Jangan lupa tinggalkan komentar kalian. Yang belum memberi ulasan dan bintang 5, saya tunggu ulasan kalian. Terima kasih
“Kesel!”Rani pulang dengan emosi. Dia membanting tasnya di sofa karena geram ketika ingat bagaimana Dhira menjambak lalu mendorongnya sampai jatuh.Mirna terkejut melihat putrinya datang sambil marah-marah bahkan sampai membanting tas.“Ada masalah apa sih sampai kamu marah-marah seperti itu?” tanya Mirna keheranan.Rani duduk dengan kasar di sofa, kemudian menoleh sang mama yang sudah menatapnya.“Briana makin sombong, Ma. Tahu ga, tadi aku dijambak bahkan didorong sampai jatuh.”Rani mengadu sambil menangis saat memegang kepalanya yang sakit.“Apa? Dia berani memperlakukanmu seperti itu?”Mirna terkejut dan kesal mendengar putrinya dianiaya.“Iya. Lihat, kulit kepalaku pasti merah karena ditarik sangat keras tadi,” ujar Rani mengadu padahal yang menariknya bukan Briana.“Kurang ajar! Dia memang tak tahu diuntung! Apa mentang-mentang dia sekarang kaya lagi, jadi sombong seperti itu!” Mirna kesal karena mantan menantunya berani menganiaya putri kesayangannya.“Lihat saja, nanti kalau
“Maaf tapi untuk tanggal itu sudah dibooking untuk acara pernikahan juga. Untuk tiga hari sebelum dan sesudahnya tidak bisa dibooking sesuai dengan prosedur yang berlaku.”Litta tampak sangat kecewa mendengar penjelasan staff hotel. Dia sangat ingin pernikahannya digelar di hotel itu, tapi ternyata sudah ada yang memboking tempat itu lebih dulu.Farhan menatap Litta yang kecewa. Dia pun mencoba bernegosiasi agar pihak hotel bisa memberi pengecualian, yang terpenting bisa mengadakan pesta di sana.“Yang memboking tempat itu akan mengadakan acara pada tanggal 1, sedangkan kami tanggal 2. Bagaimana kalau kalian izinkan tanggal 2 kami menyewa tempat ini?” tanya Farhan membujuk.Litta mengangguk menduduk permintaan Farhan agar pihak hotel mengizinkan.“Maaf, Pak. Tapi kami memiliki SOP yang harus dijalankan. Dengan berat hati kami harus menolak, kecualia kalian ingin mengadakan pesta tiga hari setelah atau sebelum tanggal yang sudah dibooking pasangan lain, kami bisa mengaturnya,” ujar staf
“Saat melihat Farhan nanti. Bersikaplah kalau kamu bahagia, sampai membuatnya merasa menyesal sudah melepasmu,” ucap Dharu saat menemui Briana di kamar khusus pengantin.Hari itu, akhirnya pernikahan Briana dan Dharu pun tiba. Dharu sengaja mengundang Farhan agar pria itu melihat, wanita yang sudah diceraikan dan dibuang kini diratukan oleh dirinya.Briana menatap Dharu yang begitu tulus melakukan semua untuknya. Dia pun tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Tentu saja, aku akan membuatnya menyesal lalu setelah itu aku baru bisa membuatnya jatuh,” ucap Briana masih dengan ambisi untuk menghancurkan Farhan.“Kamu tenang saja, aku sudah menyiapkan itu tinggal kamu menjalankan rencanamu saja,” balas Dharu.Briana mengangguk-angguk mendengar ucapan calon suaminya itu.Saat mereka masih saling tatap, Medha tiba-tiba saja masuk kamar hingga membuat Dharu dan Briana terkejut.“Apa aku mengganggu kalian?” tanya Medha salah tingkah.Briana tersenyum lantas menggelengkan kepala. Dia meminta a
“Kenapa Kakak mau aja sih nerima undangan mantan istrimu itu?”Rani terlihat kesal saat dipaksa ikut ke acara pernikahan Dharu dan Briana. Dia tak mau bertemu dengan Dhira yang pernah menjambaknya.Farhan mengajak Rani dan Mirna karena Litta tak mau datang ke acara itu.“Ini demi menjalin hubungan yang baik. Kamu pikir aku juga mau?” Farhan kesal karena Rani merengek.“Kenapa kamu tidak alasan saja? Alasan ada urusan bisnis di luar negeri atau gimana gitu,” ucap Mirna yang sebenarnya juga malas jika harus melihat Briana.“Kalau bisa, Ma. Dia tahu aku juga sebentar lagi menikah, mana mungkin aku berbohong,” balas Farhan.“Aku juga tak menyangka kalau Dharu akan menikahi Briana secepat ini. Kalau tahu akan begini, aku tidak akan bekerjasama dengannya,” ucap Farhan lagi menjelaskan.“Kalau begitu, kenapa tidak dibatalkan saja kerjasamanya?” tanya Rani asal bicara tanpa berpikir.“Kamu pikir gampang? Kamu pikir aku tidak harus memikirkan denda yang harus dibayar karena membatalkan kerjasa
