"Ada apa tadi?" tanya Dharu penasaran saat Dhira menghampiri.Dharu melihat gaun Dhira agak kotor, tapi melihat sang adik yang malah tersenyum.Ada apa sebenarnya?" tanya Dharu penasaran.Briana pun penasaran, tadi melihat Dhira kesal, tapi sekarang terlihat senang."Aku puas bisa membalas wanita itu, sombong sih. Jadi malukan karena berhadapan denganku!" Dhira penuh bangga mengungkap kepuasannya.Dharu sampai mengerutkan dahi melihat senyum adiknya, begitu juga Briana yang merasa aneh.“Aku hanya sedikit memberinya pelajaran karena berani bersikap tak sopan. Kalau sudah begini, biar dia mikir, lain kali tidak sembarangan menganggap remeh orang lain!”Ternyata Dhira sengaja menabrak Rani agar punya alasan untuk membentak mantan ipar Briana itu.Briana pun terkejut, tak menyangka Dhira mau ikut membalas perbuatan Rani.“Kamu tenang saja, mulai saat ini takkan kubiarkan dia menyentuhmu. Bahkan seujung rambutmu saja takkan kubiarkan dia bisa menyenggolnya.”Tampaknya Dhira benar-benar sud
“Apa yang akan kita lakukan sekarang?”Briana bingung harus melakukan apa. Setelah pesta pernikahannya kemarin, tidak mungkin dia langsung berangkat kerja.Dharu langsung menoleh saat mendengar pertanyaan Briana, hingga kemudian bertanya, “Kamu masih punya papan catur?”Briana menoleh mendengar pertanyaan Dharu. Pagi itu mereka masih di kamar, tapi duduk di balkon karena bingung mau melakukan apa.“Sepertinya masih, tapi sudah sangat lama aku simpan,” jawab Briana.“Kalau begitu, bagaimana kalau bermain beberapa ronde?” Dharu mengajak Briana bermain catur, sama seperti yang dulu sering mereka lakukan saat bosan.Briana mengembangkan senyum, lantas buru-buru mencari papan catur yang diyakininya masih disimpan.Akhirnya Briana menemukan benda itu di lemari bersama barang-barangnya yang lama tak dipakai. Dia pun menemui Dharu dengan senyum lebar.“Sudah lama aku tidak main ini, semoga tidak lupa cara mainnya,” ucap Briana sambil meletakkan papan catur di meja.Dharu mengatur kursi agar
Dharu masih memandang Briana, menahan kedua lengan wanita itu untuk meminta jawaban atas pertanyaannya.“Meski buruk, jika memang perpisahan kita bukan benar-benar keinginanmu, tidak bisakah kamu jujur?” Dharu kembali membujuk.“Jika kamu mau jujur, aku pun akan jujur kenapa kembali ke sini,” ucap Dharu memberi penawaran agar Briana mau bicara.Briana menatap Dharu yang benar-benar memaksa agar dirinya jujur. Hingga tiba-tiba saja bola matanya berkaca, sebelum akhirnya dia menangis sambil menunduk.“Bri.” Dharu terkejut karena Briana menangis. Dia takut kalau terlalu memaksa sampai menyakiti hati Briana.“Maaf, aku minta maaf.” Briana menyandarkan kepala di bahu Dharu.Dharu pun terdiam, kenapa Briana meminta maaf sampai menangis.“Aku malu kepadamu. Aku malu ke diriku sendiri. Aku benar-benar mengecewakanmu sampai aku tak bisa untuk terus bersamamu,” ucap Briana dengan isak tangis.Dharu masih tak paham dengan ucapan Briana. Dia mencoba menelaah, tapi tetap saja tak ada gambaran yang
Lima tahun lalu.Briana membuka mata saat pagi hari. Dia merasa kepalanya pusing, bahkan tubuhnya sangat sakit.Perlahan dia membuka mata, hingga melihat gorden yang melambai.“Di mana aku?” Briana mencoba mengumpulkan seluruh kesadarannya, hingga dia sangat terkejut ketika menyadari bangun di tempat asing.Briana ingin bangun, sampai baru sadar jika tubuhnya tak berbalut sehelai benang pun.Briana langsung menarik selimut, dia panik dengan apa yang terjadi.“Apa yang ....” Briana mencoba mengingat apa yang terjadi, tapi nihil. Dia tak ingat apa pun.Saat Briana masih salam kepanikan, dia mendengar suara dari belakang punggungnya. Briana mencoba menoleh perlahan, hingga melihat seorang pria di sana.Pria tanpa busana yang sedang membalikkan badan ke arahnya. Briana sangat syok saat melihat siapa yang berada satu ranjang dengannya.“Apa yang terjadi? Kenapa kita di sini?” Briana berteriak keras karena syok.Farhan terkejut mendengar teriakan Briana. Dia tampak panik juga saat melihat
