Briana membuka mata saat pagi hari. Kepalanya masih pusing, tapi dia berusaha untuk bisa bangun karena tak bisa berlama-lama di tempat itu.
“Jam berapa sekarang?”
Briana menengok ke jam dinding, hampir jam tujuh pagi tapi tak ada yang membangunkannya membuat dia terkejut dan siap turun dari ranjang.
Namun, sejenak dia diam karena baru sadar. Dia sudah tak di rumah suaminya yang seperti neraka, membuatnya tersenyum kecut karena trauma dengan perilaku mertua dan keluarga suaminya hingga terbawa sampai di luar rumah.
Briana memilih membasuh mukanya, lantas keluar kamar untuk mencari Dharu.
Briana melihat Dharu yang ada di depan kompor dengan celemek yang melekat di tubuh pria itu.
“Kamu sedang apa?” tanya Briana.
Dharu menoleh saat mendengar suara Briana, hingga senyum manis pria itu mengembang di wajah.
“Kamu sudah bangun, pas sekali sarapannya juga siap,” ucap Dharu sambil memindah telur dari wajan ke piring.
Briana terkejut melihat Dharu bisa masak. Setahunya, Dharu dari keluarga kaya yang bisa dibilang sangat terkenal di kota itu, yang segala kebutuhannya pasti dicukupi pelayan, tapi siapa sangka Dharu pandai memasak.
“Sejak kapan kamu bisa masak?” tanya Briana penasaran. Dia berdiri memperhatikan lantas menyelipkan rambut ke belakang telinga.
“Empat atau lima tahun lalu,” jawab Dharu lantas melepas celemek.
Dharu membawa dua piring nasi goreng ke meja makan, lantas meminta Briana untuk duduk.
“Makanlah, ini tidak pedas seperti kesukaanmu,” ucap Dharu sambil memulas senyum ke Briana.
Briana terkejut karena pria itu masih mengingat apa yang disukanya, tapi meski begitu Briana tak langsung menunjukkan hal yang bisa membuat pria itu salah paham.
“Terima kasih,” ucap Briana.
Briana memandang Dharu yang duduk dan siap sarapan. Dia berdeham pelan untuk mempersiapkan diri bicara.
“Aku berterima kasih karena semalam kamu menolongk. Siang ini aku akan pergi, kuharap kamu tidak merasa kalau aku hanya jadi beban saja,” ucap Briana bicara dengan hati-hati.
Dharu sudah siap makan, tapi mendengar ucapan Briana membuatnya langsung berhenti menyendok, lantas menatap ke wanita itu.
“Aku menolongmu hanya kebetulan saja,” ucap Dharu, “kenapa buru-buru, apa kamu tidak nyaman di sini? Apa kamu takut suamimu tahu?” tanya Dharu dengan tatapan menyelidik.
Briana langsung mengulum bibir mendengar pertanyaan Dharu.
Pria itu meletakkan alat makan, lantas menggunakan kedua siku bertumpu di meja, jemarinya saling bertautan lantas punggung tangan digunakan untuk menyangga dagu.
“Semalaman kamu tidak pulang, ditemukan di jalan dalam kondisi memprihatinkan, lalu tanda pengenal bahkan ponsel pun kamu tidak bawa. Apa kamu bisa bilang kalau kondisimu baik-baik saja?” tanya Dharu sambil menatap Briana.
“Mau baik atau tidak, ini bukan urusanmu,” jawab Briana tegas.
Bukan maksud Briana tak tahu terima kasih, tapi dia tak mau Dharu terlibat dalam masalahnya apalagi pria itu bukan siapa-siapa untuknya.
Dharu terkejut mendengar ucapan Briana, lantas akhirnya memilih tak bertanya lagi.
“Baiklah jika kamu ingin pergi. Habiskan sarapanmu, aku akan mengantarmu pulang setelahnya,” ucap Dharu lantas mulai makan.
