“Apa yang akan kita lakukan sekarang?”Briana bingung harus melakukan apa. Setelah pesta pernikahannya kemarin, tidak mungkin dia langsung berangkat kerja.Dharu langsung menoleh saat mendengar pertanyaan Briana, hingga kemudian bertanya, “Kamu masih punya papan catur?”Briana menoleh mendengar pertanyaan Dharu. Pagi itu mereka masih di kamar, tapi duduk di balkon karena bingung mau melakukan apa.“Sepertinya masih, tapi sudah sangat lama aku simpan,” jawab Briana.“Kalau begitu, bagaimana kalau bermain beberapa ronde?” Dharu mengajak Briana bermain catur, sama seperti yang dulu sering mereka lakukan saat bosan.Briana mengembangkan senyum, lantas buru-buru mencari papan catur yang diyakininya masih disimpan.Akhirnya Briana menemukan benda itu di lemari bersama barang-barangnya yang lama tak dipakai. Dia pun menemui Dharu dengan senyum lebar.“Sudah lama aku tidak main ini, semoga tidak lupa cara mainnya,” ucap Briana sambil meletakkan papan catur di meja.Dharu mengatur kursi agar
Dharu masih memandang Briana, menahan kedua lengan wanita itu untuk meminta jawaban atas pertanyaannya.“Meski buruk, jika memang perpisahan kita bukan benar-benar keinginanmu, tidak bisakah kamu jujur?” Dharu kembali membujuk.“Jika kamu mau jujur, aku pun akan jujur kenapa kembali ke sini,” ucap Dharu memberi penawaran agar Briana mau bicara.Briana menatap Dharu yang benar-benar memaksa agar dirinya jujur. Hingga tiba-tiba saja bola matanya berkaca, sebelum akhirnya dia menangis sambil menunduk.“Bri.” Dharu terkejut karena Briana menangis. Dia takut kalau terlalu memaksa sampai menyakiti hati Briana.“Maaf, aku minta maaf.” Briana menyandarkan kepala di bahu Dharu.Dharu pun terdiam, kenapa Briana meminta maaf sampai menangis.“Aku malu kepadamu. Aku malu ke diriku sendiri. Aku benar-benar mengecewakanmu sampai aku tak bisa untuk terus bersamamu,” ucap Briana dengan isak tangis.Dharu masih tak paham dengan ucapan Briana. Dia mencoba menelaah, tapi tetap saja tak ada gambaran yang
Lima tahun lalu.Briana membuka mata saat pagi hari. Dia merasa kepalanya pusing, bahkan tubuhnya sangat sakit.Perlahan dia membuka mata, hingga melihat gorden yang melambai.“Di mana aku?” Briana mencoba mengumpulkan seluruh kesadarannya, hingga dia sangat terkejut ketika menyadari bangun di tempat asing.Briana ingin bangun, sampai baru sadar jika tubuhnya tak berbalut sehelai benang pun.Briana langsung menarik selimut, dia panik dengan apa yang terjadi.“Apa yang ....” Briana mencoba mengingat apa yang terjadi, tapi nihil. Dia tak ingat apa pun.Saat Briana masih salam kepanikan, dia mendengar suara dari belakang punggungnya. Briana mencoba menoleh perlahan, hingga melihat seorang pria di sana.Pria tanpa busana yang sedang membalikkan badan ke arahnya. Briana sangat syok saat melihat siapa yang berada satu ranjang dengannya.“Apa yang terjadi? Kenapa kita di sini?” Briana berteriak keras karena syok.Farhan terkejut mendengar teriakan Briana. Dia tampak panik juga saat melihat
Dharu begitu syok mendengar pengakuan Briana. Dia sampai mengepalkan telapak tangan saat mengetahui alasan Briana meninggalkannya.“Karena itu kamu meninggalkanku? Kenapa kamu tidak jujur sejak awal, Bri?” tanya Dharu menatap tak percaya ke Briana.“Aku malu kepadamu. Aku ....” Briana menjeda ucapannya karena tak sanggup bicara, bahkan dia menunduk dengan air mata yang kembali menetes.Dharu benar-benar tak menyangka. Dia sampai bingung harus bagaimana setelah mendengar ucapan Briana.“Aku panik dan takut. Aku tidak bisa melihat kekecewaanmu, apalagi kamu sangat berharap kepadaku.” Briana bicara sambil menunduk dan meremas piyamanya.Dharu menghela napas kasar, bahkan mengusap kasar wajahnya berulang kali.“Tapi kamu membuatku kecewa dengan keputusanmu berpisah. Apa kamu tidak percaya kepadaku, Bri. Sampai kamu memilih berbohong kepadaku?” tanya Dharu sambil menatap Briana yang masih menundukkan kepala.“Kamu memilih Farhan karena dia mau bertanggung jawab juga karena kamu takut aku ke
