Briana duduk dengan tenang bersama Dharu meski banyak pasang mata menatap tak senang kepadanya.Mungkin semua orang itu percaya jika Briana buruk, apalagi Briana menikah lebih dulu sebelum Farhan, seolah memperlihatkan jika memang wanita itu tak betah sendirian.“Jangan terlalu memperhatikan mereka, fokus saja ke tujuan kita,” bisik Dharu saat melihat ke mana arah tatapan Briana.“Tidak, aku hanya ingin melihat bagaimana sekarang mereka tertawa, lalu bagaimana setelah ini,” balas Briana lantas menoleh Dharu sambil memulas senyum.Dharu percaya Briana tak selemah yang dikira. Mereka pun duduk dengan tenang, menunggu acara dimulai.Akhirnya moment yang dinanti pun tiba. Acara pun dimulai, terlihat semua orang menunggu prosesi pernikahan dilaksanakan.Briana memandang ke altar, melihat Farhan yang ternyata menyadari keberadaannya. Dia tersenyum miring melihat mantan suaminya itu, apalagi Farhan agak panik saat melihat dirinya.Farhan dan Litta mengikat janji suci, keduanya terlihat bahag
“Kalau tahu kalian mau datang, mama bisa minta pelayan masak lebih banyak untuk makan siang nanti,” ucap Renata sangat senang melihat Dharu dan Briana berkunjung ke rumah.“Ga papa, Ma. Kita juga ke sini dadakan karena tadi habis acara,” balas Briana mencoba mengakrabkan diri ke mertuanya itu.Renata memperhatikan penampilan Briana dan Dharu, keduanya memang memakai pakaian pesta, membuatnya bertanya-tanya dari mana anak dan menantunya itu.“Memangnya kalian dari mana?” tanya Renata penasaran.“Dari pesta pernikahan mantan suaminya Briana,” jawab Dharu lantas melirik ke istrinya.“Oh, pria itu,” balas Renata dengan muka datar.Briana melirik Dharu saat mendengar ucapan Renata.“Ya sudah, jangan dibahas lagi,” ucap Renata, “apa kamu mau makan sesuatu? Biar pelayan bikinin sebelum jam makan siang tiba?” tanya Renata.Briana menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Renata. Dia tak menginginkan apa pun karena mertuanya itu sudah sangat baik kepadanya.**Dharu mengajak Briana menginap unt
“Briana!”Suara panggilan melengking itu membuat Briana buru-buru membuka pintu kamar.Briana sudah berpenampilan anggun dengan gaun yang indah. Dia baru saja bersiap untuk ikut pesta kebun yang diadakan keluarga, tapi sang mertua memanggilnya dengan lantang.“Ada apa, Ma? Sebentar lagi aku siap,” ucap Briana.“Untuk apa kamu berpakaian bagus seperti itu? Kamu beli gaun itu lagi? Pemborosan!”Briana melihat mertuanya menatap sinis dan dengki ke arahnya. Dia pun mencoba bersikap tenang dengan masih memulas senyum meski sang mertua bicara dengan nada ketus.“Ini gaun lama, Ma. Memang jarang dipakai. Karena hari ini perayaan naiknya jabatan Farhan, jadi aku memakainya agar berpenampilan cantik,” ujar Briana menjelaskan.“Kamu tidak usah dandan-dandan, apalagi pakai baju bagus begini. Kalau mau merayakan dan dukung suamimu, lebih baik kamu pantau dapur apakah makanan di sana cukup atau tidak. Lagian yang datang di pesta semuanya orang dari kalangan atas, kamu yang sekarang tak layak ikut
“Aku sangat senang melihatmu naik jabatan. Aku tidak sabar bekerjasama denganmu,” ucap seorang wanita sambil merapikan dasi Farhan.“Terima kasih, semua juga karena kamu mau mendukung sampai aku naik jabatan. Aku pasti tidak akan melupakan jasamu,” ucap Farhan ke wanita itu.Briana tertegun di tempatnya, memandang suaminya sedang menatap intens ke wanita lain, bahkan tangan pria itu berada di pinggang wanita itu.Briana mengepalkan kedua telapak tangannya erat, bahkan kuku-kukunya sampai memucat karena dia mengepal erat melihat Farhan menyentuh wanita lain.Briana hendak menghampiri, tapi kembali mendengar ucapan wanita itu.“Aku punya hadiah untukmu, tapi tak bisa kuberikan di sini. Apa setelah pesta kamu bisa menemuiku?”Briana merasa kepalanya mendidih mendengar ucapan centil wanita itu yang sedang menggoda suaminya. Dia yakin Farhan akan menolak, tapi siapa sangka keyakinannya itu kini runtuh.“Tentu saja, kamu mau bertemu di mana, aku pasti akan datang.”Hati Briana hancur berkepi
