Share

Bab 3 ( Kamu Sudah Berubah, Mas! )

Aku memasuki restoran Solaria bersama dengan Mas Akbar. Saat akan duduk di meja makan yang masih kosong, aku dapat menangkap sosok tubuh wanita yang tadi bersama kami di dalam Lift. Sekilas, aku dapat melihat wanita itu tersenyum manis padaku dan berlalu begitu saja sambil melambaikan tangannya pada salah satu pengunjung Restoran yang duduknya tidak jauh dari tempat kami duduk.

"Oh, ya sayang. Mau pesan apa?" Mas Akbar bertanya, tetapi pandangannya masih tak lepas dari layar ponselnya.

"Nasi goreng kambing, Fuyunghai, Chicken Mozarella plus kentang. Minumnya es lemon tea dan es jeruk."

Wajah Mas Akbar mendongak menatap wajahku.

"Banyak sekali," komentarnya.

Mas Akbar lalu berdiri dan berjalan ke arah meja kasir untuk memesan makanan. setelah itu, Ia terlihat berjalan kembali ke tempat duduknya.

"Sudah?" tanyaku saat Mas Akbar telah kembali duduk di kursinya.

Mas Akbar hanya diam sambil menganggukkan kepalanya. Tangannya kembali meraih ponsel yang ada di saku celananya dan mulai mengetikkan kata yang pastinya tidak dapat aku lihat.

"Sibuk banget, Mas." Sindirku tanpa bisa mengontrol kata-kata yang tak seharusnya keluar dari mulutku.

"Ini, ada pesan dari bos." Pandangan Mas Akbar sekalipun tidak mengarah padaku.

Sebelum kami menikah pun, Mas Akbar terkenal dengan sikap cueknya. Tapi, entah mengapa justru aku sangat tertantang dengan sikapnya itu. Dan sikap Mas Akbar selama pernikahan kami tidak berubah sama sekali. Masih dingin dan cuek padaku yang tidak lain adalah istrinya.

Saat hendak mengeluarkan kata-kata, dua orang pelayan restoran datang sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman pesanan kami. Aku Pun mengurungkan niatku untuk memperpanjang obrolan kami.

"Ini yang kemaren 'kan?,"

Aku mendongak menatap wajah pelayan yang sedang menatap wajah Mas Akbar.

"Anaknya sudah lahir, pak?"

Raut wajah Mas Akbar terlihat begitu terkejut mendapat pertanyaan dari pelayan restoran tersebut.

"Apa maksudmu?!"

Aku terkejut mendengar bentakan marah Mas Akbar. Biasanya Ia adalah orang yang tidak terlalu terpengaruh oleh hal-hal yang belum jelas arah pembicaraannya.

"Maaf, pak. Bukankah bapak yang datang waktu itu dengan seorang wanita hamil?"

Mas Akbar menatap wajahku. Aku hanya diam mendengarkan kelanjutan perkataan pelayan itu.

"Sinta, jangan aneh-aneh. Ayo balik. Mungkin bukan bapak yang ini." Ucap temannya yang sejak tadi berdiri di belakang tubuh gadis itu. Aku bisa menyimpulkan Ia seorang gadis karena dari raut wajahnya yang terlihat masih begitu muda.

"Kau salah orang." Jawab Mas Akbar yang terlihat sudah bisa tenang. Urat lehernya yang sempat terlihat tadi, Telah menghilang pertanda emosi dalam dirinya sudah bisa teratasi dengan baik.

"Oh, maaf kalau begitu pak."

"Sekali lagi kau berkata yang aneh-aneh, akan saya adukan pada Bosmu agar kau dipecat!"

Kedua pelayan itu nampak menunduk takut dengan ancaman Mas Akbar.

"Sudah mbak, nggak masalah. Lanjutin saja kerjanya." Aku sedikit kasihan melihat wajah keduanya yang terlihat ketakutan karena ancaman Mas Akbar.

"Mas, jangan seperti itu. Kasihan mereka."

"Kasihan?"

Aku mengangguk mengiyakan.

"Yang seharusnya kamu kasihani itu, aku Mawar! Bagaimana kalau kamu percaya dengan kata-kata pelayan restoran tadi? Rumah tangga kita bisa berantakan gara-gara fitnah ini." Tatapan mata Mas Akbar terlihat begitu marah. Tentu saja kamu marah mas, kamu takut ketahuan oleh diriku soal perselingkuhan yang kamu lakukan di belakangku.

Aku menggeleng sambil meraih tangan Mas Akbar.

"Tentu saja aku percaya padamu, Mas. Mana mungkin aku begitu saja percaya pada orang lain. Kamu kenal siapa diriku, Mas. Aku adalah seorang wanita yang tidak mungkin langsung mengambil suatu keputusan tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengan dirimu. Mencari tahu kebenarannya."

Ya, aku akan melakukan itu semua mas. Mencari siapa sebenarnya wanita yang telah masuk ke dalam hati suamiku.

Sebuah Senyuman terbit dari wajah Mas Akbar.

"Terimakasih, atas semuanya sayang. Kau adalah istri terbaik bagiku."

