Saat Mas Akbar Kembali ke rumah, waktu telah menunjukkan pukul empat sore. Selama lima jam keluar dari rumah, tidak satupun pesan yang Mas Akbar kirimkan untukku. dan anehnya, aku merasa biasa saja. Sepertinya ini menjadi hal biasa yang aku alami selama kurang lebih dua bulan ini, dan itulah sebabnya mengapa aku merasa biasa saja tanpa pesan Mas Akbar. "Bahkan sampai aku pulang pun, kau tidak mencari keberadaanku!" Mas Akbar tampak seperti orang yang sedang dalam pengaruh Alkohol. Jalannya sempoyongan dan beberapa kali terjatuh dan Berdiri lagi. Aku yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Mas Akbar. Sebelum Mas Akbar sampai ke tempat dudukku, aku merekam videonya dengan ponselku. "Mawar, aku mencintaimu lebih dari Wanita itu." Bruk! Sekali lagi, Mas Akbar kembali terjatuh ke lantai. "Tapi…Mulan. dia, Berbeda denganmu." Mulan? Aku menggenggam erat ponselku, melampiaskan hasrat ingin mencekik leher suamiku yang sedang
Akbar memasuki sebuah kamar Hotel. Ia sengaja memindahkan tempat persembunyian Wanitanya agar tidak ada yang mengetahui kebenarannya. Setelah mendapatkan pertanyaan dari pelayan restoran itu, Akbar jadi tidak tenang. "Sayang…" ucapnya seraya merengkuh tubuh wanita yang selama hampir satu tahun ini singgah di hatinya. "Bagaimana dengan keadaanmu? Sudah baikan?" Wanita itu menggeleng lemah. "Kita harus segera pergi ke dokter, Mas." "Apa ini sudah waktunya?" Sang wanita mengangguk mengiyakan. Akbar mengelus lembut perut buncit wanita itu. "Sebentar lagi kita bertemu sayang." Ucapnya seraya mencium perut buncit wanita yang telah dinikahinya secara siri itu. "Ayo Mas, aku sudah menyiapkan semua kebutuhan yang akan kita perlukan di dalam tas." "Yakin, semua sudah?" Wanita bernama Mulan itu tersenyum manis. "Aduh, Mas perutku sakit sekali." Rengek Mulan sambil menggenggam erat tangan Akbar. "Baiklah, ayo kita berangkat sekarang ke rumah sakit. Aku pinjam mobilmu, supaya tidak ad
Sudah satu Minggu semenjak kepergian Mas Akbar, aku sama sekali tidak pernah mendapatkan kabar dari suamiku itu. Tidak ada pesan untuk sekedar mengucapkan selamat malam atau mengingatkan untuk jangan sampai telat makan. Semuanya terasa begitu hambar, aku seperti menikah dengan orang asing yang tak aku kenali."Ayah ingin mengajakmu untuk pindah ke Jakarta." Ucap Ayah yang saat ini sedang duduk di sofa ruang tamuku. Ini adalah kedatangan beliau yang begitu mendadak. Biasanya ayah akan datang bersama dengan ibu. Tapi, Kali ini tidak. Pasti ada suatu hal penting yang ingin disampaikan beliau tanpa sepengetahuan Ibu."Tapi aku suka dengan kota ini, Ayah. Balikpapan sangatlah berbeda, suasananya masih aman tidak seperti Jakarta yang penuh dengan polusi udara." "Ayah ingin kau tahu, jika ayah tidak bodoh Mawar. Jika kau tidak juga mengikuti perintah Ayah, bersiaplah untuk menggugat cerai suamimu itu.""Tidak, Ayah.""Beri Ayah satu alasan mengapa kau masih bertahan pada laki-laki brengsek
Pagi yang cerah membentang di hadapanku. Aku baru akan berangkat ke rumah Siti setelah mendapatkan izin dari Mas Akbar. ada beberapa hal yang harus aku bicarakan dengan sahabatku itu."Sorry, sayang. Mas tidak bisa mengantarkan dirimu. Karena, ada hal yang harus Mas kerjakan sekarang.""Masalah kantor?" tanyaku penasaran dengan penampilan Mas Akbar. Biasanya saat Ia keluar dari rumah, Ia akan memperhatikan penampilannya. tapi, kali ini penampakannya sangat berbeda. Baju semalam masih Ia pakai, pertanda Mas Akbar belum mandi pagi ini.Aku mengambil sepatu pantofel pada rak sepatu yang berada di teras rumah, lalu memakainya."Iya,""Yakin?""Sayang, aku serius. Aku berangkat dulu, ya." Mas Akbar mengelus lembut kepalaku yang sudah tertutup hijab, lalu mencium sekilas pipiku. ***Akbar berusaha untuk bersikap tenang saat Mawar mulai curiga. Akbar dapat menangkap raut wajah istrinya itu seperti mencari sebuah jawaban atas kebohongan yang Disembunyikannya. Berkali-kali ponsel yang Ia le
