mulan tidak langsung menjabat tanganku, Ia masih setia memandangi wajahku dengan tatapan mata penuh curiga."Em, baiklah. Sepertinya kehadiranku tidak terlalu diterima. Aku minta maaf, karena sudah mengganggu waktu anda, maaf saya permisi.""Oh, tidak. Bukan begitu…aku hanya sedang menunggu kepulangan suamiku. Jadi, sedikit t
"Apakah mas mendengar dengan jelas ucapan dokter tadi, bahwa sakit perut yang mas alami karena kebanyakan makan yang mengandung asam dan pedas. Tapi, aneh sekali, setahu aku, Mas bukanlah pecinta makanan pedas. Lagi pula, aku sangat jarang membuatkan makanan pedas untuk mas makan. Jangan-jangan, mas suka jajan sembarangan ya?"mas Akbar membuang pandangannya ke arah lain. Kedua matanya itu nampak takut untuk menatap wajahku."Mas?""Tidak sayang, oh…mungkin saja waktu ada acara di luar kantor. Mas tidak sengaja makan, makanan yang kurang sehat." jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya ke arah lain.Aku hanya mengangguk mengiyakan, malas untuk menambah suasana yang kurang nyaman ini. Lagi pula, memang diriku lah yang mencampurkan obat pencuci perut ke dalam makanannya. Ini adalah sebuah permulaan pembalasan dendam seorang istri pada suami yang kurang ajar Seperti mas Akbar. Pria seperti dirinya harus merasakan rasa sakit. Itu adalah tekad kuat yang ada dalam diriku.Setelah dipikir-pik
Mas Akbar tidak menyerah begitu saja. Ia bergegas menyusul diriku yang sedang membereskan bekas makanan di meja makan. Belum sempat melangkahkan kakiku menuju ke dapur, dari arah belakang Mas Akbar memeluk erat tubuhku."Jangan marah ya. Mas akan berusaha untuk membuat rumah tangga kita bahagia selamanya.""Selamanya?" aku tersenyum getir mendengar ucapan Mas Akbar. Begitu pandai mulut manisnya itu untuk berbohong pada diriku."Iya, selamanya." Mas Akbar semakin mempererat pelukannya."Baiklah, nanti akan kita bahas lagi Mas. Kali ini, aku harus membereskan ini semua."Mas Akbar mengerti maksud ucapanku. Ia Pun melepaskan pelukannya padaku. Tanpa berbalik menatap wajah Mas Akbar, aku melanjutkan langkahku ke arah dapur. Masih ada rasa kesal membelenggu hatiku atas sikap Mas Akbar yang terlalu banyak melontarkan kata-kata cinta. Padahal, kata Cintanya itu hanyalah omong kosong belaka. ***Ketika kembali ke dalam kamar, aku melihat Mas Akbar sedang tertidur. Sepertinya aku sudah benar-
Abian memandang penuh takjub wanita berhijab yang memiliki pahatan wajah begitu sempurna. Kedua mata indah dengan hidung mancungnya, serta bibir mungil berwarna pink. Begitu Indah dipandang."Apa aku terlalu cepat datang ke rumahmu?""Tidak, kau tepat waktu. Apa kau membawa semua yang aku katakan?" jawab wanita yang tidak lain adalah diriku sendiri sambil tersenyum menatap wajah Abian. Pria itu terlihat begitu sangat tampan dengan setelan baju santainya. Celana jeans dan kaos berwarna putih polos."Ayo, masuklah!" ajakku.Abian menganggukan kepalanya lalu mengikuti langkahku.Aku sengaja mengajak Abian untuk duduk di ruang tamu, dengan begitu jika suamiku keluar, dari lantai dua akan dengan mudah melihatku dari atas."Akan aku buatkan minuman dulu,"Abian masih setia memamerkan deretan gigi putihnya itu. tak ada yang berubah dari dulu, Ia masih saja murah senyum padaku walaupun aku adalah wanita yang telah mematahkan semangat hidupnya saat itu.Abian menatap sekeliling rumah Mawar, mel
