Share

Part 18

Hening sejenak. Tiada yang menginterupsi perkataanku lagi. Mungkinkah mereka membiarkan diri ini bermain sebentar dengan 'Kehaluan' yang mereka pikir kuciptakan sendiri, atau hanya memberikanku waktu untuk berdamai dengan takdir seseorang? Entahlah. Aku tak mau ambil pusing dengan praduga orang-orang terhadapku.

Om Santo tampak memejamkan mata. Sesekali ia memijit pelipis hingga ke pangkal hidungnya. Tarikan napas gusar lalu membuangnya kasar terus ia lakukan.

Beberapa menit terlewati, tetapi para dewasa tak ada yang membuka suara. Kami berempat hanya diam mengatupkan mulut. Mungkin saja Om Santo, Mbok Lani, dan Mbak Hanum larut dengan alam pikiran mereka masing-masing prihal perkataan dan permintaanku. Ruangan yang dipenuhi aroma obat-obatan ini hanya disusupi oleh celoteh kecil nan riang serta berisik dari dua bungkus jajanan yang ada di tangan Qairen saja, selebihnya tak ada.

"Ay ...." Papa tiriku akhirnya kembali bersuara. "Om tau kamu begitu kehilangan orang yang sangat berarti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status