“Aku akan pergi sendiri, tidak perlu kamu antar,” tolak Briana karena tak ingin Dharu tahu soal permasalahan rumah tangganya.
Dharu membuang napas kasar menggunakan mulut, lantas menatap Briana.
“Kamu punya uang untuk pulang? Kamu mau jalan kaki?” tanya pria itu menohok.
Briana terdiam karena kalau bicara, hingga akhirnya dia pun tak punya pilihan selain menerima tawaran Dharu.
“Baiklah, tapi aku ingin menemui temanku. Antar aku ke tempatnya saja,” ucap Briana pada akhirnya.
Dharu mengangguk mendengar ucapan Briana. Dia pun memilih melanjutkan makan tanpa bertanya lagi.
Setelah sarapan, Dharu benar-benar mengantar Briana ke alamat yang diberikan oleh wanita itu.
“Di sini saja, terima kasih atas bantuanmu. Aku akan mengganti pakaian dan ponsel yang kamu berikan, bisa minta nomor rekeningmu?” tanya Briana.
“Apa kamu pikir aku semiskin itu hingga meminta ganti rugi?”
Briana mengulum bibir mendengar ucapan Dharu, lantas menggelengkan kepala.
“Pergilah,” ucap Dharu lantas mengalihkan pandangan dari Briana seolah kecewa.
Briana mengangguk sambil mengucapkan terima kasih sekali lagi. Dia pun turun dari mobil, lantas berjalan ke arah rumah yang memiliki gerbang tinggi.
Dharu menatap Briana yang baru saja masuk gerbang itu.
“Ini bukan rumah suaminya, kan?” Dharu pun bertanya-tanya sendiri.
Hingga Dharu mendapat pesan dari seseorang. Dia mengecek file yang dikirimkan kepadanya, hingga betapa terkejutnya pria itu saat membaca data yang ada.
“Jadi selama ini ….” Dharu menatap ke rumah yang didatangi Briana, hingga terlihat berpikir dengan keras.
Briana menangis sesenggukan setelah menceritakan apa yang terjadi kepadanya. Dia benar-benar menyesali pilihannya dulu.“Itu sudah terjadi, Bri. Mau kamu tangisi pun sekarang tak ada guna. Bukankah bagus karena dengan cara ini, kamu sekarang tahu betapa busuknya suami dan keluarganya? Jika kamu tak menjalankan rencana ini seperti wasiat papamu, mungkin bukan kamu yang dibilang parasit, tapi mereka yang benar-benar parasit.”Medha memberikan tisu ke Briana yang sedang menangis sesenggukan. Dia ikut sedih tapi juga bersyukur karena akhirnya Briana bisa melihat dengan jelas seperti apa keluarga Farhan.“Aku hanya tak menyangka saja. Farhan aku bela mati-matian di depan Papa, tapi ternyata hatinya busuk. Dia menganggapku sampah saat aku tak punya apa-apa,” ujar Briana mengeluarkan keluh kesahnya.Medha mengusap pelan punggung Briana untuk menenangkan. Dia tidak tega melihat temannya itu terus menangis seperti itu.“Sudah, air matamu terlalu berharga untuk pria seperti itu. Kamu tak seharu
“Kenapa kamu berpakaian seperti itu?” tanya Medha saat melihat penampilan Briana.“Aku tidak mau mengubah keputusan bercerai dari Farhan, jadi aku harus berpakaian seperti ini,” jawab Briana sambil memperhatikan penampilannya dari pantulan cermin.Medha tak paham dengan maksud ucapan Briana. Dia menggaruk kepala tidak gatal sambil menatap sahabatnya yang hanya memakai kaus biasa dengan celana kain tak ada modisnya.“Biarkan dia menghinaku untuk saat ini. Tapi aku akan pastikan dia tak bisa menghinaku di kemudian hari,” ucap Briana sambil melirik Medha yang berdiri di sampingnya.Medha langsung paham hingga mengangguk-angguk mendengar ucapan Briana.“Aku akan mengantarmu,” ucap Medha.“Tidak usah. Farhan akan curiga jika melihatmu,” tolak Briana.“Lalu, kamu mau naik mobil sendiri?” tanya Medha lagi.“Tidak, aku akan naik bus,” jawab Briana sambil melebarkan senyum.Medha menaikkan satu sudut alis mendengar jawaban Briana, tapi meski begitu dia pun tak bisa mencegah keinginan sahabatny