Jam telah menunjukkan pukul empat sore, tapi tanda-tanda kepulangan Mas Akbar belum bisa dipastikan. Ponselnya juga tidak aktif."Apa Akbar sudah biasa pulang tanpa kabar, Mawar?" ibu mertuaku nampak tersenyum getir, menatap diriku yang terlihat begitu gelisah."Tidak, Bu. biasanya juga Mas Akbar memberi kabar kalau pulang telat." Bohongku, untuk menutupi aib suamiku itu."Ibu benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikirannya. Sebenarnya kau sudah tau belum, siapa Selingkuhan Akbar?"Ku Gelengkan Kepalaku, rasanya tidak terlalu etis jika membahas wanita yang sama sekali belum aku kenal."Seandainya kau tahu, ibu akan ikut andil dalam memarahi pelakor itu. Wanita itu harus diberikan pelajaran. Mawar, benarkah kau tidak masalah bertahan di samping pria yang sudah menghianati dirimu?" ibu meraih tanganku, lalu digenggamnya begitu erat."Ibu akan mendukung sepenuhnya keputusan yang akan kau buat, jadi jangan pernah ragu untuk datang langsung pada ibu."Aku mengangguk mengiyakan, rasan
Butuh waktu selama dua bulan untuk bisa mendapatkan semua informasi tentang Mulan, Selingkuhan Suamiku itu. Ternyata selama ini Ia tinggal di sekitar lokasi perumahan yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku. Ini benar-benar hal yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya."Jadi, kau tahu benar keseharian Mulan?" aku bertanya karena rasa penasaran yang begitu memuncak. tak sabar rasanya, berkenalan dengan seorang wanita idaman lain suamiku."Bahkan, ada orang yang membantu kita. Rumah yang berada tepat di sampingnya itu sudah diberi sertifikat atas namamu, tapi bukan dengan nama Mawar, melainkan Rose. Katanya, Ia mendukung aksimu." Jawab Siti begitu antusiasnya."Kau tidak takut, kalau itu semua adalah jebakan? Bisa saja dari pihak Suamiku atau Selingkuhannya itu tahu gerak gerik kita selama ini.""Big No! Selingkuhan Akbar adalah orang biasa yang di ambil Akbar dari panti asuhan,di Jawa tengah. Jadi, kemungkinan kecil seorang anak yatim piatu memiliki koneksi besar sehingga mampu m
Aku sedikit terkejut saat berbelanja di sebuah Mall, kedua mataku menangkap sosok tubuh yang sama persis seperti yang sudah aku kenali dari berbagai gambar dan juga video. MULAN! Wanita bertubuh kecil dan memiliki warna kulit eksotis itu terlihat sedang memilih-milih perlengkapan bayi. Aku tersenyum senang, akhirnya tanpa harus bersusah payah, Ikan yang ingin aku pancing, datang sendiri tanpa harus aku susah payah untuk meraihnya. Belum selesai rasa keterkejutan yang aku alami, sesosok pria yang aku kenali sedang menghampiri Mulan. Sambil menggendong seorang bayi!Hebat! apakah itu anak mereka? Wah, Mas Akbar. Kau menyumpal kandunganku dengan berbagai pil KB, agar aku tak dapat hamil. Tapi lihatlah Selingkuhanmu itu, kau benar-benar manusia terkejam yang pernah aku kenal Mas!Untuk saat ini, aku harus pergi meninggalkan mereka. Karena posisiku sungguh tidak aman karena Mas Akbar terlihat begitu posesif terhadap Mulan dan tentu saja, anak mereka!Sakit hati? Jangan lupa untuk menanyaka
Mulan mempercepat langkah kakinya, berharap jika yang datang adalah Akbar suaminya. Karena satu jam yang lalu, Akbar memberi kabar bahwa dirinya sedang dalam perjalanan menuju pulang, setelah semalam Akbar bermalam di rumah istri pertamanya, yaitu diriku sendiri.Ceklek!Pintu utama terbuka. Senyum Mulan berangsur memudar setelah tahu bukanlah Akbar orang yang telah mengetuk pintunya. "Hallo," ucapku ramah sambil tersenyum menatap wajah Mulan. Meneliti setiap lekuk wajah wanita yang telah berhasil menembus hati terdalam suamiku."Maaf, Anda siapa?" Mulan terlihat tidak suka dengan kehadiranku."Aku adalah tetangga baru sebelah rumahmu. Perkenalkan, namaku Rose."Mulan tidak langsung menjabat tanganku, Ia masih setia memandangi wajahku dengan tatapan mata penuh curiga."Em, baiklah. Sepertinya kehadiranku tidak terlalu diterima. Aku minta maaf, karena sudah mengganggu waktu anda, maaf saya permisi.""Oh, tidak. Bukan begitu…aku hanya sedang menunggu kepulangan suamiku. Jadi, sedikit t