"Okey, lebih baik kita lanjutkan makan yang tertunda ini. Karena perutku sudah keroncongan."

Mas Akbar kembali tersenyum.

Meski aku tahu, Mas Akbar berbohong padaku. Aku berharap ini semua bisa dirubah. Aku harus memastikan bahwa hal yang selama ini menggangguku adalah kesalahan yang harus segera diluruskan.

"Sayang, kamu milih apa?" Mas Akbar Kembali meraih tanganku.

Aku menatap makanan yang tadi telah dipesan oleh Mas Akbar.

"Nasi goreng kambing saja mas. Mas pesan nasinya hanya satu?" aku menyadari hanya ada nasi goreng yang tersaji di hadapanku. Selain itu, hanya ada Fuyunghai, chicken Mozarella dan gorengan kentang.

"Mas makan Chicken Mozarella sama kentangnya saja."

Aku menatap wajah Mas Akbar. Seandainya saja aku tidak mengetahui perselingkuhan dirinya dengan wanita lain, pasti rasanya akan berbeda. Mas Akbar sengaja mengalah padaku.

Padahal, aku tahu Nasi goreng kambing merupakan menu makanan favoritnya. Tapi, Setiap hal romantis yang Mas Akbar lakukan Sekarang menurutku sudah berbeda. Rasanya sudah tidak sama lagi. Rasanya sudah berbeda,Karena cintanya yang dulu utuh untuk diriku, telah terbagi menjadi dua bagian.

***

"Sayang, besok aku akan keluar kota." Ucap Mas Akbar. Pandangan matanya masih terfokus ke depan. Saat Ini Ia sedang berkonsentrasi dalam menyetir mobil.

"Kemana Mas?"

"Samarinda."

"Benarkah itu Mas?"

Mas Akbar menatapku sekilas, lalu tersenyum.

"Apa aku boleh ikut, mas. Aku ingin melihat Masjid Islamic Center di Samarinda."

Mas Akbar tampak melipat kedua bibir nya ke dalam. Seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu.

"Tapi, kalau Mas keberatan aku tidak masalah. Selama mas pergi, aku akan tinggal di rumah Ibu dan Ayah."

"Maaf ya, sayang."

Jangan meminta maaf Sekarang mas. Terlalu cepat jika maaf itu hanya sekedar untuk menutupi kebusukan yang selama ini kau sembunyikan.

Aku memandang ke luar jendela Mobil pemandangan kota Balikpapan. Semuanya terasa begitu indah.

"Kita pergi ke pantai, ya sayang…"

Aku menoleh melihat ke arah Mas Akbar yang masih setia menatap ke depan.

"Anggap saja ini sebagai gantinya liburan. Karena tidak bisa ikut Mas ke Samarinda."

Aku menggeleng sambil terus menatapnya.

Mas Akbar tampak bingung dengan tindakanku yang menolak permintaan maaf yang dibungkus dengan ajakan pergi ke pantai.

"Kenapa?"

"Aku ngantuk, Mas. Besok-besok aku bisa pergi dengan Siti atau….."

"Abian?"

Mendadak suasana menjadi hening saat Mas Akbar menyinggung soal Abian.

"Apa maksudmu, Mas? Kenapa jadi bawa-bawa nama orang lain." Aku menjadi kesal dengan sikap Mas Akbar.

"Aku hanya memastikan bahwa kau tidak mungkin pergi dengan pria itu. Benar bukan? Wajar jika aku cemburu padanya, karena aku tahu masa lalu kalian."

"Dan yang aku pilih sekarang adalah dirimu, Mas. Bukan Abian."

Mas Akbar tampak kesal, tangannya berhasil memukul setir mobil.

***

kupandang Foto pernikahan yang tergantung di dinding kamar. Sebuah Foto yang menampilkan senyumanku bersama dengan Mas Akbar. Kami berdua terlihat serasi sekali. Saling menatap sang fotografer yang saat itu bersiap untuk memfoto kami berdua.

"Kamu sudah berubah, Mas….." ucapku dalam hati.

Suara deru mesin Mobil kembali terdengar. Sepertinya Mas Akbar telah keluar dari rumah, tanpa berpamitan dengan diriku. Seharusnya aku yang marah karena sikapnya yang berubah selama dua bulan ini. Tapi, karena dirinya sendiri yang mengingatkan tentang Abian. Mas Akbar juga yang marah dengan masalah yang menurutku sangat sepele ini.

Aku mengeluarkan ponselku dan kembali menatap pesan singkat yang dikirim oleh seseorang. sebuah Foto Mas Akbar bersama dengan wanita yang sedang hamil.

" Aku akan mencari tahu, siapa kau sebenarnya. kau mampu membuat Suamiku berubah. aku harus berterima kasih padamu, saat kita bertemu nanti." Aku memaksakan diri untuk tersenyum. sebuah senyuman yang terlampau manis.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
amymende
ngaco juga ceritanya
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
qm cemburu klu istrimu jln sama Abian trs apa kabar sakit hati istri mu yang udah tahu perselingkuhan mu akbar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status