Briana berjalan keluar dari kafe setelah menemui Farhan. Setelah bicara dan melihat bagaimana sikap Farhan, Briana semakin yakin untuk bercerai. Tak ada yang bisa menghalanginya dan alasan untuknya tak berpisah.Saat akan mencari taksi, tiba-tiba saja sebuah mobil mewah tiba-tiba saja berhenti di depannya dan langsung membuka pintu.Briana mencoba melihat siapa yang ada di dalam, hingga alangkah terkejutnya dia saat melihat Dharu.“Masuklah!” perintah Dharu.“Tidak--” Briana ingin menolak, tapi Dharu langsung memotong.“Masuk!” perintah pria itu seolah tak bisa ditolak.Briana pun akhirnya masuk mobil Dharu. Dia bingung kenapa Dharu ada di sana.Mobil itu pun melaju meninggalkan tempat itu. Briana duduk sambil memangku paper bag berisi dokumen penting miliknya.“Kamu diusir suamimu?” tanya Dharu tanpa menoleh Briana.Briana terkejut mendengar pertanyaan itu. Dia memilih diam tak mau menjawab pertanyaan Dharu.“Kenapa tidak dijawab? Jika kamu diam, itu artinya benar.” Dharu langsung me
Briana benar-benar menyembunyikan diri dari dunia luar juga keluarga Farhan. Bahkan dia tak mengaktifkan ponsel yang diberikan Dharu. Dia ingin fokus dengan perceraian, serta menggiring opini keluarga Farhan jika dia memang terpuruk dan benar-benar tak bisa berbuat apa-apa.“Bri, aku mau ke supermarket. Kamu mau ikut?” tanya Medha karena sudah hampir sebulan ini Briana tak keluar rumah.“Tidak usah, aku malas kalau tiba-tiba ketemu keluarga Farhan. Belum waktunya aku bertemu mereka,” jawab Briana menolak ajakan Medha.Medha mengangguk-angguk mendengar jawaban Briana. Dia pun akhirnya pamit pergi sendiri.Medha pergi ke supermarket yang biasa didatanginya. Dia berjalan di antara etalase barang sambil mendorong troli, hingga langkahnya terhenti saat melihat siapa yang berdiri di depannya.“Kamu Dharu, kan?” tanya Medha memastikan karena sudah sangat lama tak melihat pria itu.Dharu tersenyum sambil menganggu
Briana menatap dengan rasa tak percaya siapa yang berjalan ke arahnya. Dia menoleh ke Farhan, mantan suaminya itu juga tampak terkejut.“Sudah selesai?” tanya Dharu saat sudah berdiri di hadapan Briana.Briana gelagapan bingung karena Dharu muncul di sana. Dia tak pernah berhubungan lagi dengan pria itu sejak terakhir bertemu, lalu dari mana Dharu tahu dia di pengadilan hari ini.Briana masih memandang Dharu karena syok, hingga dia melihat pria itu menoleh ke Farhan.“Dia ….” Dharu sudah tahu siapa Farhan, tapi masih berpura seolah meminta dikenalkan.“Farhan, mantan suamiku,” ucap Briana langsung menjawab tanpa berpikir.Dharu menatap Farhan yang diam menatapnya, dia pun tersenyum tipis ke pria itu.“Oh … jadi dia,” ucap Dharu seolah kata itu mengandung suatu arti.“Siapa kamu?” tanya Farhan tampaknya penasaran karena kehadiran Dharu.“Bukan siapa-siapa,” ucap Dharu masih dengan senyumnya, memperlihatkan jika dia sangat tenang.Dharu menatap Briana yang sejak tadi diam, hingga kemudia
