Happy Reading
"Apa yang membuatmu datang kemari?"tanyaku penasaran pada sosok yang saat ini berdiri di hadapanku.Akbar tidak menjawab, kepalanya celingukan mencari keberadaan seseorang."Apa yang sebenarnya kau inginkan, Akbar? Lebih baik kau pulang saja."Saat hendak melewati tubuh Akbar, pria itu mencekal lenganku, membuatku terpaksa menghentikan langkah kaki dan kembali memandang wajahnya."Aku ingin kita memulai sebuah lembaran baru. Mulan Seperti hilang ditelan bumi. Wanita itu meninggalkan diriku begitu saja." Ucapnya sambil tersenyum menatap wajahku.Aku segera menepis tangan Akbar, dadaku bergemuruh menahan diri agar tidak mengucapkan kata-kata kasar. Aku tidak ingin pengunjung Restoran terganggu dengan kemarahanku.Tak ingin berlama-lama, aku bergegas meninggalkan Akbar. Berjalan keluar Restoran."Mawar, tunggu!"tak kusangka, Akbar masih saja mengejarku sampai ke tempat parkir."Apa sih yang kau inginkan!" sentakku dengan perasaan kesal setengah mati melihat polah tingkah Akbar yang kekan
"Aku belum selesai bicara!" cegah Akbar, merasa pernyataan Abian terdengar begitu mengusik hatinya."Apa lagi yang ingin kau dengar?" Abian berbalik dan menatap wajah Akbar. Dua pria tampan itu terlihat memiliki ekspresi sama-sama dingin dan hal itu membuat suasana semakin tegang saja."Ayahmu ada di balik semua ini. Cobalah untuk berpikir, apa yang membuat kehidupan rumah tanggamu dengan Mawar berantakan. Kalau kau selalu beralasan kau berselingkuh karena perilaku seksual yang menyimpang, lalu atas dasar apa seorang wanita seperti Mulan mau tinggal dengan orang yang tak normal seperti dirimu!"Akbar sama sekali tidak menyangka, ucapan Abian begitu menusuk hati dan pikirannya. Pria itu ingin sekali menghajar habis-habisan Abian, namun Ia berusaha untuk tetap tenang dan mendengarkan alasan, mengapa Abian begitu ngotot untuk menyalahkan ayahnya."Kita sama-sama seorang Pengusaha dan memiliki banyak uang untuk mengetahui hal-hal yang ingin kita ketahui. Kalau kau tidak begitu peduli denga
Dengan perasaan yang kacau, Akbar memutuskan untuk menemui orang tuanya yang saat ini berada di rumah. Ingatannya kembali pada saat pertama kalinya Ia bertemu dengan Mulan yang saat itu sedang diTawan oleh beberapa Orang yang mengaku telah membayar mahal gadis desa itu. Tidak ada kecurigaan sama sekali. Ia benar-benar merasa iba atas hal yang terjadi pada Mulan saat itu.Sampai pada akhirnya, dirinya mulai menyadari bahwa Ia jatuh cinta pada gadis desa yang sangat berbeda sekali dengan Mawar.Mulan sangatlah lembut dan selalu membutuhkan pertolongannya. Sebagai seorang Pria, Ia merasa sangat dibutuhkan dan dihargai."Sial!" teriaknya frustasi. Mobil yang dikendarainya melaju sangat cepat agar cepat sampai ke rumah orang tuanya.Sesampainya di rumah, Akbar segera memarkir mobilnya dan berlari ke dalam rumah, mencari sosok pria yang sangat ingin ia temui."Akbar?" Sania tersenyum menatap anak semata wayangnya itu. Wajah Akbar tampak begitu merah, Seperti menahan sesuatu."Dimana Ayah, Bu
Dunia Akbar runtuh dalam hitungan detik. Kedua matanya masih menatap tak percaya dua tubuh yang tanpa busana saat ini saling melekat dan berkeringat bersama menapaki gairah cinta yang tiada tara.Tak ada yang bersuara, semuanya tenggelam dalam pikiran masing-masing."Mas Akbar…" lirih Mulan, dengan linangan air mata yang membasahi pipinya.Akbar ambruk begitu saja, tubuhnya terasa begitu lemah. Kalau dimasa lalu, Ia menyakiti Hati Mawar dengan menyetubuhi wanita lain, kini Akbar harus menanggung beban derita yang entah bisa disembuhkan atau tidak selama sisa umurnya, karena melihat dengan jelas tubuh istrinya kini disetubuhi oleh Ayahnya sendiri."Akbar!" teriak Sania panik melihat anaknya jatuh terduduk di lantai.Sania hanya mampu memeluk tubuh Akbar sambil menangis menjerit pilu, merasakan rasa sakit yang akan Akbar tanggung seumur hidupnya."Apa ini, Bu? Kenapa nasibku Seperti ini? Aku memiliki ayah monster dan wanita yang…" tangisnya pecah. Pria tegap itu menangis dalam pelukan Sa