Briana memandangi ponselnya. Dia menggenggam erat benda pipih itu bersamaan dengan air mata yang jatuh ke pipi.Semalaman Briana tidak bisa tidur karena memikirkan di mana suaminya, hingga pagi ini dia tahu jawabannya.“Setega ini kamu, Far?”Briana menarik napas panjang, lantas mengembuskannya kasar berulang kali untuk melegakan rasa sesak yang menekan dada.“Briana! Kamu tuli, hah! Sedang apa kamu?”Suara sang mertua terdengar melengking di telinga. Hatinya sedang panas, ditambah teriakan sang mertua yang begitu menyakitkan hatinya.Briana berjalan membuka pintu, hingga melihat sang mertua yang sudah berdiri sambil memasang wajah beringas ke arahnya.“Setrika ini! Bukankah semalam sudah kubilang setrika, kenapa masih kumal begini?”Sebuah baju dilempar ke wajah Briana, membuat wanita itu memejamkan mata karena sikap kasar sang mertua.“Aku bukan pelayan di sini, bisakah Mama memperlakukanku layaknya anak?” Briana mencoba melawan sang mertua karena benar-benar sudah lelah dengan sika
“Dia benar-benar tidak kenapa-napa?”“Seperti yang saya katakan tadi. Dia hanya kelelahan dan sepertinya belum makan apa pun. Selebihnya kondisinya baik-baik saja.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Samar-samar Briana mendengar suara pria sedang bicara saat kesadarannya mulai kembali. Dia mendengar suara langkah kaki menjauh, tapi belum bisa membuka mata dengan sempurna untuk mengetahui siapa yang tadi bicara.Briana merasakan tubuhnya tak dingin lagi, pakaiannya pun tak basah. Dia merasa hangat, saat membuka mata melihat selimut tebal membungkus tubuhnya.Briana mencoba menajamkan penglihatan yang masih agak kabur, hingga menyadari jika berada di tempat yang tak dikenalnya.“Di mana aku?”Briana memegangi kepala yang terasa pusing, dia benar-benar tak tahu ada di mana, hingga mendengar suara pria.“Kamu sudah bangun?”Briana menoleh ke sumber suara, hingga begitu syok melihat siapa yang dilihatnya.“Dharu?”Pria berwajah manis itu tersenyum, lantas duduk di kursi yang ada di samping ranjang
Briana makan dengan lahap karena sangat lapar. Dia menghabiskan satu porsi makanan dengan sangat cepat karena sudah lama sekali tak bisa makan dengan tenang seperti itu.Sejak dirinya memberitahu ke suami dan keluarganya kalau perusahaannya bangkrut beberapa bulan lalu dan harus menjual semua aset termasuk saham ke orang lain, sejak itu hidup Briana tidak tenang.Briana mulai diperlakukan buruk, bahkan untuk makan pun dibedakan oleh mertuanya. Tindakan itu pun didukung Farhan yang tak mempermasalahkan sikap sang ibu ke Briana.Namun, ada satu rahasia yang tak diketahui Farhan dan keluarganya, Briana menyembunyikan sesuatu yang akan dijadikan senjata untuk membalas dendam atas segala perlakuan yang didapatnya.Saat Briana baru saja merenung, terdengar suara ketukan pintu kamar, membuat Briana buru-buru menarik selimut untuk menutup setengah tubuhnya.Briana melihat Dharu yang masuk membawa paper bag di tangan.“Aku pikir kamu takkan nyaman memakai pakaian itu, jadi aku memesan pakaian
Briana membuka mata saat pagi hari. Kepalanya masih pusing, tapi dia berusaha untuk bisa bangun karena tak bisa berlama-lama di tempat itu.“Jam berapa sekarang?”Briana menengok ke jam dinding, hampir jam tujuh pagi tapi tak ada yang membangunkannya membuat dia terkejut dan siap turun dari ranjang.Namun, sejenak dia diam karena baru sadar. Dia sudah tak di rumah suaminya yang seperti neraka, membuatnya tersenyum kecut karena trauma dengan perilaku mertua dan keluarga suaminya hingga terbawa sampai di luar rumah.Briana memilih membasuh mukanya, lantas keluar kamar untuk mencari Dharu.Briana melihat Dharu yang ada di depan kompor dengan celemek yang melekat di tubuh pria itu.“Kamu sedang apa?” tanya Briana.Dharu menoleh saat mendengar suara Briana, hingga senyum manis pria itu mengembang di wajah.“Kamu sudah bangun, pas sekali sarapannya juga siap,” ucap Dharu sambil memindah telur dari wajan ke piring.Briana terkejut melihat Dharu bisa masak. Setahunya, Dharu dari keluarga kaya