“Pakaian lamamu pasti dibuang keluarga jahanam itu. Jadi aku mendatangkan pakaian kerja khusus untukmu agar kamu siap kembali ke perusahaan.”Medha mendatangkan pakaian dari toko ternama beserta pegawai-pegawainya untuk membantu Briana memilih pakaian.Di saat Medha sibuk memperhatikan pakaian kerja yang tergantung, Briana malah terlihat melamun sambil menggigit ujung kuku.“Bri, kenapa malah melamun? Kamu tidak suka dengan model pakaian ini? Ini model terbaru, lho.”Medha keheranan karena Briana hanya melamun, padahal biasanya Briana sangat antusias jika disuruh memilih fashion.Briana terkejut karena Medha memukul lengannya. Dia melamun karena memikirkan pertemuannya dengan Dharu.“Lama aku tidak berbelanja pakaian, jadi sepertinya tidak puas kalau aku hanya melihatnya di sini,” ucap Briana sambil melebarkan senyum.Medha mengerutkan alis mendengar ucapan Briana.“Aku ambil semua pakaian itu, jangan lupa berikan size yang sesuai!” perintah Briana ke pegawai toko yang ada di sana.Me
“Kamu sudah resmi bercerai, kapan mau melamarku sesuai dengan janjimu?” tanya Litta yang siang itu menemui Farhan di kantor.“Aku akan segera melamarmu, hanya saja sekarang aku harus meyakinkan papamu dulu jika aku ini memang terbaik untukmu. Jangan sampai papamu merasa kalau aku ini kurang pantas. Aku harus memantaskan diri dulu sebelum meminangmu,” jawab Farhan sambil menggenggam telapak tangan Litta.“Kalau begitu segera buat dirimu layak, aku akan sangat menantikan kamu menemui dan bicara langsung ke Papa,” ucap Litta.“Tentu saja,” balas Farhan sambil mengusap lembut rambut Litta.“Nanti malam mau menginap di apartemen?” tanya Litta sambil tersenyum manja.Farhan tahu maksud Litta. Dia sekarang sudah berstatus duda, tentu saja bebas melakukan apa pun tanpa beban.“Kalau kamu tidak keberatan,” balas Farhan.Farhan mendekatkan wajah untuk mencium bibir wanita itu, tapi terdengar suara ketukan pintu yang membuatnya langsung membuat jarak.“Masuk!” perintah Farhan.“Pak, saya hanya in
Dharu menatap pria yang baru saja masuk ke ruangan itu. Ada seringai tipis di wajah pria itu saat melihat keterkejutan di wajah Farhan.Dharu tentunya tahu dan ingat betul siapa Farhan, pria yang sudah mengambil Briana darinya 5 tahun. Saat bertemu di pengadilan, dia sengaja berpura tak mengenali untuk mengetes dan ternyata Farhan lupa siapa dirinya.“Pak, kenapa Anda berhenti?” tanya sekretaris Farhan.Farhan menoleh sekretarisnya. Dia lantas menatap Dharu yang menunggunya. Dia pun menelan ludah susah payah, tidak tahu apakah pria itu akan membatalkan kerjasama jika tahu siapa dirinya karena Farhan menganggap jika Dharu belum ingat siapa dia.Farhan pun mencoba tersenyum lantas berjalan mendekat ke kursi yang sudah disediakan di sana.“Tidak saya sangka kita bertemu lagi,” ucap Dharu langsung berdiri menyapa Farhan.Dharu tetap berpura jika tak ingat kalau Farhan sudah mengambil kekasihnya.“Saya juga tak menyangka akan bertemu lagi dengan Anda,” ucap Farhan agak gugup tapi berusaha