“Aduh!”Rani terkejut saat menabrak seseorang. Dia menatap orang yang ditabrak, hingga alangkah terkejutnya ketika menyadari yang ditabraknya Dhira.Dhira mengepalkan telapak tangan karena geram. Rani menumpahkan saus di gaunnya yang indah.“Jalan pakai mata dong!” amuk Dhira kesal.Rani sangat syok karena ternyata bertemu Dhira, padahal seharusnya dia sudah bisa antisipasi karena Dhira pasti di sana.Suara Dhira yang lantang membuat semua orang menoleh ke arahnya. Bahkan Renata sampai mendekat untuk memastikan apa yang terjadi.“Ada apa sih, Dhira?” tanya Renata dengan lembut.“Lihat, Ma. Masa gaunku ditumpahi saus. Tahu ‘kan berapa harga gaun ini? Memangnya dia sanggup buat ganti!” Dhira menjelaskan sambil meluapkan emosinya.Rani tak mau minta maaf karena masih kesal.Mirna yang melihat hal itu pun langsung mendekat, lantas memperhatikan gaun Dhira.“Maafkan putri saya, dia tak sengaja,” ujar Mirna mencoba sopan karena tahu siapa keluarga Dharu.“Tidak sengaja? Aku yakin dia sengaj
"Ada apa tadi?" tanya Dharu penasaran saat Dhira menghampiri.Dharu melihat gaun Dhira agak kotor, tapi melihat sang adik yang malah tersenyum.Ada apa sebenarnya?" tanya Dharu penasaran.Briana pun penasaran, tadi melihat Dhira kesal, tapi sekarang terlihat senang."Aku puas bisa membalas wanita itu, sombong sih. Jadi malukan karena berhadapan denganku!" Dhira penuh bangga mengungkap kepuasannya.Dharu sampai mengerutkan dahi melihat senyum adiknya, begitu juga Briana yang merasa aneh.“Aku hanya sedikit memberinya pelajaran karena berani bersikap tak sopan. Kalau sudah begini, biar dia mikir, lain kali tidak sembarangan menganggap remeh orang lain!”Ternyata Dhira sengaja menabrak Rani agar punya alasan untuk membentak mantan ipar Briana itu.Briana pun terkejut, tak menyangka Dhira mau ikut membalas perbuatan Rani.“Kamu tenang saja, mulai saat ini takkan kubiarkan dia menyentuhmu. Bahkan seujung rambutmu saja takkan kubiarkan dia bisa menyenggolnya.”Tampaknya Dhira benar-benar sud
“Apa yang akan kita lakukan sekarang?”Briana bingung harus melakukan apa. Setelah pesta pernikahannya kemarin, tidak mungkin dia langsung berangkat kerja.Dharu langsung menoleh saat mendengar pertanyaan Briana, hingga kemudian bertanya, “Kamu masih punya papan catur?”Briana menoleh mendengar pertanyaan Dharu. Pagi itu mereka masih di kamar, tapi duduk di balkon karena bingung mau melakukan apa.“Sepertinya masih, tapi sudah sangat lama aku simpan,” jawab Briana.“Kalau begitu, bagaimana kalau bermain beberapa ronde?” Dharu mengajak Briana bermain catur, sama seperti yang dulu sering mereka lakukan saat bosan.Briana mengembangkan senyum, lantas buru-buru mencari papan catur yang diyakininya masih disimpan.Akhirnya Briana menemukan benda itu di lemari bersama barang-barangnya yang lama tak dipakai. Dia pun menemui Dharu dengan senyum lebar.“Sudah lama aku tidak main ini, semoga tidak lupa cara mainnya,” ucap Briana sambil meletakkan papan catur di meja.Dharu mengatur kursi agar
Dharu masih memandang Briana, menahan kedua lengan wanita itu untuk meminta jawaban atas pertanyaannya.“Meski buruk, jika memang perpisahan kita bukan benar-benar keinginanmu, tidak bisakah kamu jujur?” Dharu kembali membujuk.“Jika kamu mau jujur, aku pun akan jujur kenapa kembali ke sini,” ucap Dharu memberi penawaran agar Briana mau bicara.Briana menatap Dharu yang benar-benar memaksa agar dirinya jujur. Hingga tiba-tiba saja bola matanya berkaca, sebelum akhirnya dia menangis sambil menunduk.“Bri.” Dharu terkejut karena Briana menangis. Dia takut kalau terlalu memaksa sampai menyakiti hati Briana.“Maaf, aku minta maaf.” Briana menyandarkan kepala di bahu Dharu.Dharu pun terdiam, kenapa Briana meminta maaf sampai menangis.“Aku malu kepadamu. Aku malu ke diriku sendiri. Aku benar-benar mengecewakanmu sampai aku tak bisa untuk terus bersamamu,” ucap Briana dengan isak tangis.Dharu masih tak paham dengan ucapan Briana. Dia mencoba menelaah, tapi tetap saja tak ada gambaran yang