Mulan menajamkan pendengarannya. Setelah bersaing menangis tersedu-sedu dengan Nathan yang butuh untuk di berikan susu, Mulan menghentikan tangisannya dan berjalan keluar kamar tanpa melihat box bayi Nathan. Bayi itu masih setia menangis histeris karena tak mendapatkan apa yang ia inginkan.Setelah membuka pintu rumah, Mulan dapat melihat seorang pria berkulit sawo matang sedang tersenyum melihat ke arahnya."Siapa anda?""Saya Jimmy, yang ditugaskan pak Akbar untuk datang ke sini. Beliau hari ini tidak dapat datang, karena masalah kesehatannya. Kalau ada yang ingin anda inginkan, anda dapat mengatakan langsung pada saya agar saya dapat membelikan keperluan yang anda inginkan."Mendengar penuturan pria di hadapannya itu, Seketika wajah Mulan memancarkan sebuah senyum kemenangan.dengan datangnya pria bernama Jimmy ini, Ia bisa meminta bantuan kepada Jimmy agar membelikan susu formula untuk Nathan."Belikan aku susu termahal dan pastinya paling bagus untuk Nathan. Untuk bayi usia nol sa
Setelah berhasil mendaratkan ciuman bibir pada diriku, Mas Akbar terlihat begitu bahagia. Ia kembali mengecup keningku, sebagai penutup pergulatan antara rasa kesal dan cemburunya pada Abian. "Puas?" sarkasku."Sangat, bibirmu begitu candu dan selalu ingin aku rasakan kenikmatannya." Mas Akbar mengelus lembut kepalaku yang tertutup oleh Hijab."Benarkah, itu?"Mas Akbar nampak mengangguk dan tersenyum menanggapi pertanyaan diriku."Baiklah, sudah cukup untuk hari ini. Aku harus menyiapkan makan malam kita, mas.""Pesan saja sayang…" rengek Mas Akbar. "Baiklah." Akhirnya aku memilih untuk mengalah dari pada harus berdebat dengan Mas Akbar. "Oh iya mas, besok malam kita harus menghadiri acara ulang tahun pernikahan Paman Hamzah. Dan jangan sampai lupa, kalau ada kendala di kantor, Mas besok harus tetap datang. Jangan sampai melewatkan hal ini."Mas Akbar sedikit terkejut mendengar penuturan diriku, ia nampak duduk dengan gelisah. Mungkin karena sudah membuat janji dengan Mulan, sehin
Pesta ulang tahun pernikahan Paman Hamzah dan Bibi Auliya merupakan salah satu pesta yang menurutku begitu mewah dan berkesan. Para tamu undangan terlihat begitu suka cita menyambut kedatangan suami istri itu. Aku hanya duduk sendirian di sebuah meja bundar yang dikelilingi oleh empat kursi yang masih kosong.Mas Akbar? Pria itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Karena merasa tidak nyaman dengan tatapan mata keluarga dari pihak Mas Akbar, aku memutuskan untuk duduk sendiri, tanpa ingin diganggu dengan pertanyaan-pertanyaan tak penting yang sebenarnya mereka sudah tahu Jawabannya."Sendirian?" aku menatap pria dengan postur tubuh tinggi sedang menatap diriku. "Abian?" "Boleh aku duduk?""Tidak ada yang melarangnya," jawabku sinis. Entah mengapa, diriku justru melampiaskan kekesalanku pada Abian. Pria itu nampak mengambil tempat duduknya yang berhadapan langsung dengan diriku."Lihatlah pasangan suami istri itu, mereka sudah menikah selama tiga puluh tahun. Sebuah bukti bahwa
Sehari sebelum pesta pernikahan.Akbar memijat kepalanya walaupun tak terasa sakit sama sekali. pria tampan berhidung mancung tersebut nampak begitu frustasi saat mengiyakan ajakan mawar agar menemani istrinya itu pergi ke pesta paman Hamzah dan Bibi Auliya. belum sempat Ia bangun dari posisi tidurnya, ponselnya kembali bergetar. Akbar pikir, Mulan yang menghubungi dirinya. Saat Akbar memperhatikan layar ponselnya, ternyata nomer Jimmy mengirim sebuah pesan singkat. Karena rasa penasarannya, Akbar segera membuka pesan singkat tersebut. dan sebuah foto Mulan telah tergambar jelas sedang memberikan botol dot susu pada Nathan.Wajah Akbar memerah menahan amarahnya. Berulang kali Akbar telah mewanti-wanti agar Mulan tidak memberikan susu formula untuk Nathan. Karena Akbar menginginkan anaknya itu bisa menikmati Asi ibunya selama enam bulan pertamanya. Tapi, lihatlah foto ini. Mulan telah membuat kesalahan besar dengan memberikan susu formula pada Nathan. Dengan perasaan yang bercampur ad