“Apa kamu bisa membantuku, Dik.”Dharu bicara melalui sambungan telepon dengan Dika. Dharu berdiri di balkon sambil memandang halaman samping rumah Briana.“Bantu apa? Biasanya juga aku yang bantu,” ucap Dika dari seberang panggilan.“Ini soal Briana, aku sudah tahu alasan dia mengakhiri hubungan kami lima tahun lalu. Sekarang aku ingin mencari tahu, apakah lima tahun lalu dia dijebak atau memang tak sengaja,” ucap Dharu.“Dijebak? Siapa yang menjebaknya?” Suara Dika terdengar sangat terkejut dari seberang panggilan.Dharu menceritakan semuanya karena hanya Dika yang bisa membantunya mencari tahu kebenaran malam itu.“Jika melacak Cctv tempat kejadian pasti sudah hilang, aku akan coba mencari tahu dari teman-teman Briana yang mungkin ada di lokasi kejadian malam itu,” ujar Dika tak pernah mengecewakan Dharu.“Aku berharap mendapat kebenaran agar bisa menghukum siapa pun yang sudah membuat Briana menderita,” ucap Dharu sambil mencengkram sisi pagar pembatas balkon.“Aku turut simpati,
Briana membuka mata di pagi hari. Dia menatap wajah Dharu yang masih terlelap. Briana tersenyum mengingat kejadian semalam, saat keduanya ingin menunaikan kewajiban sebagai suami-istri, Briana malah kedatangan tamu bulanan, membuat mereka gagal melakukannya malam itu.“Kenapa kamu senyum-senyum?”Suara Dharu membuat Briana terkejut dari lamunan. Dia melihat ternyata suaminya itu sudah bangun.“Tidak ada,” balas Briana lantas mengulum senyum.Dharu menatap Briana yang menahan senyum, hingga menebak jika istrinya itu menertawakan kejadian semalam.“Masih ingat kejadian semalam, hm?” Dharu sebenarnya merasa dongkol, tapi apalah daya dia juga tidak bisa memaksa meski bagian bawah tubuhnya sangat tak nyaman karena gagal tersalurkan.“Tidak, tidak mengingat itu,” elak Briana tak ingin membuat Dharu merasa canggung.“Bangunlah, bukankah kita mau menghadiri pesta pernikahan mantan suamiku,” ucap Briana dengan nada bicara penuh ledekan untuk mantan suaminya.Tentu saja dia ingin membuat panas
Briana duduk dengan tenang bersama Dharu meski banyak pasang mata menatap tak senang kepadanya.Mungkin semua orang itu percaya jika Briana buruk, apalagi Briana menikah lebih dulu sebelum Farhan, seolah memperlihatkan jika memang wanita itu tak betah sendirian.“Jangan terlalu memperhatikan mereka, fokus saja ke tujuan kita,” bisik Dharu saat melihat ke mana arah tatapan Briana.“Tidak, aku hanya ingin melihat bagaimana sekarang mereka tertawa, lalu bagaimana setelah ini,” balas Briana lantas menoleh Dharu sambil memulas senyum.Dharu percaya Briana tak selemah yang dikira. Mereka pun duduk dengan tenang, menunggu acara dimulai.Akhirnya moment yang dinanti pun tiba. Acara pun dimulai, terlihat semua orang menunggu prosesi pernikahan dilaksanakan.Briana memandang ke altar, melihat Farhan yang ternyata menyadari keberadaannya. Dia tersenyum miring melihat mantan suaminya itu, apalagi Farhan agak panik saat melihat dirinya.Farhan dan Litta mengikat janji suci, keduanya terlihat bahag
“Kalau tahu kalian mau datang, mama bisa minta pelayan masak lebih banyak untuk makan siang nanti,” ucap Renata sangat senang melihat Dharu dan Briana berkunjung ke rumah.“Ga papa, Ma. Kita juga ke sini dadakan karena tadi habis acara,” balas Briana mencoba mengakrabkan diri ke mertuanya itu.Renata memperhatikan penampilan Briana dan Dharu, keduanya memang memakai pakaian pesta, membuatnya bertanya-tanya dari mana anak dan menantunya itu.“Memangnya kalian dari mana?” tanya Renata penasaran.“Dari pesta pernikahan mantan suaminya Briana,” jawab Dharu lantas melirik ke istrinya.“Oh, pria itu,” balas Renata dengan muka datar.Briana melirik Dharu saat mendengar ucapan Renata.“Ya sudah, jangan dibahas lagi,” ucap Renata, “apa kamu mau makan sesuatu? Biar pelayan bikinin sebelum jam makan siang tiba?” tanya Renata.Briana menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Renata. Dia tak menginginkan apa pun karena mertuanya itu sudah sangat baik kepadanya.**Dharu mengajak Briana menginap unt