Dharu begitu syok mendengar pengakuan Briana. Dia sampai mengepalkan telapak tangan saat mengetahui alasan Briana meninggalkannya.“Karena itu kamu meninggalkanku? Kenapa kamu tidak jujur sejak awal, Bri?” tanya Dharu menatap tak percaya ke Briana.“Aku malu kepadamu. Aku ....” Briana menjeda ucapannya karena tak sanggup bicara, bahkan dia menunduk dengan air mata yang kembali menetes.Dharu benar-benar tak menyangka. Dia sampai bingung harus bagaimana setelah mendengar ucapan Briana.“Aku panik dan takut. Aku tidak bisa melihat kekecewaanmu, apalagi kamu sangat berharap kepadaku.” Briana bicara sambil menunduk dan meremas piyamanya.Dharu menghela napas kasar, bahkan mengusap kasar wajahnya berulang kali.“Tapi kamu membuatku kecewa dengan keputusanmu berpisah. Apa kamu tidak percaya kepadaku, Bri. Sampai kamu memilih berbohong kepadaku?” tanya Dharu sambil menatap Briana yang masih menundukkan kepala.“Kamu memilih Farhan karena dia mau bertanggung jawab juga karena kamu takut aku k
“Apa kamu bisa membantuku, Dik.”Dharu bicara melalui sambungan telepon dengan Dika. Dharu berdiri di balkon sambil memandang halaman samping rumah Briana.“Bantu apa? Biasanya juga aku yang bantu,” ucap Dika dari seberang panggilan.“Ini soal Briana, aku sudah tahu alasan dia mengakhiri hubungan kami lima tahun lalu. Sekarang aku ingin mencari tahu, apakah lima tahun lalu dia dijebak atau memang tak sengaja,” ucap Dharu.“Dijebak? Siapa yang menjebaknya?” Suara Dika terdengar sangat terkejut dari seberang panggilan.Dharu menceritakan semuanya karena hanya Dika yang bisa membantunya mencari tahu kebenaran malam itu.“Jika melacak Cctv tempat kejadian pasti sudah hilang, aku akan coba mencari tahu dari teman-teman Briana yang mungkin ada di lokasi kejadian malam itu,” ujar Dika tak pernah mengecewakan Dharu.“Aku berharap mendapat kebenaran agar bisa menghukum siapa pun yang sudah membuat Briana menderita,” ucap Dharu sambil mencengkram sisi pagar pembatas balkon.“Aku turut simpati,
“Briana!”Suara panggilan melengking itu membuat Briana buru-buru membuka pintu kamar.Briana sudah berpenampilan anggun dengan gaun yang indah. Dia baru saja bersiap untuk ikut pesta kebun yang diadakan keluarga, tapi sang mertua memanggilnya dengan lantang.“Ada apa, Ma? Sebentar lagi aku siap,” ucap Briana.“Untuk apa kamu berpakaian bagus seperti itu? Kamu beli gaun itu lagi? Pemborosan!”Briana melihat mertuanya menatap sinis dan dengki ke arahnya. Dia pun mencoba bersikap tenang dengan masih memulas senyum meski sang mertua bicara dengan nada ketus.“Ini gaun lama, Ma. Memang jarang dipakai. Karena hari ini perayaan naiknya jabatan Farhan, jadi aku memakainya agar berpenampilan cantik,” ujar Briana menjelaskan.“Kamu tidak usah dandan-dandan, apalagi pakai baju bagus begini. Kalau mau merayakan dan dukung suamimu, lebih baik kamu pantau dapur apakah makanan di sana cukup atau tidak. Lagian yang datang di pesta semuanya orang dari kalangan atas, kamu yang sekarang tak layak ikut
“Aku sangat senang melihatmu naik jabatan. Aku tidak sabar bekerjasama denganmu,” ucap seorang wanita sambil merapikan dasi Farhan.“Terima kasih, semua juga karena kamu mau mendukung sampai aku naik jabatan. Aku pasti tidak akan melupakan jasamu,” ucap Farhan ke wanita itu.Briana tertegun di tempatnya, memandang suaminya sedang menatap intens ke wanita lain, bahkan tangan pria itu berada di pinggang wanita itu.Briana mengepalkan kedua telapak tangannya erat, bahkan kuku-kukunya sampai memucat karena dia mengepal erat melihat Farhan menyentuh wanita lain.Briana hendak menghampiri, tapi kembali mendengar ucapan wanita itu.“Aku punya hadiah untukmu, tapi tak bisa kuberikan di sini. Apa setelah pesta kamu bisa menemuiku?”Briana merasa kepalanya mendidih mendengar ucapan centil wanita itu yang sedang menggoda suaminya. Dia yakin Farhan akan menolak, tapi siapa sangka keyakinannya itu kini runtuh.“Tentu saja, kamu mau bertemu di mana, aku pasti akan datang.”Hati Briana hancur berkepi