Perasaanku saat ini sedang dalam keadaan kurang nyaman. Setelah Abian pamit akan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan keluarga Akbar, entah mengapa perasaan ini tak menentu."Belum ada kabar?" tanya Mama yang saat ini duduk di sebelahku.aku menggeleng sambil terus mencoba untuk menghubungi nomer telpon Abian."Sebentar lagi juga Abian memberi kabar. Jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan ini. Polisi juga sudah memiliki bukti yang cukup kuat untuk menangkap Sandoro." Papa memotong pembicaraan kami. Pria paruh baya itu terlihat asyik menikmati teh hangat dan pisang goreng buatan Mama."Tapi, Pa…tidak biasanya Abian bersikap seperti ini." Jawabku sambil memaksakan senyum."Coba cek ponselmu, siapa tahu saja sudah ada berita penangkapan Sandoro."Aku menuruti kemauan Papa dan melihat berita terbaru yang menyuguhkan video penangkapan Sandoro.Mama yang melihat ekspresi wajahku menyimpulkan sesuatu dan segera menyalakan layar televisi. "Benar dugaan Papa," lirih Mama sambil mengelus lem
"Sayang, malam ini aku tidak bisa menemanimu seperti malam-malam minggu sebelumnya." ucap Mas Akbar sambil memakai kemeja pendek berwarna Navy. Aku yang sedari tadi sedang membaca ratusan chat di grup WA pun hanya dapat tersenyum getir saat mendengarkan ucapannya. Lagi-lagi Mas Akbar tidak bisa menemaniku meski hari ini adalah hari libur. Hampir semua temanku sedang memamerkan deret foto-foto keluarga mereka yang sedang bermalam mingguan, bahkan ada sebagaian yang sengaja berdialog dengan mereka.Bagiku, akan menjadi momok bila aku masuk bergabung dengan mereka. Bukan karena minder karena merasa tidak layak, melainkan karena sikap Suamiku yang sudah dua bulan terakhir ini berubah. Apalagi, perubahan itu pun telah dirasakan oleh sebagian keluarga besar suamiku sendiri. Contohnya saja, malam ini. Biasanya Mas Akbar akan selalu mengajakku makan malam ke sebuah restoran. Tapi, ini adalah malam minggu yang kedelapan kalinya Mas Akbar tidak pernah mengajakku pergi. "Apa malam ini
Setelah kepergian orang tua Mas Akbar, aku memutuskan untuk kembali melakukan aktivitasku yang tadi sempat terhenti. Pekerjaan yang aku lakukan baru selesai saat jarum jam bergerak ke angka sembilan tepat. Bersamaan itu juga, aku yang hendak menaiki tangga rumah menuju kamar, melihat pintu rumah yang terbuka. Ya, siapa lagi kalau bukan Mas Akbar. Karena hanya dialah yang memiliki kunci cadangan rumah ini. Aku bergegas menaiki anak tangga, malas jika harus berdebat tentang apa dan kenapa dirinya tak pulang Semalam. "Sayang…apakah kau di dalam kamar mandi?"Aku tidak menjawab panggilan Mas Akbar. Lebih baik bergegas untuk membersihkan diriku dari pada harus menjawab pertanyaan Mas Akbar. ***"Apa kau marah karena semalam aku tidak pulang, sayang?" Mas Akbar terlihat terduduk di pinggiran kasur sembari memandangi wajahku. "Tidak Mas, aku juga minta maaf karena semalam ketiduran. Jadi, aku tidak sadar semalam kau tidak pulang. Pagi ini, aku juga bangun kesiangan jadi berfikir bah
Aku memasuki restoran Solaria bersama dengan Mas Akbar. Saat akan duduk di meja makan yang masih kosong, aku dapat menangkap sosok tubuh wanita yang tadi bersama kami di dalam Lift. Sekilas, aku dapat melihat wanita itu tersenyum manis padaku dan berlalu begitu saja sambil melambaikan tangannya pada salah satu pengunjung Restoran yang duduknya tidak jauh dari tempat kami duduk. "Oh, ya sayang. Mau pesan apa?" Mas Akbar bertanya, tetapi pandangannya masih tak lepas dari layar ponselnya. "Nasi goreng kambing, Fuyunghai, Chicken Mozarella plus kentang. Minumnya es lemon tea dan es jeruk." Wajah Mas Akbar mendongak menatap wajahku. "Banyak sekali," komentarnya. Mas Akbar lalu berdiri dan berjalan ke arah meja kasir untuk memesan makanan. setelah itu, Ia terlihat berjalan kembali ke tempat duduknya. "Sudah?" tanyaku saat Mas Akbar telah kembali duduk di kursinya. Mas Akbar hanya diam sambil menganggukkan kepalanya. Tangannya kembali meraih ponsel yang ada di saku celananya dan mulai